Mohon tunggu...
Ardi Drafter
Ardi Drafter Mohon Tunggu... -

Perenung Sufistik Virtual

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Prinsip Pahit...

9 Juni 2014   17:14 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:33 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setelah menghembuskan nafas di lebih dari Duaratus tujuh puluh ribu jam sampai saat ini, akhirnya Tuhan memberiku penegasan akan pengalaman bahwa TIDAK ADA TEMAN YANG SETIA KAWAN, SEMUA REKAT MELEKAT DAN DAPAT SERTA MERTA SEKETIKA LUNTUR KARENA KEPENTINGAN.

Benarpah Pepatah Romawi yang berkata : LEBIH ELOK MEMELIHARA ANJING DARIPADA MANUSIA SEBAB ANJING SELALU LEBIH SETIA SEDANG MANUSIA HANYA BERHENTI MENYALAK JIKA MULUT DAN PERUTNYA MASIH KENYANG.

Pada dasarnya, di Dua puluh sembilan tahun terakhir, prinsip hidupku adalah PERCAYA SERATUS PERSEN KE SEMUA ORANG SAMPAI ORANG ITU SENDIRI BERPRILAKU YANG MEMBUATNYA MELUNTURKAN KEPERCAYAAN ITU.

Setelah hari ini, ku ubah prinsip itu menggantinya dengan MEWASPADAI TIAP ORANG SAMPAI ORANG ITU MEMBERI PERLAKUAN YANG PANTAS UNTUK MENDAPATKAN LABEL TERPERCAYA.

Hal ini disebabkan oleh sebuah pengalaman sejarah ketika membangun jaringan keluarga yang tak ikat darah dan hanya pengakuan semata kepada semua yang pernah rekat melekat di manfaat resiprok dalam konteks kekuasaan pemerintahan.

Walhasil, setelah kuberi semua yang diperlukan, termaksimalkan semua kemampuan, terfasilitasi setiap keinginan, terjaga apapun perlakuan, dan kuanggap mereka sebagai keluarga namun saat aku harus turun tangga hingga jatuh tergelincir pada kaki yang disana, mereka yang kuanggap keluarga telah berkomplotan menimpa sekalian dengan tangganya.

Astagfirullahu aladzim...

Pengalaman ini hanya membuatku mengelus dada dan meraup hikmah, SEBURUK BURUKNYA ORANG YANG BERPRILAKU BURUK MEMANG RELEVAN DENGAN TINDAKAN BURUK YANG SELALU MENCARI CARA MEMBURUKKAN PULA ORANG LAIN.

Untungnya, Tuhan dengan segala keadilan dan kemahaaNYA hanya memberiku pengalaman tanpa kerugian berarti selain Hikmah yang insyaAllah membuat mental dan jiwa ini lebih kuat menapak jalan sukses yang lebih benderang.

Terima kasih atas perlakuan khianat ini dan kelak hanya sepotong cerita buruk ini yang akan serupa alarm untuk lebih berhati hati menjalin persaudaraan dengan mahluk yang tak segolongan darah.

Sembari mengulang ulang Surah Al Ikhlas kuingati kembali komparasi takdirku dan takdir mereka dan kesimpulannya :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun