Mohon tunggu...
Ardi Winata Tobing
Ardi Winata Tobing Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk mengingat.

Prokopton.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hati-hati! Pornografi Mulai Menyasar Pengguna Jilbab

10 Maret 2015   17:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:51 3459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini berawal dari sebuah berita yang saya dapati di beranda akun situs jejaring sosial Facebook. Berita tersebut dijuduli “Bintang Porno asal Lebanon ini Diancam Mati”.

Saya agak terkejut (dan penasaran) ketika membaca satu persatu isi berita yang menceritakan tentang seorang porn star AS bernama Mia Khalifah tersebut. Dikatakan dalam berita itu, Mia Khalifah yang merupakan seorang imigran dari kota Beirut, Libanon, membintangi sebuah film dewasa dengan menggunakan atribut jilbab yang kemudian memancing kemarahan umat muslim di banyak negara. Karena umur sudah 20 tahun, saya memberanikan diri mencari data dan fakta mengenai kebenaran berita ini. Namun karena provider yang saya gunakan menerapkan sistem blokir “internet sehat”, saya tak mampu menemukan video dewasa yang disebut dalam berita.

Tak ada rotan, akar pun jadi.

Gagal mendapat bukti audio-visual, saya kemudian mencari sumber informasi lain. Akhirnya saya mendapat bocoran sinopsis dari beberapa situs mengenai isi cerita video porno kontroversial ini. Cerita yang diangkat sebenarnya sederhana saja. Berkisah tentang pasangan kekasih beda budaya. Mia Khalifah yang ditokohkan sebagai wanita asal Timur Tengah mesti menghadapi tentangan Ibunya akibat Mia yang menjalin hubungan asmara dengan pria Amerika Serikat tulen penggendara motor gede. Ibu Mia yang dideskripsikan sebagai sosok muslimah konservatif yang taat kepada agama dan budaya kemudian menasehati pasangan tersebut di atas meja makan. Dan selang beberapa menit kemudian, terjadi sebuah "insiden" yang menjadi awal adegan seks di antara ketiga pemeran. Yang menjadi sumber kemarahan umat muslim adalah “Ibu dan anak” dalam video porno ini dengan beraninya tetap menggunakan jilbab saat melakukan aksi asusila.

[caption id="attachment_372349" align="aligncenter" width="467" caption="Screenshot video porno yang menggemparkan umat muslim dunia."][/caption]

Pasca disebarkan ke publik, video produksi bangbr*s.com ini kemudian mendapat sambutan meriah dari bokepers dunia—walau setiap hari para pemerannya mesti menelan bermacam teror. Mulai dari sumpah serapah agar si pemeran mendapat azab dari Tuhan, hingga bentuk agresi nyata berupa ancaman pembunuhan.

ISIS, organisasi militan tenama di Iraq dan Suriah, bahkan turun tangan memberi fatwa mati terhadap Mia Khalifah.

[caption id="attachment_372350" align="aligncenter" width="304" caption="Balasan di akun Twitter Mia Khalifah terhadap ancaman ISIS."]

14259813382132566023
14259813382132566023
[/caption]

Ini sebenarnya bukan kali pertama. Jilbab yang dikenal sebagai salah satu simbol sakral agama Islam juga pernah beberapa kali digunakan sebagai atribut dalam adegan porno yang kemudian dipublikasikan secara luas. Misalnya saja sebuah situs berbahasa Prancis www.beur*ttetour.fr, juga menjadikan beberapa wanita berwajah Timur Tengah dengan pakaian serba tertutup plus jilbab yang melekat sebagai model yang memerankan adegan seksual yang sudah di luar kewajaran. Film parodi porno berjudul “This Ain’t Homeland” produksi USA pun disebut-sebut pernah memakaikan jilbab ke beberapa pemainnya.

Karena tak mampu mengakses video-video bergenre “adult” akibat terhalang pemblokiran, saya tak bisa mendapat data tambahan mengenai hijabers porn yang di beberapa forum diskusi online disebutkan kalau video sejenis masih dapat ditemui di ribuan situs dewasa!

Oke, mungkin kita masih bisa berucap kalau kejadian di atas cuma setting-an belaka. Disebut setting-an karena wanita pengguna jilbab, hijab atau niqab yang berperan di film porno tersebut kebanyakan bukan seorang muslimah. Kalau pun iya, penampilan asli mereka mungkin saja tak “sesholeha itu” dan semua adegan plus alur ceritanya pun hanyalah rekaan belaka.

