Mohon tunggu...
Ardiansyah Taher
Ardiansyah Taher Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sociolinguist

Music, Sports, Languages

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inilah Christopher, Lelaki "Kurang" yang Mampu Kuasai Berbagai Bahasa

22 Juli 2016   13:25 Diperbarui: 24 Juli 2016   02:39 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah mendengar ada seseorang yang Poliglot atau orang yang menguasai banyak bahasa? Seorang Poliglot tentu punya teknik dan cara sendiri dalam mempelajari bahasa tertentu, dan mereka normal seperti manusia yang lainnya.

Ada juga yang bisa disebut Savant, seseorang yang autis atau idiot namun memiliki kemampuan yang luar biasa dalam hal tertentu. Orang dengan Sindrom Savant ini sangat langka di Dunia. Christopher Taylor (1962-  ?) hanyalah satu dari banyak orang yang memilikinya. Christopher dikenal dengan sebutan “Language Savant” atau "Hyper-polyglot Savant". Ia tidak pernah tahu jalan pulang ketika bepergian ke sebuah tempat, Ia tidak bisa mengikat tali sepatu, dan tidak bisa menyeberang jalan. Dibalik kekurangannya itu, Ia memiliki kemampuan yang luar biasa. Ia memiliki kompetensi linguistik yang beragam dalam membaca, menulis, berbicara, memahami, dan menerjemahkan di lebih dari 20 bahasa di Dunia.

Dr. Neil Smith pun meneliti Christopher yang saat itu berusia 35 tahun. Penelitiannya lalu diabadikan dalam sebuah buku berjudul “The Signs of Savant”, dan bisa dilihat sekilas dalam video YouTube berikut ini:

Ada cerita unik tentang Christopher saat keluarganya mengajaknya berlibur di Spanyol. Ia tiba-tiba menghilang entah kemana. Keluarganya sibuk mencarinya karena yakin Ia pasti tersesat karena tidak pernah tahu jalan pulang. Kemudian Ia ditemukan sedang asyik berbicara dengan orang Jerman dan menerjemahkannya kepada orang lain dalam bahasa Spanyol.

Pria asal Inggris ini diketahui mengalami kerusakan dengan otaknya sejak kecil. Namun semua itu berubah saat Ia mulai tertarik membaca jurnal bahasa asing yang dibawa kakaknya. Hingga pada akhirnya Ia bisa berbahasa Perancis, Belanda, Jerman, Finlandia, Yunani, Polandia, Russia, Swedia, Spanyol, Turki, Wales, Italia, Norwegia, dan Denmark. Christopher juga bisa mengidentifikasi bahasa Bengali/Gujarat India, Tiongkok, Ceko, Islandia, dll. Uniknya, Christopher mempelajarinya sendiri dan tanpa bantuan orang lain. Ia belajar sebuah bahasa dengan cepat hanya dengan membaca buku dalam waktu tak sekitar 3 bulan saja.

Inilah yang membuat Dr. Smith tertarik meneliti Christopher. Seperti kita ketahui, otak manusia dibagi menjadi dua bagian: kanan dan kiri. Kemampuan berbahasa berada di otak bagian kiri, sedangkan emosional di bagian kanan. Dalam Psikolinguistik, fungsi bagian otak dalam berbahasa bisa dispesialisasikan dalam ilustrasi berikut:

Bagian otak dan fungsi berbahasa (Diolah dari brainmadesimple.com)
Bagian otak dan fungsi berbahasa (Diolah dari brainmadesimple.com)
Meskipun Christopher menguasai banyak bahasa, terkadang Ia melakukan kesalahan dalam membuat negasi kalimat, bentuk lampau, membuat kalimat pertanyaan, atau memaknai dengan benar ujaran dalam bahasa tertentu. Mungkin ini terjadi karena masalah pada otak sebelah kirinya. Ia begitu menguasai sistem bahasa, namun tidak seimbang dengan logika dan pemikiran rasionalnya dalam berbahasa.

Hingga kini masih banyak yang belum mengenal dan mencari tahu lebih banyak tentang sosok Christopher, mungkin beliau sudah wafat. Tapi inilah fenomena kelebihan dalam kekurangan seseorang yang nyata terjadi. Kemampuan berbahasa manusia tidak berbanding lurus dengan kemampuan manusia di bidang lain. Bagi yang setuju dengan teori Noam Chomsky tentang "Universal Grammar", tentu kasus Christopher bisa menginspirasi banyak orang bahwa bukan hal yang tidak mungkin kita bisa menguasai banyak bahasa. Chomsky berpendapat bahwa manusia dianugerahi sebuah sistem berbahasa yang terbentuk di dalam otaknya yang disebut "Universal Grammar". Hal ini memungkinkan manusia bisa menguasai bahasa Ibu tanpa harus diajarkan orang lain (otodidak).

Bahasa lebih berharga daripada apapun, ketika Anda tidak bisa berbahasa lagi, Anda akan kehilangan segalanya. Tetap semangat dan jangan pernah puas belajar bahasa apapun dengan cara apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun