deru biru menghadang di pelataran
memutar-balikkan kemudi perjalanan
sambil berayunan dengan jemari lentik menggoda
menghantui tiap rona dalam pelupuk mata
meneriaki sang pesolek marka
tak berguna dalam kata
bukan...
semudahnya bercampur dengan tangis tawa senja
bukan...
seindahnya fajar menguak rona tak tersisa
namun penuh dalam derita
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!