Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Inovasi dalam Penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di Sekolah

27 September 2024   21:00 Diperbarui: 27 September 2024   21:07 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://jagakarsa.sekolah-avicenna.sch.id/projek-penguatan-profil-pelajar-pancasila)

Penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan salah satu elemen penting dalam Kurikulum Merdeka yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. P5 dirancang untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari siswa dan membantu mereka mengembangkan karakter yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebinekaan global, bergotong royong, kreatif, mandiri, serta bernalar kritis. Agar P5 dapat diimplementasikan secara efektif di sekolah, diperlukan inovasi dalam metode pengajaran, kurikulum, serta pendekatan pembelajaran. Inovasi ini bertujuan untuk memastikan siswa tidak hanya memahami nilai-nilai Pancasila secara teoritis, tetapi juga mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.

1. Mengapa Inovasi Diperlukan dalam Penerapan P5?

Inovasi diperlukan dalam penerapan P5 karena dunia pendidikan saat ini sedang mengalami perubahan yang sangat cepat, terutama dengan perkembangan teknologi dan dinamika sosial yang terus berkembang. Para siswa tidak hanya dihadapkan pada tantangan akademik, tetapi juga tantangan moral, sosial, dan kultural yang semakin kompleks. P5 berperan penting dalam membentuk generasi yang memiliki integritas moral dan sosial yang kuat. Untuk itu, pendekatan-pendekatan konvensional yang mengandalkan metode ceramah dan hafalan tidak lagi memadai.

Penerapan nilai-nilai Pancasila harus dilakukan secara kontekstual, sehingga relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu, inovasi diperlukan agar nilai-nilai tersebut bisa ditanamkan melalui proyek-proyek praktis dan kegiatan yang langsung terhubung dengan dunia nyata. Inovasi ini juga membantu memecahkan masalah klasik dalam pendidikan, yaitu kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar karena materi yang diajarkan tidak dirasakan relevan atau menarik.

2. Penerapan Proyek Berbasis Masalah dan Konteks Lokal

Salah satu bentuk inovasi yang penting dalam P5 adalah penggunaan pendekatan proyek berbasis masalah (problem-based learning) dan kontekstualisasi proyek dengan isu-isu lokal yang dihadapi masyarakat sekitar. Dalam pendekatan ini, siswa diajak untuk menemukan solusi atas permasalahan yang relevan dengan lingkungan mereka, baik itu masalah sosial, lingkungan, atau budaya.

Misalnya, di daerah perkotaan, proyek P5 dapat difokuskan pada isu-isu yang relevan seperti pengelolaan sampah, pencemaran udara, atau pengembangan komunitas sosial yang inklusif. Di sisi lain, di daerah pedesaan atau kepulauan, proyek-proyek bisa dikaitkan dengan upaya pelestarian budaya lokal, pengembangan ekonomi berbasis sumber daya alam, atau pelestarian lingkungan. Dengan memanfaatkan pendekatan ini, siswa tidak hanya diajarkan untuk mengenal nilai Pancasila, tetapi juga untuk menerapkannya dalam upaya menyelesaikan masalah yang nyata di lingkungan mereka.

3. Kolaborasi Antara Sekolah, Masyarakat, dan Dunia Usaha

Inovasi lainnya yang dapat meningkatkan efektivitas P5 adalah memperluas kerja sama antara sekolah dengan masyarakat dan dunia usaha. Dalam implementasi P5, proyek-proyek yang dilakukan siswa seharusnya tidak terbatas pada lingkungan sekolah, tetapi juga mencakup kegiatan di luar sekolah yang melibatkan komunitas lokal dan pihak-pihak eksternal seperti perusahaan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan pemerintah daerah.

Misalnya, sekolah dapat bekerja sama dengan LSM lingkungan untuk melakukan proyek-proyek penghijauan atau daur ulang sampah. Atau, sekolah bisa menjalin kemitraan dengan perusahaan lokal dalam proyek pengembangan produk kreatif berbasis kearifan lokal yang dapat dipasarkan secara nyata. Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan relevansi proyek yang dilakukan siswa, tetapi juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar keterampilan praktis, seperti komunikasi, manajemen proyek, dan kepemimpinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun