Mohon tunggu...
Ardi Winata Tobing
Ardi Winata Tobing Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk mengingat.

Prokopton.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mulai dari Penyebaran Kebencian Hingga cara Merakit Bom

1 April 2015   18:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:40 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ribut-ribut di media sosial twitter kemarin bersumber dari kabar yang agak mengejutkan: 19 situs yang dianggap menyebar ajaran radikalisme diblokir oleh Kominfo. Taggar "#KembalikanMediaIslam" jadi pertanda gelombang protes masif yang dilakukan oleh sebagian masyarakat yang tak terima situs-situs yang dikenal dengan konten “Islami” malah di-blacklist oleh provider  ISP Speedy, Telkom, dan Telkomsel. Tudingannya seragam, yaitu tindakan sepihak yang dilakukan BNPT dan Kominfo disebut sebagai bentuk islamophobia dan aksi pembungkaman terhadap kebebasan beraspirasi yang dengan tegas dilindungi oleh UUD 1945 dan merupakan nafas utama negara yang menjadikan demokrasi sebagai pondasi.

Melihat 19 daftar nama situs yang jadi pesakitan, beberapa di antaranya sudah sangat familiar di kalangan netizen. Sebut saja voa-islam.com, arrahmah.com, dakwatuna.com dan Eramuslim.com.

Berikut list situs ‘radikal’ yang diblokir kominfo:

1.Arrahmah.com
2.Voa-islam.com
3.Ghur4ba.blogspot.com
4.Panjimas.com
5.thoriquna.com
6.Dakwatuna.com
7.Kafilahmujahid.com
8.An-najah.net
9.Muslimdaily.net
10.Hidayatullah.com
11.Salam-online.com
12.Aqlislamiccenter.com
13.Kiblat.net
14.Dakwahmedia.com
15.Muqawomah.com
16.Lasdipo.com
17.Gemaislam.com
18.Eramuslim.com
19.Daulahislam.com

Bermodal provider internet yang tak ikut-ikutan mem-block 19 situs itu  (dan pengetahuan jurnalistik dasar), saya lalu mencoba melakukan check and recheck untuk menjawab rasa penasaran dan memastikan apakah kebijakan kontroversial yang dikeluarkan oleh BNPT ft. Kominfo sesuai konteks atau malah berlebihan dan terburu-buru seperti yang dikritik oleh banyak pihak

Satu per satu saya observasi situs tersebut tanpa kendala berarti. www.ghur4ba.blogspot.com jadi sampel pertama yang saya amati.

Ketika wajah situs yang berbasis blog ini tampil di layar komputer, saya langsung saja tersentak kaget. Bukan apa-apa, posting-an paling atas bertanggal Oktober 2012 menyisipkan link unduh e-book yang  berisikan “kursus peledakan”. Bukan "peledakan" dalam artian konotasi atau kata majas--namun bermakna harafiah tentang langkah dan cara merakit benda yang punya daya ledak!

Saya lalu coba download buku yang disebutkan ditulis oleh seseorang bernama asy-Syahid Syaikh Profesor Abu Khabab Al-Mishri taqobalahullah. Ah, file yang di-posting ternyata sudah dihapus situs storage mediafire.com, tempat file itu disimpan. Tak habis akal, saya kemudian browsing e-book "berbahaya" yang dimaksud di situs itu. Ketemu! Dan benar saja, isinya memang sesuai judul. Dengan detail dan jelas, buku elektronik tersebut menjabarkan langkah, komposisi dan deksripsi bermacam jenis alat peledak dengan ragam tingkat eksplosifitas.

Ini sebagian dari daftar isi buku yang di banyak halamannya diselipi ayat-ayat Quran itu.

[caption id="attachment_376184" align="aligncenter" width="457" caption="Daftar isi e-book"][/caption]

Situs tersebut secara jelas berorientasi pada ajakan dan hasutan untuk melakukan gerakan radikal berbungkus ‘jihad’. Surat ancaman yang pernah dibuat gembong teroris jaringan Poso, Santoso alias Syaikh Abu Wardah, jadi pembukti yang jelas jenis ideologi yang diusung situs yang tampaknya sudah lama tak aktif itu.

Situs kedua yang saya jadikan objek analisis adalah panjimas.com.

1427888279513105139
1427888279513105139

Laman panjimas.com

Berbeda dengan website sebelumnya, situs yang satu ini bisa dikatakan lebih aktif dan up to date, ditandai dengan tanggal konten yang dipublis masih berada di kisaran bulan Maret 2015. Sama seperti konten unggahan ghur4ba.blogspot.com, panjimas.com sudah langsung membuat mata ini tak nyaman ketika pertama kali membaca judul dan isi artikel di laman utamanya.

Masih ingat dengan pelaku pengeboman di Bali tahun 2002 yang merenggut nyawa 202 manusia (bukan hewan atau tumbuhan) bernama Nurdin M. Top? Panjimascom tanpa rasa bersalah memublis sebuah artikel berjudul Mengenang Detik-detik Syahidnya Noordin M Top di Malam 27 Ramadhan yang isinya dengan sangat jelas memberi pembelaan berbunga-bunga pada teroris asal Malaysia yang tewas dalam penyergaban di Surakarta, 2009 lalu itu.

Di banyak artikel lain pun, tendensi dukungan terhadap Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)—yang dalam situs ini disebut sebagai "Daulah Islamiyah"—tampak eksplisit dan jelas.

Lihat saja artikel:

http://panjimas.com/news/2015/03/21/praktisi-hukum-mendukung-isisis-gak-bisa-dijerat-dengan-pasal-makar,

http://panjimas.com/videos/2015/02/03/video-eksklusif-indahnya-keseharian-mujahidin-al-shabab-di-shabelle-shoufle-somalia/,

http://panjimas.com/news/2015/03/21/ketua-isac-mendukung-sebuah-negara-seperti-isisis-itu-salah-satu-kebebasan-berpolitik/

dan http://panjimas.com/videos/2015/02/03/video-eksklusif-indahnya-keseharian-mujahidin-al-shabab-di-shabelle-shoufle-somalia/.

Selain kecenderungan membela paham radikalisme, pola konten lain yang diungggah oleh situs ini juga menyasar sentimen SARA. Dengan mudah, pembaca dapat menemukan banyak arikel yang dengan provokatifnya menghujat dan melakukan penghinaan berat terhadap ajaran agama tertentu. Misalnya saja artikel berjudul Kitab Sucinya Porno, Pendetanya Cabul: LaTascha Emanuel Berkhotbah Sambil Pamer Payudara , atau artikel yang dijuduli "Valentine’s Day: Oplosan Agama Berhala, Kristenisasi Dan Tradisi Kemesuman!"

Voa-islam.com, yang mungkin jadi situs paling populer di antara deretan nama yang menghiasi daftar blokir, jadi objek kajian saya selanjutnya.

Kesan pertama yang saya dapatkan setelah membaca “berita” yang dimuat di situs ini adalah: konten voa-islam rata-rata bukan produk jurnalistik. Tanpa mesti perlu belajar dalam-dalam soal elemen kewartawanan dan penulisan berita, siapa saja bisa dengan mudah menyimpulkan kalau isi artikel di portal ini hanyalah opini satu arah yang banyak disisipi kalimat provokatif. Tak cover both side, memihak dan kerap mengunggah foto-foto disturbing yang tak layak dilihat (misalnya saja mayat dengan kepala pecah), adalah kesalahan jurnalistik fatal yang harusnya tak boleh dibiarkan. Tak cuma kaidah jurnalistik dasar saja, konten yang dipublikasikan juga sarat dengan paham radikalisme. Seperti artikel  yang dimuat panjimas.com, voa-islam juga nampak memberi hormat kepada beberapa nama yang sudah tewas di tangan polisi dan orang-orang yang dikenal karena aksi terorismenya. Misalnya saja pembelaan manis situs ini terhadap Nurdin M. TopImam Samudra dan dukungan terhadap aksi tragedi bom bali I.

Tak cuma pembelaan terhadap aktifitas dan pelaku terorisme, konten provokatif berjenis SARA juga sangat mudah ditemukan di situs tersebut.

Sebenarnya, sudah beberapa kali situs yang didirikan di Bekasi pada bulan April 2009 tersebut mendapat kritik dari banyak pihak. Rata-rata menyoroti kesalahan pemberitaan yang dilakukan pihak “jurnalis” voa-islam. Misalnya saja ini dan ini.

Tak Semua. Tapi? Sama Saja

Situs-situs lain yang ada di daftar pemblokiran (dan banyak website lain yang tak tercantum) punya pola pemberitaan yang kurang lebih serupa. Jika dilakukan kajian ilmu komunikasi bidang jurnalistik semacam framing, analisis isi atau wacana, akan tampak jelas beberapa situs cenderung menyelipkan dukungan terhadap gerakan radikalisme ISIS atau organisasi sejenis yang telah dilabeli “berbahaya” oleh publik dunia. Bahkan thoriquna.com memuat lambang ISIS pada logo situsnya.

[caption id="attachment_376188" align="aligncenter" width="283" caption="Logo thoriquna.com yang memuat lambang ISIS."]

1427889003367061221
1427889003367061221
[/caption]

Memang, tak seluruh situs yang ada di daftar blokir sepemikiran soal kelompok militan yang jumlah anggotanya kini mencapai puluhan ribu itu. Saya agak kaget ketika mendapati www.arrahmah.com yang pemberitaannya sering dicap negatif karena memuat konten yang dituding radikal, ternyata di beberapa artikel tampak membingkai opini anti terhadap gerakan yang dipimpin Abu Bakr Al-Baghdadi.

Lihat dan baca saja berita ini:

http://www.arrahmah.com/news/2015/03/11/isis-eksekusi-salah-seorang-hakim-syariah.html

http://www.arrahmah.com/news/2015/03/09/astaghfirullah-isis-tolak-mujahidin-jaisyul-islam-sholat-2-rakaat-sebelum-dieksekusi-mati.html

http://www.arrahmah.com/news/2015/03/11/pbnu-warga-nu-dan-muslim-lainnya-jangan-termakan-mimpi-mimpi-isis.html

http://www.arrahmah.com/news/2015/03/11/pbnu-warga-nu-dan-muslim-lainnya-jangan-termakan-mimpi-mimpi-isis.html

Biarpun begitu, di pemberitaan lain, bentuk intoleransi dan isi berita yang berbau provokatif terhadap agama dan ras tertentu masih bisa ditemukan.

Kesimpulan yang bisa saya buat dari hasil analisis kilat nan singkat dari seluruh situs yang diwafatkan Kominfo, memang ada kecenderungan konten pemberitaan (baik yang agak malu-malu maupun yang langsung terang-terangan) yang memberi dukungan terhadap bermacam gerakan radikal dan terorisme, entah itu ISIS, Boko Haram, Al Shabaab, dan lain-lain.

Tapi faktanya tak total semua begitu. Arrahmah.com malah pasang wajah tampak tak simpatik dengan gerakan Negara Islam Iraq dan Suriah.. walaupun di situs itu masih ada slot untuk konten pemberitaan bertemakan jihad dan artikel provokatif yang menyinggung SARA.

Sangat disayangkan jika banyak orang masih saja membela eksistensi situs yang dengan sangat terang-terangan melakukan aksi provokasi dan dukungan terhadap kelompok yang sudah dilabeli “ gerakan terorisme” seperti di atas dan yang dengan jelas membentuk opini anti-Pancasila "Bhineka Tunggal Ika" yang merupakan falsafah bangsa.

Apakah mereka yang dengan garang mengajukan protes terhadap tindakan Kominfo belum membaca isi posting-an tak layak yang dipublis situs-situs itu (dan cuma ikut-ikutan protes) atau malah para kritikus pemblokiran memang orang-orang yang tak punya toleransi dan cinta kekerasan? Entahlah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun