Profesi guru sering kali dianggap sebagai pekerjaan mulia yang membentuk generasi penerus bangsa. Guru dipandang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, sosok yang berdedikasi tinggi, dan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, di balik citra positif tersebut, ada banyak sisi problematik dari profesi guru yang jarang diketahui oleh masyarakat luas. Mulai dari beban kerja yang berat, tekanan psikologis, hingga tantangan finansial, masalah-masalah ini sering kali tersembunyi di balik layar kehidupan seorang guru. Artikel ini akan mengupas tuntas sisi-sisi problematik tersebut, didukung dengan fakta dan data, untuk memberikan gambaran yang lebih utuh tentang realitas profesi guru.
1. Beban Kerja yang Melebihi Kapasitas
Guru tidak hanya bertugas mengajar di depan kelas. Tanggung jawab mereka mencakup persiapan materi pelajaran, evaluasi hasil belajar siswa, rapat dengan pihak sekolah, hingga tugas administratif seperti mengisi rapor dan membuat laporan pembelajaran. Menurut data dari Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pada tahun 2018, guru di Indonesia menghabiskan rata-rata 52 jam per minggu untuk bekerja, jauh di atas rata-rata global yang hanya 38 jam per minggu.
Selain itu, guru juga sering kali harus menghadapi kelas dengan jumlah siswa yang melebihi kapasitas ideal. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjukkan bahwa rasio guru dan siswa di Indonesia adalah 1:16, tetapi di daerah terpencil, angka ini bisa mencapai 1:30 atau lebih. Kondisi ini membuat guru kesulitan memberikan perhatian individual kepada setiap siswa, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas pembelajaran.
2. Tekanan Psikologis yang Tinggi
Profesi guru tidak lepas dari tekanan psikologis yang besar. Guru harus menghadapi tuntutan dari berbagai pihak, termasuk orang tua, sekolah, dan pemerintah. Mereka dituntut untuk menghasilkan siswa yang berprestasi, sementara di sisi lain, mereka juga harus menghadapi siswa dengan latar belakang dan kemampuan yang beragam.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tahun 2020 mengungkapkan bahwa 65% guru di Indonesia mengalami stres akibat beban kerja yang tinggi. Selain itu, guru juga sering kali menjadi sasaran kemarahan orang tua ketika nilai siswa tidak memenuhi harapan. Fenomena ini semakin diperparah dengan adanya tekanan untuk memenuhi target kurikulum yang padat, yang sering kali tidak sesuai dengan kondisi riil siswa.
3. Tantangan Finansial yang Tidak Sebanding dengan Tanggung Jawab
Meskipun profesi guru dianggap mulia, penghasilan yang mereka terima sering kali tidak sebanding dengan tanggung jawab yang mereka pikul. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa rata-rata gaji guru honorer di Indonesia hanya sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2,5 juta per bulan, jauh di bawah Upah Minimum Regional (UMR) di banyak daerah.
Bahkan, guru yang sudah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) pun sering kali mengeluhkan gaji yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, guru dituntut untuk terus mengembangkan kompetensi mereka melalui pelatihan dan sertifikasi, yang sering kali memerlukan biaya tambahan. Kondisi ini membuat banyak guru terpaksa mencari pekerjaan sampingan, yang pada akhirnya mengurangi fokus mereka pada tugas utama sebagai pendidik.