Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pendidik

Belajar-Lakukan-Evaluasi-Belajar Lagi-Lakukan Lagi-Evaluasi Kembali, Ulangi Terus sampai tak terasa itu menjadi suatu kewajaran. Mengapa? Karena Berfikir adalah pekerjaan terberat manusia, apakah anda mau mencoba nya? Silahkan mampir ke : lupa-jajan.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sampai Putus Asa Nanti

20 Oktober 2023   16:41 Diperbarui: 20 Oktober 2023   16:52 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Detik demi detik membara dara
Waktu perlahan tiba mendekat
Sikap ku terhadapnya rasanya campur aduk
Ekspetasi seakan membajak rasionalitas ku
Tak pelak emosiku terkadang membai buta

Semenit berlalu sudah
Semua tampak sumringah
Harapan seakan tercurahkan
Melalui wajah berseri tak terhingga
Seakan ragu pergi menghilang

Tapi semua itu tidak buatku
Tak henti-henti hati ini mendengap
Juga tak nentu detakannya
Sangat cepat layaknya api membakar tisu
Terengah-engah menunggu kepastian mu

Namun nyata berkata lain
Keinginan sirna sekejap mata
Tak kabul sudah permintaan ini
Mendengar langsung tentang penolakannya
Runyam, sirna, putus asa, dan semua-muanya kumuntahkan hari itu juga

Hilang pelak harapan berlalu
Menunggu lama ketidakpastian
Dan berakhir serupa tanpa pernah mujur
Sampai aku tak tahu mengapa
Putus asa saat ini juga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun