Mohon tunggu...
Ardinal Bandaro Putiah
Ardinal Bandaro Putiah Mohon Tunggu... wiraswasta -

Perenungan orang kampung untuk Negeri

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Egois dalam Beragama

7 April 2015   15:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:25 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Islam agama yang rahmatan lil 'alamin. Membawa orang yang menganutnya kedalam keselamatan. Keselamatan di dunia maupun akhirat. Dalam perjalanannya ternyata banyak ummat Islam ini yang berada dalam kondisi ysng memprihatinkan. Begitu juga Islam selalu menjadi sasaran empuk politik dan selalu di obok obok sejak kejatuhan Turki Usmani. Sejarah mencatat bahwa tiap episode pemerintahan di negara ini selalu ada konflik dengan Islam.

Begitu juga tumbuhnya paham radikalisme yang muncul dari umat Islam dinyatakan sebagai sebuah ancaman yang sangat membahayakan. Islam bagi sebahagian pejuang politik bukanlah jalan untuk mencapai tujuan. Para pejuang politik yang beragama Islam tidaklah menjadikan Islam sebagai landasan idiologinya dalam berjuang. Marxisme dan sosialisme menjadi landasan idiologis yang sering di pegang dalam tujuannya berpolitik.

Kegelisahan mereka terhadap kenyataan sosial yang ada seakan akan tidak terjawab oleh Islam itu sendiri. Para tokoh Islam tidak pernah tampil dalam pertentangan kelas yang terjadi. Tokoh-tokoh Islam tidak terlihat sikapnya atas Kapitalisme yang menggurita dan tidak ada upaya yang kuat untuk mewujudkan ekonomi Islam melawan ekonomi kapitalis yang kental dengan idiologi liberalisme. Membiarkan kondisi yang terjebak dengan simbol simbol yang tidak meyentuh hal hal yang subtantif seakan telah menjadi kepuasan tersendiri. Praktek oligarki dalam sistem demokrasi yang sekarang ini terus berlansung hanya didiamkan saja. Kebangkitan feodalisme baru ini tentu saja sangat merugikan umat. Tokoh tokoh Islam yang berpengetahuan tentang Islam hanya berdiam diri seakan Islam tidak punya jawaban untuk itu.

Dalam praktek keseharian yang terjadi adalah para da'i ditingkat lokal hanya mampu mendorong jama'ah untuk masuk surga yang hanya berkutat dalam pembahasan ibadah mahdah. Kajian dalam bermuamalah sangatlah jarang dilakukan. Para da'i belum lagi mampu untuk memobilisasi jama'ah untuk bergerak dalam urusan urusan duniawi. Amat jarang terdengar kajian gotong royong, peduli lingkungan, membangun kebersamaan dalam bidang ekonomi. Begitu juga tokoh yang ada di daerah tersebut yang tidak mampu untuk mewarnai.

Kurangnya kepedulian yang terbangun antara kalangan jama'ah dan ketidak mauan ataukah kemampuan yang tidak ada dalam memobilisasi membuat jama'ah berjalan dengan logikanya sendiri. Betapa banyak di antara kita yang hanya peduli terhadap shalat dan shalat tetapi tidak peduli dengan saudara yang sedang susah. Betapa banyak yang menangis ketika menghadiri majlis zikir tetapi tidak pernah menangis melihat saudaranya yang tidak mampu. Betapa banyak pejabat yang beragama Islam tidak pernah meneladani Umar khalifatullah yang merasa berdosa terhadap warganya yang miskin.

Hal yang menyedihkan adalah praktek yang dilakukan oleh lembaga lembaga Islam menjadikan institusi pendidikannya terjebak dalam pertentangan kelas. Lembaga pendidikan yang mereka ayomi hanyalah di peruntukkan bagi kalangan orang orang berduit (berjuis) dan bukan tidak untuk mereka yang miskin. Biaya pendidikan yang sangat mahal yang seakan telah berubah fungsi menjadi sebuah perusahaan yang berorientasi profit dengan praktek kapitalisme tentu membuat pertentangan dalam diri umat Islam.

Kepedulian yang ada hanyalah kepedulian yang sifatnya temporer. Kepedulian tidak membangun solidaritas perkawanan yang menyatukan kesatuan fikrah. Sikap egoisme inilah yang sebetulnya menjadikan tumbuh dan suburnya paham fundamentalis yang berujung terhadap radikalisme. Keinginan untuk menwujudkan ajaran Islam yang kaffah menjadi cita cita dari sebahagian orang. Kekecewaan terhadap apa yang berlansung mengakibatkan rentannya Islam terus menerus untuk dipermainkan. Islam dan politik, Kekuasaan, Kebijakan seharusnya terintegrasi sehingga membuktikan Islam adalah rahmatallil 'alamin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun