Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Guru di Era Kurikulum Merdeka, Seperti Apakah Tips dan Triknya?

15 Oktober 2024   08:00 Diperbarui: 15 Oktober 2024   08:05 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transformasi dalam dunia pendidikan terus terjadi, dan salah satu perubahan terbesar di Indonesia adalah hadirnya Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini memberi ruang kebebasan bagi guru untuk merancang pembelajaran yang lebih fleksibel dan personal bagi setiap siswa. Peran guru di era Kurikulum Merdeka menjadi semakin krusial, tidak hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai fasilitator yang mendorong kreativitas, kemandirian, dan pengembangan karakter siswa.

Namun, seperti setiap perubahan dalam pendidikan, implementasi Kurikulum Merdeka datang dengan tantangan tersendiri. Untuk menjadi guru yang sukses di era ini, diperlukan berbagai pendekatan, tips, dan trik yang bisa diadopsi. Dengan dukungan dari para ahli pendidikan, artikel ini akan membahas strategi-strategi penting yang dapat diterapkan oleh para pendidik.

1. Memahami Filosofi Kurikulum Merdeka
Langkah pertama dan paling penting adalah memahami konsep dasar dan filosofi dari Kurikulum Merdeka. Menurut Dr. Anies Baswedan, mantan Menteri Pendidikan Indonesia, "Kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa dan lingkungan mereka. Guru harus mampu menyesuaikan materi dan metode pembelajaran agar sesuai dengan konteks lokal dan kondisi siswa."

Guru perlu memahami bahwa kurikulum ini memberikan fleksibilitas bagi mereka untuk merancang pembelajaran yang lebih individualistik. Siswa diharapkan bisa belajar sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga metode pengajaran tidak lagi kaku dan seragam.

2. Mengadopsi Peran sebagai Fasilitator
Di era Kurikulum Merdeka, guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan. Sebaliknya, mereka berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan cara terbaik untuk belajar. Prof. Sugiyono, seorang pakar pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta, menyebutkan bahwa "Guru di era modern perlu berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa. Mereka harus mendorong siswa untuk aktif mengeksplorasi dan berinovasi."

Oleh karena itu, guru perlu menciptakan ruang kelas yang dinamis, di mana siswa merasa bebas untuk bertanya, bereksplorasi, dan menemukan solusi atas masalah-masalah nyata. Pendekatan ini mendorong siswa untuk tidak hanya menghafal, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

3. Memanfaatkan Teknologi Digital dalam Pembelajaran
Teknologi telah menjadi bagian integral dari dunia pendidikan, terutama dalam Kurikulum Merdeka. Pembelajaran berbasis teknologi, seperti e-learning, platform daring, dan alat kolaborasi digital, memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara lebih mandiri dan interaktif. Dr. Suyanto, pakar teknologi pendidikan, menyarankan bahwa "Guru harus memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan personal bagi siswa. Teknologi memungkinkan siswa untuk mengakses informasi dan sumber belajar dari berbagai platform."

Guru bisa menggunakan aplikasi dan perangkat lunak pendidikan untuk memperkuat materi pelajaran dan mengintegrasikan pembelajaran berbasis proyek yang memungkinkan siswa memecahkan masalah nyata. Di era digital, penting bagi guru untuk tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga memahami cara terbaik memanfaatkannya untuk mendukung proses pembelajaran.

4. Mengintegrasikan Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) merupakan salah satu pendekatan utama yang dianjurkan dalam Kurikulum Merdeka. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk belajar melalui pengalaman langsung dengan mengerjakan proyek yang relevan dengan dunia nyata. John Dewey, seorang filsuf pendidikan terkenal, percaya bahwa "Pengalaman adalah dasar dari semua pembelajaran. Siswa belajar lebih baik ketika mereka terlibat dalam aktivitas nyata yang menantang pemikiran dan kreativitas mereka."

Dengan mengimplementasikan pembelajaran berbasis proyek, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara kolaboratif, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan memecahkan masalah. Guru dapat merancang proyek yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa dan membantu mereka melihat aplikasi praktis dari apa yang mereka pelajari di kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun