Mendung berarak di ujung senja, Â
seperti rasa yang tak terungkap, Â
menggantung di langit penuh harap, Â
menghadirkan kenangan dalam hening.
Di bawahnya, daun-daun berbisik, Â
menggenggam embun yang tak pernah jatuh, Â
seolah menunggu hujan menari, Â
di atas tanah yang merindu.
Cahaya samar mengintip malu, Â
di balik tirai awan kelabu, Â
aku teringat senyummu, Â
yang seakan terhapus oleh waktu.
Mendung, kau adalah puisi, Â
yang tak pernah selesai ditulis, Â
mengalir dalam setiap detak jantung, Â
dari rindu yang tak pernah padam.
Di saat hujan tiba, Â
biarkanlah semua rasa mengalir, Â
seperti air yang membasahi bumi, Â
membawa pergi segenap gundah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H