Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perlukah Kurikulum Merdeka Diganti Lagi?

2 November 2024   08:00 Diperbarui: 2 November 2024   09:34 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senada dengan itu, Prof. Sri Gunawan, seorang pengamat pendidikan, menambahkan bahwa salah satu kelemahan Kurikulum Merdeka adalah kurangnya kesiapan guru. "Banyak guru di daerah-daerah terpencil belum siap dengan pembelajaran yang terlalu mandiri dan fleksibel. Mereka masih membutuhkan panduan yang lebih struktural dan terstandar,” katanya.

Argumen untuk Mempertahankan Kurikulum Merdeka

Namun, tidak sedikit juga yang mendukung Kurikulum Merdeka dan menilai bahwa kurikulum ini justru merupakan jawaban atas tantangan pendidikan masa kini yang semakin dinamis. Prof. Ratna Sari Dewi, seorang pakar pendidikan dari Universitas Gadjah Mada, menilai bahwa Kurikulum Merdeka adalah upaya yang tepat untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan global. “Kurikulum ini memungkinkan siswa untuk lebih mandiri, kreatif, dan berpikir kritis, sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan tantangan pekerjaan masa depan,” jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa kekurangan dalam penerapan Kurikulum Merdeka tidak harus diatasi dengan mengganti kurikulum secara keseluruhan, melainkan dengan memperbaiki sistem dukungan, pelatihan guru, dan pengadaan infrastruktur pendidikan. “Mengganti kurikulum bukanlah solusi. Yang harus dilakukan adalah memperbaiki implementasinya, memberikan dukungan lebih kepada guru, dan memastikan setiap sekolah memiliki akses yang setara,” tambahnya.

Pandangan serupa diungkapkan oleh Nadiem Makarim, yang terus menegaskan bahwa Kurikulum Merdeka bukanlah sesuatu yang kaku dan tidak bisa disesuaikan. "Fleksibilitas adalah inti dari kurikulum ini. Kami tidak memaksakan satu model pembelajaran, tapi memberikan ruang bagi setiap sekolah untuk menyesuaikan dengan kondisi lokal mereka," kata Nadiem dalam salah satu wawancara.

Apakah Perlu Diganti Lagi?

Perdebatan ini menyisakan pertanyaan: apakah Kurikulum Merdeka perlu diganti lagi? Jawabannya mungkin tidak sederhana. Di satu sisi, memang ada tantangan dalam implementasinya, terutama di sekolah-sekolah yang kurang memiliki akses atau sumber daya. Di sisi lain, mengganti kurikulum setiap beberapa tahun sekali juga bukan solusi yang bijak karena akan menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian.

Menurut para ahli, alih-alih mengganti kurikulum secara total, langkah yang lebih tepat adalah memperbaiki dan menyempurnakan sistem yang sudah ada. Dengan memberikan pelatihan yang lebih intensif kepada guru, meningkatkan fasilitas sekolah di daerah terpencil, dan melakukan evaluasi berkala, Kurikulum Merdeka dapat menjadi alat yang efektif dalam menciptakan generasi muda yang lebih siap menghadapi tantangan global.

Sebagai kesimpulan, mengganti Kurikulum Merdeka mungkin bukan solusi yang ideal. Yang diperlukan saat ini adalah konsistensi dalam pelaksanaan, dukungan infrastruktur, dan penguatan kapasitas para pendidik agar mereka bisa mengoptimalkan kebebasan dan fleksibilitas yang diberikan oleh kurikulum ini.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun