Mohon tunggu...
Ardiansyah Taher
Ardiansyah Taher Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sociolinguist

Music, Sports, Languages

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Apakah Akuisisi adalah Solusi?

31 Maret 2016   00:18 Diperbarui: 31 Maret 2016   00:30 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi diolah dari hypebeast.com"][/caption]Proses akuisisi klub sepakbola Indonesia demi melenggang langsung dari tim amatiran ke kancah sepakbola kasta tertinggi di negeri ini semakin marak. Sudah ada dua klub yang siap bertransformasi menjadi peserta liga Indonesia nanti (meskipun masih dalam status dibekukan), diantaranya Madura United (mengakuisisi Persipasi Bandung Raya, yang dulunya Persipasi Bekasi) dan kini giliran PS TNI (mengakuisisi Persiram Raja Ampat). Statuta PSSI mengaturnya terkait kemudahan (meskipun ada aspek-aspek tertentu yang wajib ada) untuk mendapatkan lisensi klub ini. padahal selain lisensi klub, Status klub sebagai peserta kompetisi dan anggota PSSI juga ada aturannya.

Sebenarnya tidak ada yang salah dalam tren mengakuisisi klub ini. Bisa dibilang ini Simbiosis Mutualisme, yang butuh dibantu oleh yang punya, dan hal ini terjadi juga di sepakbola Eropa sana. Namun sebagai penggemar sepakbola tentu merasa aneh dan ironis melihat hal ini terjadi di negara kita sendiri. Indonesia adalah negeri yang sangat luas, ratusan klub-klub sepakbola dari yang amatir hingga profesional ada disini. Mengapa harus ada proses “mencaplok” klub yang sudah eksis? Bisa jadi ini merupakan “jalan pintas” yang menginspoirasi klub-klub amatir lain yang memiliki dana untuk mencaplok klub profesional yang nasibnya sedang tidak jelas.

Ada pula yang mengalami masalah dualisme, satu tim, nama sama, warna jersey sama, namun berbeda pemainnya. Industri sepakbola yang sangat aneh memang. Ditambah lagi kasus klub yang melipir kesana kemari, rela dibeli dan dibawa pergi. Persikad Depok contohnya, sempat ke Solo, kembali ke Depok, namun kini jadi Persikad Purwakarta. Pasti ini terkait masalah finansial, namun apa daya nasi telah menjadi bubur. Ketua umum PSSI pun dinyatakan kabur.

Wah, jika keadaannya menjadi seperti ini, apakah bisa dibilang pengelolaan klub yang profesional? Akuisisi, Merger, ataupun hal lain bisa jadi solusi sebuah “penyelamatan” klub sepakbola? Atau mungkin sebaiknya kembali ke peraturan dahulu saja dimana klub sepakbola didukung sokongan dana APBD? Supaya warga lokal merasa bangga bisa menyaksikan aksi punggawa terbaiknya atas nama domisilinya seperti layaknya di Inggris sana. 

Menarik untuk ditunggu perkembangan selanjutnya tentang kiprah klub-klub sepakbola lain di Indonesia menjelang liga yang katanya segera digelar dalam waktu dekat ini. Salam olahraga!

 

Referensi: CNN Indonesia & Detik Sport

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun