Mohon tunggu...
Ardie Adami
Ardie Adami Mohon Tunggu... -

LELAKI kelahiran Kendari, 11 Mei 1982 ini adalah bungsu dari empat bersaudara. Sejak kecil, ia dikenal dengan nama Iman, empat huruf terakhir dari nama panjangnya: Ardiman. Namun kini, ia lebih senang dipanggil Ardi, empat huruf pertama. Di usia yang sudah memasuki kepala tiga, ia terus berupaya melakukan perubahan dalam dirinya agar menjadi manusia yang sesungguhnya, seperti motto yang selalu ia ikrarkan untuk membuatnya terus bersemangat: Esok sudah tidak bisa lagi mengubah apa yang terjadi hari ini, tapi hari ini masih dapat mengubah apa yang akan terjadi pada hari esok...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berdamai dengan Stres

13 Juni 2013   17:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:04 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


“In times of great stress or adversity,it’s always best to keep busy, to plow your angerand your energy into something positive.” - Lee Iacocca


Tidak seperti biasa, Mudin (bukan nama sebenarnya) kelihatan tak bergairahmelakukan aktivitasnya di kantor. Keceriaan seolah menguap dari wajahnya. Pandangannya sesekali kosong. Dan jangankan lagi santai, sedang bekerja pun ia bisa terhanyut dalam kehampaan sesaat. Ada apa gerangan? “Saya lagi stres. Pusing, tak jelas harus berbuat apa. Padahal saya sudah serius bekerja,” katanya sembari menarik nafas panjang. Tarikan nafas itu cermin ketertekanan.

Ternyata, Mudin stres karena di mata atasannya, tak ada pekerjaannya yang dianggap beres. Tuntutan kinerja yang seringkali melampaui kemampuannya telah menggerogoti antusiasnya dalam bekerja. Tidak jarang ia mendapat teguran karena kinerjanya yang buruk. Ditambah lagi, masalah finansial yang membelit biduk rumah tangganya. Ia pun jadi uring-uringan. Saat seperti itu, ia tak mampu memahami masalah sendiri dengan dalam. Maka yang muncul kemudian adalah stres.

Tuhan menciptakan manusia dengan segenap keunikan. Sejak ia dilahirkan, manusia sudah mulai belajar mengenal sifat-sifat lingkungannya. Pun bagaimana cara menghadapinya. Proses ini berlangsung terus menerus dalam kehidupannya. Dalam proses itu, ada tuntutan terhadap masalah yang mewarnai kehidupan emosional seseorang. Entah itu emosi positif, seperti cinta, bahagia, dan senang; atau emosi negatif, berupa rasa takut, cemas, marah, tertekan, dan rasa bersalah. Situasi yang menekan tersebut memicu timbulnya stres.

Stres merupakan respon emosional yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan, stres sudah menjadi bagian dari kehidupan itu sendiri. Ia datang akibat adanya situasi yang menimbulkan tekanan dan gangguan pada keseimbangan hidup seseorang. Biasanya,stres menampilkan diri melalui berbagai gejala, semisal meningkatnya kegelisahan, ketegangan, dan kecemasan. Juga dapat tampil dalam bentuk perubahan perilaku, dimanaseseorang jadi tidak sabar, lebih cepat marah, atau menarik diri dari lingkungan sosial. Pada tingkat stres yang berat, seseorang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri.

Namun begitu, meski cukup sering mengganggu, stres tidak perlu selalu dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Dalam hal-hal tertentu, stres memiliki implikasi positif. Istilah psikologinya: eustress atau stres dalam artian positif. Keadaan ini dapat memompa motivasi dan berdampak menguntungkan. Agar prestasi kerja optimal, misalnya, seseorang memerlukan tingkat stres tertentu, bukan pada tingkat stres terendah atau sebaliknya. Stres yang terlalu sedikit maupun stres yang berlebihan dapat mengakibatkan prestasi kerja menurun.

Telaah psikologi mengindikasikan stres terjadi jika seseorang dihadapkan pada peristiwa yang dirasakan sebagai ancaman terhadap kesehatan fisik maupun psikologisnya. Karena itu, sebagian ahli mendefinisikan stres sebagai tekanan (pressure) atau ketegangan (strain). Dengan kata lain, stres merupakan keadaan tertekan dimana beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuannya untuk mengatasi beban tersebut. Makanya, jika tidak ingin dirongrong stres terus menerus, kita perlu melakukan usaha-usaha untuk menguasai, mengurangi, menoleransi, dan meminimalisir tekanan-tekanan itu.

Pada dasarnya, setiap orang memiliki cara tertentu dalam mengelola stres. Strategi yang dikenal dengan istilah “koping” ini, tergantung dari bagaimana penghayatan atau penilaian seseorang dalam menghadapi situasi dan kondisi yang mengganggu kenyamanan dirinya. Dalam bukunya Model Proses Stres dengan Tiga Strategi Coping, Wilman Dahlan Mansoer mengemukakan tiga strategi yang biasa dilakukan seseorang untuk mengelola stres. Pertama, koping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping), dimana seseorang berusaha mengurangi reaksi emosi negatif dengan cara meredakan tekanan-tekanan yang dihadapinya. Kedua, koping yang berpusat pada masalah (problem focused coping) dengan melakukan tindakan langsung dalam menyelesaikan masalah, mencari informasi, merubah pola pikir dan motivasi, serta membuat rencana baru untuk menghadapai stres. Ketiga, koping yang berfokus pada religi (religious focused coping) melalui aktivitas ritual keagamaan, seperti berdoa, sembahyang, zikir, meditasi, atau yoga. Dengan memperkuat keimanan terhadap Sang Maha Kuasa, diyakini sebagai cara yang ampuh untuk melepaskan energi negatif yang menguasainya.

Hasil riset Stephanie Graham dan Susan Furr bertajuk “Religion and Spirituality in Coping with Stress” yang dipublikasikan oleh Journal of Counseling and Values Edisi Oktober 2001, menunjukkan bahwa semakin penting spiritualitas bagi seseorang, maka semakin besar kemampuannya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Penelitian ini mengungkapbetapa spiritualitas berperan penting dalam mengatasi stres. Spiritualitas melibatkan dimensi transendentalyang digunakan sebagai terapi untuk membebaskan diri dari situasi-situasi yang penuh tekanan di dalam hidup. Disebutkan pula, kesehatan spiritual mencakup penemuan makna dan tujuan hidup, mengandalkan Tuhan atau suatu kekuatan yang lebih tinggi (The Higher Power), serta merasakan kedamaian dan kebahagiaan.

Beberapa kiat lain yang bisa ditempuh untuk menangani stres adalah mempertahankan daya tahan tubuh sebaik mungkin, menerima diri apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan, memelihara hubungan sosial dengan orang lain, pun melakukan tindakan positif dan konstruktif dalam mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Penting juga melakukan aktivitas kreatif di luar pekerjaan, seperti olahraga dan rekreasi; atau melibatkan diri dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Dengan begitu, orang-orang seperti Mudin dapat berdamai dengan stres.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun