Kekalahan menyakitkan harus diterima PSG kala menjamu tim pendatang baru pada kompetisi Liga Champions yakni Newcastle United dengan skor telak 1-4. Selain menyedihkan, kekalahan tersebut justru menjadi sebuah ironi di tengah pembelian pemain yang jor-joran PSG musim ini. Bermain dengan kekuatan penuh termasuk sang mega bintang Kylian Mbappe sejak menit pertama laga, PSG seakan bermain dengan permainan yang tidak biasanya. Minimnya duel dan penguasaan bola di lini tengah, kendala passing error, hingga tumpulnya kontribusi lini depan PSG membuat permainan anak asuh Luis Enrique justru tak nyaman ditonton seperti biasanya.Â
Ini menjadi sebuah pertanyaan besar, apa yang sebenarnya terjadi dengan PSG musim ini? Apakah bisa dengan performa seperti itu mereka bisa berbicara banyak di kompetisi Liga Champions musim ini? Melansir laman dari Routers, statistik menjelaskan jika PSG sebenarnya mampu mendominasi jalannya pertandingan mampu menguasai 74% penguasaan bola melawan 26% penguasaan bola milik anak asuh Eddy Howe.Â
Yang menjadi titik perhatian adalah jumlah tendangan ke gawang milik PSG yang terlihat timpang jika dibandingkan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Newcastle di sepanjang jalannya laga. PSG hanya memiliki 11 tendangan dengan hanya 2 yang mengarah ke gawang Nik Poppe, sementara Newcastle dengan 12 tendangan yang dilepaskan 8 di antaranya sukses mengarah ke gawang dengan 4 di antaranya berhasil menjadi gol ke gawang Gianluigi Donnarumma. Selain performa tim yang disorot pada laga tersebut, sumbangsi lini depan yang dikomandoi Kylian Mbappe, Randall Kolo Muani, Gonzalo Ramos, hingga Ousmane Dembele seakan tak berefek apa-apa bagi pertahanan Newcastle. Sokongan lini tengah yang diisi pemain bau kencur macam W. Zaire-Emery dan M. Ugarte juga tak berdampak signifikan bagi permainan PSG.Â
Hal tersebut malah berbanding terbalik dengan apa yang dipertontonkan Miguel Almiron dan Kolega. Permainan counter attack cepat dengan menumpuk pemain di lini tengah justru menjadi berkah tersendiri. Duet dua pemain Bruno Gumaraes dan Sandro Tonali berhasil mengacak-acak kordinasi ini tengah PSG yang timpang setelah ditinggal Marco Verrati. Belum lagi permainan apik dari lini depan yang dimulai dari Miguel Almiron berhasil menambah beban derita untuk PSG pada laga tersebut.
Almiron berhasil memulai keran golnya melalui sepakannya memanfaatkan bola rebound di menit 17" awal laga, tak cukup dengan satu gol. Newcastle berhasil menutup babak pertama laga dengan keunggulan dua gol setelah Dan Burn mencetak gol kedua di menit 39. Setelahnya gawang PSG justru dibabat habis pada babak kedua, anak asuh Luiz Enrique seakan tak dibiarkan mengembangkan permainan. Hasilnya dua gol tambahan dari Sean Longstaff pada menit 50' dan sepakan jarak jauh Fabian Schar pada menit 90+1' . Berhasil memulangkan PSG dengan keadaan mengenaskan. Walau sempat membalas satu gol melalui tandukan Lucas Hernandez pada menit 56', itu belum cukup menyelamatkan muka PSG dari kekalahan di St. James Park.
Lantas, apa yang menyebabkan PSG tampil payah di laga melawan Newcastle kemarin? Benarkah kehilangan Neymar, Messi, dan Verrati menjadi penyebab itu semua?
1. Kebijakan Transfer Pemain
Kita tahu bahwa musim ini PSG memang bergerak cepat untuk mendatangkan pemain anyar demi menambal kehilangan Neymar dan Messi musim ini. Membeli Kolo Randal Muani dari Nantes dan mendatangkan striker tajam Gonzalo Ramos yang bersinar pada ajang piala dunia Qatar tahun lalu adalah cara bijak yang dilakukan manajemen. Akan tetapi, agaknya manajemen kurang tepat dalam menambal lini tengah. Terbukti dengan hilangnya Marco Verrati dari skuad pasca hijrah ke Liga Arab Saudi, serta semakin menuanya Danilo Pereira dan belum matangnya permainan Vitinha membuat lini tengah PSG belum optimal musim ini.
2. Kedalaman Skuad