Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pendidik

Belajar-Lakukan-Evaluasi-Belajar Lagi-Lakukan Lagi-Evaluasi Kembali, Ulangi Terus sampai tak terasa itu menjadi suatu kewajaran. Mengapa? Karena Berfikir adalah pekerjaan terberat manusia, apakah anda mau mencoba nya? Silahkan mampir ke : lupa-jajan.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam Menunggu

17 September 2024   20:09 Diperbarui: 17 September 2024   20:24 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di luar, rembulan mengawasi  
Kepala malam, di ujung yang jauh  
Sementara angin berbisik lembut  
Mengusap lembah yang terlupakan

Di antara reranting kering  
Dan embun yang baru lahir,  
Kita bercerita tentang hari-hari lalu  
Yang tertinggal dalam memori

Kadang, hujan turun seperti mendung  
Menjelang malam yang tak pernah usai  
Tetesnya jatuh perlahan  
Seperti napas yang perlahan hilang

Di setiap sudut, bayang-bayangmu  
Mengikuti jejak yang penuh debu  
Meninggalkan kisah yang tak terucap  
Dalam diam yang menunggu

Kita duduk di tepi danau  
Menatap riak air yang bergetar  
Mengharapkan sesuatu yang menghilang  
Di kejauhan, tak pernah kembali

Kau bercerita tentang bintang-bintang  
Yang berkelip di langit gelap  
Aku mendengarkan, tetapi  
Rasa ini tetap sama, membeku

Di meja yang penuh cangkir kosong  
Kita mengingat kembali rasa kopi  
Yang dulu menyapa pagi  
Namun kini hanya aroma nostalgia

Waktu berlalu, dalam hitungan jari  
Dan kita terus mencari tempat  
Di mana kenangan tidak akan pudar  
Di mana hati bisa berlabuh

Kadang, aku mengharap  
Agar segala sesuatunya kembali  
Seperti saat pertama kali  
Kita menyentuh fajar bersama

Namun, waktu terus berlari  
Menjauhkan kita dari kenangan  
Hanya sisa-sisa yang tersisa  
Dalam lembaran hidup yang telah usai

Di balik pintu tua itu  
Ada cerita yang tak pernah terungkap  
Kisah lama yang tersimpan rapi  
Di dalam laci yang terkunci

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun