Berbicara tentang literasi di Indonesia, kenyataannya masih ada tantangan besar yang harus dihadapi. Berdasarkan berbagai survei dan studi, tingkat literasi masyarakat Indonesia tergolong rendah dibandingkan negara-negara lain. Hal ini tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga pemahaman dan analisis informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.Â
Buruknya literasi ini berdampak luas, mulai dari rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam diskusi publik hingga mudahnya tersebar informasi yang tidak akurat atau hoaks. Kondisi ini menunjukkan perlunya upaya serius untuk meningkatkan kualitas literasi, termasuk melalui pendidikan yang lebih baik, akses yang lebih luas terhadap bahan bacaan yang berkualitas, dan kampanye literasi yang efektif.
Peringkat literasi Indonesia sering menjadi perhatian, terutama dalam konteks global. Berdasarkan data dari beberapa survei internasional, posisi Indonesia dalam hal literasi cenderung berada di peringkat bawah. Misalnya:
PISA (Programme for International Student Assessment) 2018:Â Indonesia menempati peringkat 72 dari 77 negara dalam kemampuan membaca. PISA mengukur kemampuan membaca, matematika, dan sains pada siswa usia 15 tahun.
EF English Proficiency Index 2022: Indonesia menempati peringkat 81 dari 111 negara, menunjukkan rendahnya tingkat kemahiran berbahasa Inggris sebagai indikator literasi bahasa asing.
Central Connecticut State University (CCSU) World’s Most Literate Nations 2016: Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara. Studi ini menilai literasi berdasarkan berbagai indikator seperti jumlah perpustakaan, surat kabar, dan akses internet.
Data-data ini menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan dalam beberapa aspek, literasi di Indonesia masih memerlukan perhatian serius agar dapat bersaing di kancah global.
Fenomena macetnya filtrasi informasi di kalangan masyarakat Indonesia merupakan masalah yang semakin mengkhawatirkan. Dengan arus informasi yang begitu deras dari berbagai media massa, baik tradisional maupun digital, kemampuan masyarakat untuk menyaring dan memahami informasi menjadi sangat krusial. Sayangnya, rendahnya tingkat literasi di Indonesia berkontribusi pada lemahnya kemampuan masyarakat dalam memilah mana informasi yang valid dan mana yang tidak.
Akibat dari minimnya pemahaman tentang literasi ini, banyak orang mudah terpengaruh oleh berita bohong atau hoaks, informasi yang menyesatkan, dan propaganda yang tersebar luas di media sosial. Selain itu, rendahnya literasi juga membuat masyarakat rentan terhadap manipulasi informasi, yang dapat berdampak buruk pada opini publik dan pengambilan keputusan sehari-hari.
Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya peningkatan literasi di semua lapisan masyarakat, terutama dalam era digital yang penuh dengan informasi yang belum tentu benar. Literasi tidak lagi sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan kritis dalam menganalisis dan menilai informasi yang diterima. Tanpa peningkatan literasi yang signifikan, masyarakat akan terus terjebak dalam kebingungan informasi yang tidak tersaring dengan baik.