Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Standar Media Sosial dapat Menghancurkan Kehidupan Seseorang

28 Januari 2025   08:00 Diperbarui: 21 Januari 2025   12:12 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://magelangnews.com/2025/01/20/sosial-media-merusak-standar-hidup-anak-muda)

Di era digital ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Platform seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan Facebook memungkinkan kita untuk berbagi momen, berkomunikasi, dan terhubung dengan orang lain di seluruh dunia. Namun, di balik semua manfaat tersebut, ada sisi gelap yang sering kali terabaikan: standar media sosial yang tidak realistis. Standar ini, yang sering kali berupa tuntutan akan kesempurnaan dalam penampilan, gaya hidup, dan pencapaian, dapat menghancurkan kehidupan seseorang dalam berbagai aspek. Artikel ini akan mengulas bagaimana fenomena ini terjadi, didukung oleh data dan wawasan yang relevan.

Tekanan untuk Menjadi "Sempurna"

Media sosial dipenuhi dengan gambar-gambar yang memperlihatkan tubuh ideal, wajah tanpa cela, perjalanan mewah, dan kehidupan yang tampak sempurna. Algoritma platform cenderung mempromosikan konten yang paling "menarik," yang sering kali diedit atau disaring agar terlihat lebih baik dari kenyataan. Sebuah penelitian oleh Royal Society for Public Health di Inggris menemukan bahwa 63% pengguna Instagram merasa platform tersebut menciptakan tekanan untuk memiliki tubuh yang ideal. Fenomena ini dikenal sebagai "compare-and-despair effect," di mana individu merasa tidak puas dengan diri mereka sendiri karena terus-menerus membandingkan diri mereka dengan orang lain.

Dampak Psikologis yang Merusak

Dampak dari standar media sosial terhadap kesehatan mental sangat signifikan. Depresi, kecemasan, dan gangguan makan adalah beberapa masalah yang sering dikaitkan dengan tekanan ini. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Computers in Human Behavior, individu yang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial cenderung mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi. Hal ini diperparah oleh "fear of missing out" (FOMO), di mana seseorang merasa tertinggal atau kurang sukses dibandingkan orang lain yang mereka lihat di media sosial.

Selain itu, standar kecantikan yang tidak realistis sering kali mendorong individu untuk mengambil langkah ekstrem, seperti operasi plastik atau penggunaan produk kecantikan yang berbahaya. Di Korea Selatan, misalnya, angka operasi plastik meningkat drastis dalam dekade terakhir, dan media sosial dianggap sebagai salah satu penyebab utama.

Kehilangan Identitas dan Autentisitas

Ketika seseorang mencoba memenuhi standar media sosial, mereka sering kali kehilangan jati diri mereka yang sebenarnya. Dalam upaya untuk "cocok" dengan apa yang dianggap ideal, individu mungkin mengubah penampilan, kebiasaan, dan bahkan nilai-nilai mereka. Fenomena ini dapat menyebabkan krisis identitas, di mana seseorang merasa kehilangan koneksi dengan siapa diri mereka sebenarnya.

Dalam konteks profesional, hal ini juga dapat berdampak buruk. Sebagai contoh, banyak orang yang merasa harus memamerkan gaya hidup "sukses" di LinkedIn, meskipun hal tersebut tidak selalu mencerminkan kenyataan. Sebuah studi dari University of Bath menunjukkan bahwa tuntutan untuk selalu terlihat sukses di media sosial profesional dapat menyebabkan stres kronis dan kelelahan emosional.

Dampak Finansial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun