Mohon tunggu...
Ardi Prasetyo
Ardi Prasetyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Musik, Literasi, Bisnis

Begitu banyak instrumen kehidupan, seperti halnya musik. Lalu, kupelajari satu per satu, pun agar harmonis hidup yang kumainkan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Cara Sederhana Saat Bingung Mau Menulis Apa

3 Maret 2019   01:05 Diperbarui: 3 Maret 2019   01:13 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam kepala kita, ada begitu banyak ide yang jumlahnya tak terkira. Begitupun kosakata, bahkan lengkap dengan berbagai cara menyusunnya. Namun, seringkali kita terjebak oleh jumlah, sehingga kita justru bingung mau menuliskan ide dan kata apa, serta dengan cara yang mana.

Kebingungan semacam ini adalah permasalahan setiap orang saat hendak menulis. Andaikata diberi waktu satu jam untuk menuliskan tentang apa pun itu, kemungkinan baru dapat ide setelah menghabiskan waktu setengahnya. Bahkan ada pula yang sama sekali tak tahu mau menulis apa sampai habis waktu yang ditentukan.

Sebagaimana telah disinggung di awal, bahwa sebenarnya berbagai macam ide sudah ada di kepala kita. Artinya, kita tak perlu mencarinya. Apalagi sampai berjalan ke sana ke mari seperti berusaha menemukan barang yang lupa disimpan di mana. Yang perlu dilakukan hanyalah mengambil keputusan tentang ide mana yang akan dikembangkan menjadi sebuah tulisan.

Langkah termudah dalam mengambil keputusan terkait ide tulisan adalah dengan asal comot saja. Begitu kita menyomot satu ide secara acak dan menuliskannya, setidaknya dalam satu kata, maka otak kita akan fokus pada satu kata tersebut. Lalu, otak kita akan menggali semua informasi yang sekiranya berhubungan dengan ide tersebut.

Hal ini mirip seperti menjatuhkan sebutir permen dari mulut. Kemudian, semua informasi pendukung akan datang dengan sendirinya layaknya segerombolan semut yang berbondong-bondong mengerubungi sebutir permen tersebut.

Jika begitu, apakah hasil tulisannya bisa bagus? Mari kita amati. Otak kita memiliki sisi kritis. Yakni, senantiasa merasa risih ketika melihat sesuatu yang kurang tepat. Misalnya, saat melihat lukisan di dinding yang posisinya sedikit miring. Atau, saat tak sengaja melihat resleting celana teman yang lupa dikancingkan. Yang ada, otak kita otomatis akan terganggu dan merasa gatal untuk segera mengubah kondisi tersebut menjadi kondisi yang semestinya.

Dengan sisi kritis tersebut, maka saat membaca ulang tulisan yang telah kita hasilkan, secara alami otak kita akan mudah menemukan berbagai kesalahan dan bergegas memerintah tangan untuk memperbaikinya. Setelah beberapa kali mengulas, hasilnya tentu akan lebih baik, sesuai dengan kapasitas otak masing-masing individu.

Jadi, untuk membuat suatu tulisan, cara termudah adalah asal comot saja satu ide yang ada di kepala. Tak perlu terlalu selektif, sebab nantinya malah kurang produktif. Fokus pada ide acak yang sudah dipilih, kemudian asal tulis saja materi pendukungnya. Terakhir, biarkan sisi kritis kita bekerja. Tentunya dengan membaca ulang tulisan yang sudah tertuang di depan mata.

Tulisan ini adalah contoh hasil penerapan metode yang dipaparkan di atas. Sebab, awalnya saya sendiri memang bingung mau menulis apa. Hingga pada akhirnya saya asal tulis saja. Apabila berkenan, silakan dicoba. Siapa tahu cara tersebut juga bisa berguna buat Anda.

Yogyakarta, 3 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun