Mohon tunggu...
Ardi Winata Tobing
Ardi Winata Tobing Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk mengingat.

Prokopton.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Situs Rating: Agar Menonton Film tak Seperti Membeli Kucing dalam Karung

24 Maret 2015   18:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:06 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya risih kalau setiap kali menonton film dengan adik, orang tua atau teman lawan jenis tapi tiba-tiba di salah satu scene (atau lebih) ada adegan seks, kekerasan atau gambar disturbing lainnya. Mending kalau nonton sendirian, hitung-hitung rezeki, tapi kalau dengan orang lain malah jadi salah tingkah. Itu yang saya sering alami dulu. Banyak film keluaran Hollywood yang berkualitas dan layak dinikmati ramai-ramai, tapi karena cuma mengandalkan referensi dari sinopsis seadanya, malah tak tahu kalau film yang dilihat mengandung unsur mesum dan berdarah-darah. Bahkan film bergenre romance dan drama keluarga saja tak jarang memunculkan adegan-adegan seperti itu. Acara menonton bareng pun bisa-bisa dipenuhi lototan mata.

Untung saja internet selalu punya solusi. Tak perlu waktu lama buat menemukan situs bernama IMDb.com, singkatan dari Internet Movie Database. Seperti namanya, situs ini mengkhususkan diri untuk menyediakan tetek-bengek mengenai film dengan komperhensif. Mulai dari daftar detail pemain, kru di belakang layar, trailer, biaya pembuatan, pendapatan, sampai unsur goofs atau kesalahan-kesalahan teknis yang terjadi di dalam film.

[caption id="attachment_374710" align="alignleft" width="300" caption="IMDb.com"][/caption]

Nah, salah satu fitur baik hati yang IMDb sediakan adalah “Parents Guide”. Walau saya belum menjadi seorang Bapak, tapi fitur yang kalau diindonesiakan kira-kira berarti “bimbingan orang tua” itu cukup banyak membantu.

Kegundahan hati mendapati adegan tak senonoh dalam film saat menonton dengan orang lain yang belum layak untuk melihatnya atau dalam  keadaan kurang tepat, paling tidak bisa diantisipasi lewat fitur ini.

Parents Guide” di IMDb menyediakan 5 poin rinci adegan-adegan yang paling dihindari para orang tua dari sebuah film yang ditonton anak-anak mereka, yaitu: sex and nudity (seks dan yang bugil-bugil), violence and gore (kekerasan dkk.), profanity (cakap kotor), alcohol/drugs/smoking (alkohol, narkotika, dan rokok) dan frightening/intense Scenes (adegan menyeramkan).

Situs ini memberi tahu apa saja adegan yang mengandung unsur "tak pantas" secara spesifik dalam keseluruhan film. Tak cuma itu, fitur tersebut juga memberi label tertentu untuk setiap film berdasarkan komposisi konten yang ada.

Rating G atau general yang berarti umum dan siapa saja boleh nonton (Indonesianya ‘SU’ atau Semua Umur). PG-13, bimbingan orang tua untuk anak di bawah 13 tahun. R atau Restricted, film yang dibatasi untuk usia tertentu karena mengandung materi dewasa. Dan terakhir NC-17, film yang diharamkan untuk anak-anak di bawah 17 tahun. Sistem rating film meminjam milik Motion Picture Association of America's (MPAA). Biarpun yang digunakan adalah standar rating AS, tapi bisa dibilang indikator konten yang dipakai dalam menilai adegan per adegan cukuplah ketat. (Bahkan penggunaan bikini yang terlihat di film digolongkan sebagai bagian dari adegan "sex and nudity" walaupun adegan tersebut tidak dalam konteks seksual).

Ini adalah salah satu penampakan fitur parents guide yang mengulas 5 unsur “tabu” dalam film “American Reunion”.

[caption id="attachment_374712" align="alignleft" width="300" caption="Parents Guide IMDb.com"]

14271946911347225011
14271946911347225011
[/caption]

14271947901855900411
14271947901855900411

Memang, ulasan yang ada dalam parents guide di IMDb adalah hasil karya para anggota yang terdaftar di situs itu, bukan dari produsen resmi atau lembaga sensor film, sehingga siapa saja diberi kebebasan untuk mengubahnya. Tapi jangan salah, isinya bisa dipertanggungjawabkan kok dan terbilang cukup akurat. Jarang ada adegan “dosa” yang terlewat dari pantauan si reviewer.

Meraba Kualitas lewat Situs Rating

Dari yang saya amati, situs semacam IMDb kebanyakan digunakan untuk melihat rating atau pemeringkatan kualitas film. Ya, itu jelas jadi fitur utama yang dimiliki seluruh website yang bergerak di ranah pe-rating-an. Dengan mengetahui rating film yang akan ditonton, paling tidak sudah menjadi gambaran yang cukup untuk mengetahui kualitas keseluruhan dari sebuah film. Istilahnya, kita tak perlu membeli jajanan yang sama dengan yang dimuntahkan orang lain.

Tapi karena urusan penilaian berada di area subjektifitas, tentu lebih bijak kalau melakukan perbandingan terlebih dahulu, karena walau seringnya searah dan sejalan, nilai yang diganjar sebuah situs rating nyatanya juga bisa berbeda satu dengan yang lain. Melihat trailer juga bisa dijadikan acuan, biarpun banyak film yang dianggap cuma keren di trailer, tapi buruk di isi keseluruhan.

Selain IMDb.com, rottentomatoes.com juga jadi situs rating yang paling sering dirujuk movie mania. Dari segi fitur, kedua situs ini tak punya beda yang kentara. Masing-masing memberikan ulasan rinci mengenai ragam tayangan, mulai dari film, tv show hingga kartun berseri. Detail lengkap yang ingin diketahui calon penonton juga disediakan dengan gamblang di situ.

Setelah membahas yang baik-baik, kini giliran menyorot kekurangan. Kelemahan situs rating film rata-rata sama. Misalnya saja, penonoton Indonesia akan kesulitan mendapati rating dari sinema keluaran dalam negeri. Kalaupun ada, banyak fitur yang tidak tersedia atau kurang lengkap. Paling hanya beberapa film lokal yang sudah di-Hollywood-kan yang bisa mendapat perlakuan yang layak dari situs-situs itu. Jadi, jangan harap bisa menemukan parents guide untuk film semacam “Suster Keramas” atau “Menculik Miyabi”, karena data yang akan ditampilkan cuma seadanya saja. Bisa dipastikan penggunaan situs rating hanya bisa dijadikan panduan untuk mengetahui kualitas produk tayangan impor yang memang satu, dua atau bahkan tiga tingkat lebih baik dibanding film produksi dalam negeri.

Kelemahan lain adalah masalah “spoiler”, atau bocoran adegan yang bahkan tak jarang menyinggung soal ending! Spoiler adalah najis bagi calon penonton, jadi hati-hati membaca ulasan yang kadang kebablasan. Jangan mudah terkecoh kalimat-kalimat tertentu yang menggoda rasa ingin tahu. Bukankah hidup tak akan punya arti lagi jika kita sudah tahu jalan takdir yang kita punya? Film juga punya prinsip yang sama.

Di luar beberapa kelemahan minor itu, situs rating tetap bisa dijadikan sumber referensi utama yang informatif bagi Anda para orang tua atau pribadi budiman seperti saya yang tak mau menjejali mata anak-anak atau rekan sepenontonan dengan yang "aneh-aneh" dan juga bisa dijadikan pembisik terpercaya bagaimana "bobot, bibit, bebet" film yang akan Anda nikmati.

So, kalau tak mau kecewa karena dikhianati ekspekstasi yang terlanjur tinggi, melirik rating tentu bukan hal yang buruk kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun