Seiring dengan perkembangan kehidupan modern, saat ini kita di kenalkan dengan sebuah kata instan. Awal kemunculannya jika tidak salah adalah di awali dengan munculnya produk mie supermi, indomie, sarimi di era tahun 70 dan 80 puluhan. Langkah ini terus diikuti dengan perkembangan bukan hanya disektor industri makanan tapi juga diikuti oleh tekhnologi, budaya dan politik.
Puncaknya adalah saat ini semuanya sudah instan. Ke instanan telah memotong beberapa proses yang sebetulnya pada sisi lain sangat penting dalam sisi kehidupan kita manusia. Instan seringkali identik dengan pengabaian akan kualitas. Ke instanan yang sangat berbahaya yang kita hadapi saat ini adalah muncul pemimpin pemimpin yang tidak melewati proses yang muncul tiba-tiba bak manusia yang turun dari langit.
Semua ini terjadi bukanlah sim salabim begitu saja. Akan tetapi muncul akibat dari sistem politik yang terjadi di masa lalu. Tidak bisa dipungkiri bahwa mereka yang menjabat saat itu tidak semata mata karena kompetensinya akan tetapi alat ukurnya adalah jauh dan dekat. Banyaklah yang muncul menjadi penguasa menjadikan Kolusi dan Nepostisme untuk meraih dan mempertahankan jabatan.
Bergulirnya reformasi membuka kran yang terbuka lebar untuk siapa saja untuk itu. Namun sayangnya adalah sebahagian dari mereka mereka tidaklah muncul melewati proses tempaan waktu sebagai pemimpin. Tidak banyak orang yang tahu tentang apa gagasan dan pikirannya ketika akan memipin negeri ini. Kalau pun ada gagasan atau ide yang ditawarkan adalah ide ide yang melangit, tidak membumi yang tidak bersentuhan sama sekali dengan rakyat banyak. Karena itulah menjadi populer istilah pimpinan karbitan. Benar juga apa yang disampaikan oleh guru saya bahwa hari yang muncul adalah penguasa penguasa bukan pemimpin. Lihatlah kegaduhan yang terjadi hari ini baik di tingkat nasional dan lokal akibat munculnya mereka yang berkuasa secara instan?.
Munculnya mereka kepermukaan akibat kejenuhan yang dirasakan oleh orang banyak akibat dari prilaku penguasa sebelumnya. Rakyat selalu memiliki harapan akan perubahan, namun kenyataannya karena ketidak pahaman dan tidak terlibat dalam penentuan calon pemimpin yang akhirnya mereka hanya harus memilih dari mereka yang disodorkan lewat mekanisme pemilihan yang berlaku di negeri ini.
Belajar dari para pendiri bangsa, mereka yang hadir memimpin negeri ini adalah orang orang yang melalui sebuah proses dan kaya dengan ide dan gagasan. Soekarno dengan Nasionalisnya. Hatta dengan Demokratnya, Syahrir dengan Humanismenya, Tan Malaka tokoh yang melahirkan Republik, Natsir dengan Mosi Integralnya, dan sebutlah yang lainnya. Pastilah mereka itu semua adalah orang orang yang telah melalui proses dengan sejuta gagasan dan ide bagi mereka untuk membangun bangsanya......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H