Mohon tunggu...
Ardi Priyatno Utomo
Ardi Priyatno Utomo Mohon Tunggu... -

Seseorang yang cukup suka untuk bermain musik.\r\nPenggemar sci-fi.\r\nPenyanyi tenor di beberapa paduan suara.\r\nPelatih paduan suara freelance.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Realitas dalam Mencari Kerja? (Belajar Menulis)

15 September 2012   05:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:26 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali ada omongan dari entah orang tua, saudara, ataupun orang terdekat kita yag mengatakan, "Lihat realitas!!!". Cruel isn't it? But, that's reality/realitas.

Berbicara mengenai realitas, mungkin kita perlu kembali ke termiologi para ahli sosiologi yang mendefinisikan realitas.

Peter L. Berger serta Thomas Luckmann mendefinisikan realitas sebagai "hasil dari konstruksi masyarakat yang terbentuk secara sosial (Poloma, 1979: 299)". Atau mungkin kita bisa berkaca dari Dramaturgi Goffman bahwa realitas itu pada dasarnya adalah "rutinitas yang berasal dari seni bermain peran kita, yang menampilkan dua sisi panggung yang berbeda sehingga menimbulkan kenyataan atau tafsir yang berbeda pula". Kita bisa bertingkah menjadi dokter yang baik, murah senyum, karena memang realitasnya adalah demikian. Atau mungkin kita bisa bertingkah menjadi seorang artis yang dituntut selalu sempurna di depan publik karena memang demikianlah realitasnya.


Namun demikian, apakah realitas itu?

REALITAS: SUATU BENTUK FATALISTIK BARU?

Pernahkan kita mempunyai impian? Pasti setiap orang akan mengatakan pernah. Namun, kadangkala dalam merealisasikan impian tersebut pernah mendapat hambatan ataupun ketidakpercayaan dari orang sekitar. Orang yang pernah mendengar tetang impian kita pastilah yang terpikir adalah mencibir dan kemudian mengatakan, "jadi orang jangan cuman terpengaruh impian atau nafsu jangka pendek. Lihat realitasnya!!!" (It happen to me, so I wanna share to you guys). Sanggahan ini membuat saya kembali berpikir tentang realitas:

"Apakah realitas itu sungguh ada? Ataukah realitas itu hanyalah sebuah doktrin yang yang disematkan kepada masyarakat?".

Pertanyaan itu menuntun saya menuju sebuah kesimpulan, bahwa realitas itu:

bisa jadi merupakan sebuah bentuk pengekangan dari kebebasan berpikir yang dilakukan seseorang dengan dalih bahwa pemikirannya tersebut tidak sejalan dengan apa yang selama ini telah berlangsung di masyarakat.

Masyarakat begitu pakem atau kukuh dengan situasi yang ada pada saat ini. Adanya sebuah hal yang melenceng saja dari kepakeman tersebut, sudah tentu hal itu tidak sesuai dengan realitas yang ada di masyarakat. Masyarakat lebih sreg dengan pekerjaan kantoran, ataupun menjadi polisi, dokter, tentara, karena dinilai bisa membawa prestige serta kemakmuran bagi keluarga. Realitas itu sendiri sudah menjadi sebuah bentuk fatalisme atau kepasrahan yang baru, sehingga masyarakat tidak melakukan perubahan dan mengikuti serta menggantungkan kemana arah "realitas" itu berjalan. Padahal realitas itu sendiri merupakan hasil dari ketidak-realitasan yang lebih dulu dilakukan oleh orang lain kemudian mendapat sambutan dari masyarakat.

Siapa sangka, Chairul Tandjung yang mendapat julukan "Si Anak Singkong", berhasil membawa  stasiun televisi swasta yang dipimpinnya menjadi salah satu stasiun televisi yang diperhitungkan di Indonesia.

Apa yang dilakukan oleh Chairul Tandjung itu adalah mendobrak realitas yang dudah ada dan kemudian melahirkan realitas baru.

Kalau sudah begini, realitas seperti apakah yang perlu kita ikuti?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun