Film kini menjadi jembatan dalam membentuk ‘Budaya Populer’ yang di sematkan ke dalam setiap scene. McQuail dalam bukunya yang berjudul Teori Komunikasi Massa menyebutkan unsur budaya popular seringkali menjadi perantara dalam menanamkan nilai serta penerapan ideologi sosial politik tertentu. Penanaman tersebut tentu memalui visual dalam film melalui simbol, ikon serta visual gambar. Hal tesebut memang sengaja dilakukan untuk mengajak penonton agar lebih seksama dalam melihat setiap scene dan dialog dalam film. Jika penonton melihat dengan teliti dan seksama maka informasi dapat tersampaikan.
Informasi dapat dimasukkan dalam semua genre film. Namun, dalam membentuk budaya populer dalam film memerlukan riset yang mendalam terkait tentang nilai dan penerapaan idelogi. Film bagaiakan sebuah kertas putih yang dapat di tulis dengan berbagai unsur seperti informasi, mitos, ideologi, aliran dan lain sebagainya. Pada zaman sekarang banyak sekali isu-isu sosial yang beredar di kalangan masyarakat. keberadaan film yang dirasa dapat menjadi media yang efektif dalam menyebarkan isu-isu sosial yang ada.
Salah satunya ialah film US (2019) karya Jordan Peele dengan genre horror thriller. Film ini dirilis pertama pada tahun 2019 di South West Film Festival. Dalam film ini berisi kritikan tentang realita yang pernah terjadi. Oleh karena itu, film ini memiliki unsur isu sosial yang menonjol di setiap scene. Sutradara film ini ingin membawa sikap anti rasisme sesuai realita yang pernah terjadi di wilayah Amerika tentang rasisme kepada bangsa kulit hitam.
Cerita dalam film berawal di tahun 1986, seorang Wanita muda Bernama Adelaide berlibur bersama orang tuanya ke Kawasan pantai Santai Cruz. Ketika berjalan-jalan sendirian, dia menemukan sebuah waha di bibir pantai yang berbentuk rumah dan dia masuk ke dalamnya. Saat sudah masuk kedalam, dia melihat sebuah cermin, mendekatinya lalu melihat sosok dirinya. Kini, Adelaide sudah menjadi seorang istri dari Gabe Wilson dan mempunyai dua orang anak yaitu Zora dan Jason. Ketika musim panas tiba, mereka sekeluarga merencanakan untuk pergi liburan. Tujuannya adalah rumah milik Adelaide di sekitar pantai yang nggak disambut antusias oleh dirinya sendiri karena pernah mengalami kejadian yang sulit dilupakan
Setibanya di rumah masa kecil Adelaide, nggak ada hal aneh terjadi. Ketika melewati sekitar pantai, Jason melihat seorang lelaki berdiri dengan tangan terbuka dan yang mengerikan adalah ada darah mengalir dari tangannya. Walau melihat keanehan, dia mengalami penyangkalan dalam dirinya kalau dia baru saja menyaksikan sesuatu yang janggal. Pada malam hari, keluarga Wilson melihat empat orang berdiri di jalan masuk rumah. Keempat orang itu menggunakan pakaian merah lengkap dari atas ke bawah seperti seragam. Anehnya, mereka semua memiliki perwujudan yang sama dengan keluarga Wilson. Mereka membobol rumah dan mencoba menyerang. Empat orang berpakaian merah adalah Pluto yang menyerupai Jason, Umbrae menyerupai Zora, Abraham menyerupai Gale dan Red menyerupai Adelaide. Di antara mereka semua, hanya Red yang bisa dipahami dari caranya berkomunikasi. Dia menyatakan bahwa kembaran atau doppelganger dan menyebut diri mereka Tethered. Dia melanjutkan bahwa mereka berbagi jiwa yang sama dengan kembarannya dan berusaha untuk melepaskan diri mereka. Red terus berbicara sampai dia menceritakan sebuah cerita tentang seorang wanita yang dicintai dan terlihat bahagia padahal jiwanya sedang menderita dalam kegelapan.
Red berhasil memborgol Adelaide ke meja, Zora dikejar oleh Umbrae, Gabe dikejar oleh Abraham sementara Pluto yang berperilaku seperti anjing liar mengejar Jason. Diawali dengan Gabe yang membunuh Abraham, terjadi kekacauan yang membuat keluarga Wilson berhasil melarikan diri menaiki perahu. Di tempat lain, keluarga Tyler, teman dari keluarga Wilson, tewas diserang oleh sosok kembaran mereka sendiri. Keluarga Wilson tiba di kediaman mereka dan harus berhadapan dengan kembaran keluarga Tyler. Keluarga Wilson berhasil membunuh mereka dan menyalakan televisi. Mereka menyaksiksan berita bahwa Tethered sudah banyak yang membunuh kembaran mereka
Isu tentang rasisme kulit hitam di Amerika sering terjadi dan menjadi isu sosial yang sangat sensitif di kalangan masyarakat. Oki Rahadianto Sutopo dalam jurnalnya yang berjudul Marginalisasi dalam Sejarah Sosiologi Amerika yang dimuat dalam Jurnal Sosiologi (2016) menyebutkan bahwa diskiriminasi ras bukanlah fenomena baru di AS. Fenomena tersebut bahkan sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Streotipe bangsa kulit putih yang merupakan bangsa yang superior dan bangsa kulit hitam inferior masih sulit dihilangkan hingga saat ini. Dalam statistik BBC yang disajikan pada tahun 2020 menyebutkan bahwa angka kematian warga Afrika-Amerika akibat penembakan oleh polisi AS lebih besar dibanding jumlah populais keseluruhan warga AS.
Maka dengan terjadi sikap rasisme terhadap ras kulit hitam, munculah sikap anti rasisme di Amerika. Menururt Scott dalam buku Zaiyardam Zubir yang berjudul Radikalisme Kaum Pinggiran: Studi Tentang Idiologi, Isu, Strategi dan Dampak Gerakan (2002), bahwa perlawanan merupakan segala Tindakan yang dilakukan kaum atau kelompok atau subordinat untuk mengurai serta menolak klaim. Scott membagi perlawanan menjadi dua bagian, yaitu perlawanan publik dan perlawan tersembunyi. Hal tersebut menjadi salah satu alasan sutradara Jordan Peele untuk mengangkatkat isu sosial tersebut menjadi kritikan yang disematkan ke dalam film.
Terlihat dalam film US, beberapa scene memperlihatkan adanya visual yang mengaitkan isu anti rasisme. Bahkan aktor utama yang memerankan film juga dari ras kulit hitam. Pemilihian aktor yang merupakan ras kulit hitam memang terlihat sengaja dilakukan, sebagaimana yang kita tau, ras kulit hitam lah yang menjadi inti dari isu anti rasisme. Namun, tidak semua aktor di dalam film tersebut berkulit hitam, tetapi ada beberapa aktor berkulit putih. Hal tersebut dilakukan agar unsur anti rasisme yang sejak awal menjadi pokok cerita semakin kuat. Selain itu, salah satu scene menunjukan visual televisi yang sedang menyala. Tv tersebut sedang menampilkan saluran berita “All On 7 At 11” yang memberikan sebuah Gerakan kampanye sosial yang “Hand Cross Amerika”. Dalam berita tersebut menampilkan gambar beberapa mata dan gigi, dilengkapi dengan narasi “12 juta mata, 192 juta gigi”, diawai dengan warna kulit yang berbeda-beda, selanjutnya adegan dimana orang kulit putih dan kulit hitam sedang bergandengan tangan dengan membentuk seperti rantai.
Pada scene tersebut menunjukkan adanya kesatuan keberagaman ras yang ada di Amerika. Kesatuan keberagaman ras tersebut lah yang mendorong lahirnya gerakan masyarakat kulit putih dan kulit hitam dalam kegiatan amal “Hand Cross America” sebegai Gerakan kepedulian terhadap masyarakat kurang mampu. Selain itu, dari visual tersebut mengandung kritikan Anti Rasisme, bahwa ras kulit putih dan hitam mampu hidup berdampingan tanpa adanya kasus Rasisme yang sering terjadi di Amerika. Dengan adanya film Us, sikap kepedilian, tolong menolong, kebersamaan antar ras kulit dapat terwujud serta mengurangi kasus Rasisme yang terjadi di Amerika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H