Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perlukah Kurikulum Pendidikan Indonesia Dikembalikan Ke Kurikulum 2013?

30 Agustus 2024   09:43 Diperbarui: 30 Agustus 2024   10:11 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(puslapdik.kemdikbud.go.id)

Penerapan Kurikulum Merdeka di Indonesia telah memicu berbagai reaksi di kalangan pendidik dan masyarakat. Meskipun Kurikulum Merdeka diperkenalkan dengan tujuan meningkatkan fleksibilitas dan kreativitas dalam pembelajaran, proses adaptasinya di lapangan tidak berjalan mulus. 

Banyak guru yang merasa kesulitan dengan perubahan mendadak ini, terutama karena tuntutan untuk menyesuaikan metode pengajaran dengan pendekatan yang lebih bebas dan kurang terstruktur. Di tengah kekisruhan ini, muncul fenomena di mana sejumlah guru dan orang tua menyuarakan keinginan untuk kembali ke Kurikulum 2013. Mereka berpendapat bahwa Kurikulum 2013, meski terkesan lebih kaku, memberikan panduan yang lebih jelas dan terstruktur, sehingga lebih mudah diimplementasikan dalam keseharian pembelajaran.

Beberapa guru merasa keinginan untuk kembali ke Kurikulum 2013 didorong oleh kenyamanan dan familiaritas yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun. Bagi mereka, Kurikulum 2013 menawarkan struktur yang lebih jelas dan pedoman yang lebih terarah, memberikan kerangka kerja yang sudah terbukti dapat diimplementasikan dengan baik dalam lingkungan pembelajaran mereka. 

Meskipun kurikulum yang lebih baru mungkin membawa inovasi, adaptasi yang dibutuhkan bisa terasa berat dan memakan waktu. Dengan K13, mereka merasa lebih percaya diri dalam merancang pembelajaran yang efektif, karena sudah memahami dinamika dan tantangan yang ada.

Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka memiliki perbedaan signifikan dalam pendekatan dan fokus pendidikan. Kurikulum 2013 menekankan pada integrasi nilai-nilai karakter, pengetahuan, dan keterampilan dalam satu kesatuan pembelajaran yang terstruktur. Guru memiliki peran penting dalam mengarahkan proses belajar siswa dengan pendekatan yang lebih formal dan terstandar. 

Di sisi lain, Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas lebih besar kepada guru dan siswa dalam merancang pembelajaran. Kurikulum ini menitikberatkan pada kebebasan dalam memilih materi dan metode pengajaran yang disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa diajak untuk lebih mandiri dan kreatif dalam belajar, sementara guru berperan sebagai fasilitator yang mendukung eksplorasi dan inovasi dalam proses pendidikan.

Bagi sebagian guru yang telah lama mengajar, Kurikulum 2013 dianggap lebih baik daripada Kurikulum Merdeka karena beberapa faktor berikut:

1. Struktur yang Lebih Jelas: Kurikulum 2013 menyediakan panduan yang lebih rinci dan terstruktur mengenai apa yang harus diajarkan, bagaimana cara mengajarkannya, dan bagaimana menilai hasil pembelajaran. Guru tidak perlu terlalu banyak berinovasi sendiri karena kurikulum ini sudah menetapkan langkah-langkah yang jelas.

2. Penilaian yang Terstandar: Penilaian dalam Kurikulum 2013 lebih terukur dan terstandar, dengan rubrik penilaian yang jelas untuk setiap aspek pembelajaran. Guru merasa lebih mudah untuk mengevaluasi kemampuan siswa karena ada pedoman penilaian yang sudah ditetapkan.

3. Integrasi Nilai Karakter: Kurikulum 2013 sangat menekankan pada pendidikan karakter, dengan integrasi nilai-nilai moral dan etika yang diimplementasikan secara eksplisit dalam setiap mata pelajaran. Guru merasa ini membantu membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga berkarakter baik.

4. Keseragaman Implementasi: Kurikulum 2013 memberikan keseragaman dalam implementasinya di seluruh Indonesia. Guru yang berpindah dari satu sekolah ke sekolah lain merasa tidak perlu banyak beradaptasi karena standar kurikulumnya sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun