Mohon tunggu...
Ardi Prasetyo
Ardi Prasetyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Musik, Literasi, Bisnis

Begitu banyak instrumen kehidupan, seperti halnya musik. Lalu, kupelajari satu per satu, pun agar harmonis hidup yang kumainkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hidup Baru, Sebuah Lagu Berlatar Belakang Pilu

4 Februari 2019   02:26 Diperbarui: 4 Februari 2019   04:52 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu sore pada bulan Desember 2016, aku menuruni anak tangga asrama dengan wajah yang masih gembira. Baru saja, di lantai dua, aku bercengkrama dengan teman-teman asrama. Berbicara seadanya, tak peduli apa topiknya. Beban pikiran entah kami tinggalkan di mana. Apalagi perasaan, sepertinya selalu lupa kami bawa saat berkumpul bersama. Penuh tawa. Tanpa ada seorangpun yang merasa terluka.

Hari itu aku libur kerja. Usai bercengkrama dengan teman-teman asrama, rasanya terlalu terburu-buru jika aku harus pulang begitu saja. Sampai di teras lantai dasar, aku melihat bapak asrama sedang duduk santai di halaman depan rumahnya. Masih di area asrama. Aku pun memutuskan untuk meghampirinya. Pak Tino namanya.

Selain berperan sebagai penjaga asrama, di mataku, Pak Tino sudah kuanggap sebagai orangtua sekaligus sahabatku di Jogja. Kami selalu tolong menolong. Saat aku kelaparan di akhir bulan, Pak Tino selalu tulus memberiku makan. Begitu pula istrinya. Mbak Eni panggilannya. Saat butuh bantuan tenaga untuk memperbaiki asrama, tanganku selalu ringan untuknya.

Aku duduk di sebuah kursi kayu di samping Pak Tino. Masih di area halaman asrama. Sambil menyalakan sebatang rokok, kami berbicara tentang apa saja. Terkadang soal kerusakan fasilitas asrama, perilaku penghuninya, terkadang pula soal penjual sayur yang akrab dengannya. Sampai pada suatu ketika, aku terpukul oleh apa yang diceritakannya.

"Di, kamu udah denger kabar, belum?"

"Kabar apa, Pak?"

"Si Wulan mau lamaran."

Jantungku tiba-tiba berdebar. Pikiranku melayang kemana-mana. Rasanya, sama sekali tak bisa kupercaya. Namun, sebaliknya, aku berusaha untuk terlihat biasa saja. Aku berpura-pura bahagia.

"Serius, Pak? Sama siapa?"

"Sama Robby."

"Robby asrama?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun