Di luar, rembulan mengawasi Â
Kepala malam, di ujung yang jauh Â
Sementara angin berbisik lembut Â
Mengusap lembah yang terlupakan
Di antara reranting kering Â
Dan embun yang baru lahir, Â
Kita bercerita tentang hari-hari lalu Â
Yang tertinggal dalam memori
Kadang, hujan turun seperti mendung Â
Menjelang malam yang tak pernah usai Â
Tetesnya jatuh perlahan Â
Seperti napas yang perlahan hilang
Di setiap sudut, bayang-bayangmu Â
Mengikuti jejak yang penuh debu Â
Meninggalkan kisah yang tak terucap Â
Dalam diam yang menunggu
Kita duduk di tepi danau Â
Menatap riak air yang bergetar Â
Mengharapkan sesuatu yang menghilang Â
Di kejauhan, tak pernah kembali
Kau bercerita tentang bintang-bintang Â
Yang berkelip di langit gelap Â
Aku mendengarkan, tetapi Â
Rasa ini tetap sama, membeku
Di meja yang penuh cangkir kosong Â
Kita mengingat kembali rasa kopi Â
Yang dulu menyapa pagi Â
Namun kini hanya aroma nostalgia
Waktu berlalu, dalam hitungan jari Â
Dan kita terus mencari tempat Â
Di mana kenangan tidak akan pudar Â
Di mana hati bisa berlabuh
Kadang, aku mengharap Â
Agar segala sesuatunya kembali Â
Seperti saat pertama kali Â
Kita menyentuh fajar bersama
Namun, waktu terus berlari Â
Menjauhkan kita dari kenangan Â
Hanya sisa-sisa yang tersisa Â
Dalam lembaran hidup yang telah usai
Di balik pintu tua itu Â
Ada cerita yang tak pernah terungkap Â
Kisah lama yang tersimpan rapi Â
Di dalam laci yang terkunci