Tapi setelah kita melirik ke film esek-esek cetakan impor, mari milihat “produk” cipta-karya dalam negeri. Hasil reportase saya di lapangan menghasilkan fakta yang sangat mengejutkan. Beberapa hari menjelajah di situs forum diskusi 18+ lokal, semacam k****l dan s******u, saya berani menyimpulkan jika Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia pun juga mengalami trendhijaber porn”!

Bukan apa-apa, melalui fasilitas “search” di situs-situs lokal itu, hasil posting-an berkonten pornografi dengan kata kunci “jilbab” jumlahnya mencapai ratusan. Muslim perlu bergidik ngeri jika melihat isi yang terdapat di dalamnya. Begitu banyak wanita berwajah lokal yang masih menggunakan jilbab nekat berpose sensual tanpa baju dan celana, bahkan banyak di antaranya masih memakai pakaian yang disyariatkan itu saat melakukan hubungan intim yang direkamnya sendiri bersama pasangan.

Cap “setting-an” kali ini tidak bisa dipakai lagi karena tentu bermacam foto dan video yang diunduh di situs buatan Indonesia itu rata-rata “home-made” alias karya pribadi yang dilakukan atas niat pemerannya, bukan tuntutan profesi apalagi ditujukan untuk produk industri berbasis pornografi.

Yang lebih mengejutkan, banyak komentar anggota forum yang mengungkapkan ketertarikan mereka secara seksual terhadap pengguna jilbab. Apalagi sejak munculnya tren “jilboob” yang secara masif menyorot para wanita berjilbab yang menggunakan busana serba ketat. Sampai-sampai terbentuk semacam fans penggemar wanita berjilbab di bermacam situs forum dewasa. Belum lagi banyak didapati akun di jejaring sosial Facebook, Twitter, YouTube dan lain-lain yang mengkhususkan diri menyajikan objek seksual berupa perempuan dengan tampilan muslimah.

Ini jelas berbahaya.

Jilbab sejak awal memegang fungsi yang sentral dalam ajaran agama Islam. Islam menganggap seorang wanita akan lebih terhormat dan terlindungi dari perbuatan asusila jika auratnya tertutupi jilbab. Sosialisasi fungsi dan manfaat jilbab ini pun mendapat sambutan positif di berbagai daerah di Indonesia dengan populasi muslimah yang besar. Bagi saya sendiri yang tinggal di kota Medan, Sumatera Utara, bukan hal yang aneh lagi bertemu dengan seorang hijaber. Dari 10 wanita muslimah di kota Medan, mungkin 7 di antaranya sudah memutuskan memakai jilbab. Di  daerah lain pun bisa saja hal yang sama juga terjadi.

Tapi, dengan menjamurnya konten porno yang diperankan oleh wanita dengan tampilan muslimah, impor maupun lokal, bisa saja menjadi ancaman tersendiri dalam penegakan syariat Islam dalam adab berbusana.

Tentu bukan hal yang mengejutkan jika pornografi berulang kali mendapat sorot negatif dari sisi norma, agama hingga pembuktian ilmiah. Selain menjadi salah satu faktor penyubur tindak kriminal bermotif seksual  terhadap wanita, pornografi juga memiliki kemampuan untuk menyugesti pesan tertentu ke dalam pikiran bawah sadar penonton. Kajian psikologis sudah banyak menyinggung hal tersebut.

Jika tren “hijaber porn” tidak ditanggulangi secara serius, bisa jadi tujuan mulia untuk melindungi seorang muslimah lewat penggunaan jilbab malah gagal tercipta. Sugesti berulang-ulang lewat konten audio-visual berupa gambar atau video bisa menanamkan gambaran mesum di pikiran para pria terhadap pemakai jilbab. Bukan hanya mereka yang tergolong pemakai jilbab yang ‘keliru’ yang kemudian dilabeli “jilboob” saja, karena bisa juga wanita yang mengenakan jilbab yang sesuai dengan perintah agama tak terkecuali jadi objek pikiran asusila hingga  jadi sasaran pelecehan seksual.

Mungkin agak aneh jika seorang non-muslim seperti saya memperingatkan hal yang menjadi urusan internal ajaran agama Islam. Tapi sebagai orang Indonesia yang menghormati kebhinekaan dan tak terima dengan pelecehan berbau SARA, ditambah saya juga punya banyak teman wanita pengguna jilbab dan mendukung niat mulia di balik penggunaan jilbab itu sendiri, tak salah jika saya menyampaikan alarm peringatan lewat tulisan ini!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun