Mohon tunggu...
Ardinar Paramanandana
Ardinar Paramanandana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ardinar Paramanandana 23107030011 Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah All Eyes On Raffah Itu?

28 Mei 2024   21:09 Diperbarui: 28 Mei 2024   21:09 8881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampanye "All Eyes on Rafah" saat ini sedang digulirkan di media sosial.  Hal ini merupakan imbauan kepada masyarakat untuk mewaspadai dan mewaspadai situasi yang  terjadi di Rafah saat ini. Ungkapan ini digunakan untuk mengungkapkan keprihatinan terhadap konflik Palestina.  Apa yang dimaksud dengan "fokus pada Rafah"?  Dikutip dari buku "Kebangkitan dan Kejatuhan Daulat Fatimiyyah" karya Dr.  Menurut Taksi Muhammad Suhail, Rafah merupakan salah satu kota terpadat di Palestina dan terletak di bagian paling selatan Jalur Gaza. Luas wilayah ini  64 km persegi.  Sebelum perang, diperkirakan  sekitar 275.000 orang tinggal di kota tersebut.

 Baru-baru ini Israel  melancarkan serangan ke kota Rafah.  Daerah tersebut saat ini dipenuhi pengungsi yang terkena dampak serangan Israel. Banyak warga sipil, termasuk anak-anak, tewas dalam insiden ini.  Secara harfiah, "semua mata tertuju pada Rafa" berarti "semua mata tertuju pada Rafa" dan ungkapan ini digunakan untuk menggambarkan situasi di mana seluruh perhatian dan fokus tertuju pada Rafa.  Menurut  Health Policy Watch, "Watch Rafah" adalah seruan bagi masyarakat di seluruh dunia untuk memperhatikan apa yang  terjadi di Rafah.  Seruan ini muncul setelah serangan Israel ke Rafah pada Februari 2024, dan semakin kencang ketika pasukan Israel menyerang Rafah.

 "All Eyes on Rafah" saat ini banyak digunakan oleh  para pengguna sosial media di berbagai platform mulai dari Instagram, Twitter, dan TikTok.Tujuannya tentu saja untuk men gungkapkan keprihatinan terhadap penduduk Palestina  di Rafah. Dari berbagai platform tersebut banyak trend yang sedang booming seperti simbol semangka, simbol ini Buah semangka telah menjadi simbol perlawanan dan identitas bagi rakyat Palestina. 

Digunakan sebagai pengganti bendera Palestina yang sering kali mengalami shadow banned, simbol semangka kini banyak digunakan oleh masyarakat dunia untuk menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat Palestina. Masih terdapat beberapa trend yang ada seperti Wear Green For  Palestine, trend ini mengajak masyarakat dunia mengenakan pakaian hijau pada Hari Kemerdekaan Palestina. Warna hijau dipilih sebagai simbol harapan dan perjuangan menuju perdamaian dan kemerdekaan.

Selanjutnya terdapat trend Occupation No More, dimana trend ini ialah suatu bentuk penolakan terhadap penjajahan Israel di Palestina, serta menuntutu HAM rakyat Palestina. Setiap negara mempunyai kewajiban moral  tidak hanya untuk melindungi keselamatan warganya, tetapi juga untuk membebaskan sandera.  Lebih dari 130 sandera diyakini ditahan di Rafah, beberapa di antaranya dikhawatirkan tewas. Banyak analis Israel percaya bahwa tekanan Rafah terhadap Hamas  dapat memaksa organisasi teroris tersebut untuk memulai negosiasi serius  dengan Israel dan membebaskan tahanannya.

 Selain itu, Rafah adalah benteng terakhir batalion militer Hamas dan para pemimpinnya yang tersisa. Kekalahan batalion Hamas yang tersisa di Gaza diperlukan untuk mencegah kelompok teroris yang didukung Iran  membunuh warga Israel. Hamas, yang piagamnya menyerukan penghancuran Israel. Rafah adalah salah satu benteng terakhir Hamas dan diperkirakan menjadi rumah bagi banyak pemimpinnya. Dengan sebagian besar kepemimpinan masih ada di Rafah, Hamas dapat dengan mudah menggunakan Rafah sebagai basis untuk menegaskan kembali kendali atas seluruh Jalur Gaza jika perang  berakhir lebih awal.

 Operasi Rafah juga penting untuk menghilangkan jaringan terowongan penyelundupan bawah tanah Hamas dan organisasi teroris lainnya antara Mesir dan Gaza. Tak lama setelah Hamas menguasai Jalur Gaza pada tahun 2007 dan menggulingkan Otoritas Palestina melalui kudeta berdarah, sebuah "industri terowongan" mulai berkembang di bawah perbatasan Gaza-Mesir. Hamas  mengoperasikan sebagian besar terowongan ini, mengumpulkan korban dan menyelundupkan bahan peledak, senjata, roket, dan drone. Teroris juga menggunakan terowongan tersebut untuk melakukan perjalanan ke dan dari Gaza dan untuk pelatihan di Iran dan negara-negara lain. Mesir sebelumnya telah berusaha menghancurkan terowongan tersebut, namun penyelundupan tetap menjadi perhatian. Penghancuran terakhir wilayah Hamas dan penghancuran terowongan merupakan prioritas keamanan Israel.

Orang-orang terlantar hidup di jalanan-jalanan, di sekolah-sekolah, dan tenda-tenda. Analisa dari gambar satelit BBC (seperti terlihat di atas) menunjukkan peningkatan jumlah tenda dalam jumlah besar di Rafah semenjak perang dimulai. Banyak orang di sini, seperti Abu Rushdi Abu Daqin, kabur dari pertempuran di utara Gaza setelah militer Israel memerintahkan pengungsi untuk pindah ke selatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun