Mohon tunggu...
Yuni Ardi
Yuni Ardi Mohon Tunggu... -

Dari mata ku melihat, dari mulut ku bicara, dari telinga ku mendengar, dan dari tangan ku merangkai kata, merajut kalimat, membuatnya menjadi lebih berarti bagi diriku dan buat dunia. www.ardi-ardo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sawasdee Ka di Surganya Kuliner Thailand

14 November 2009   05:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:20 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Thailand bukan hanya terkenal dengan Bangkok-nya yang kosmopolitan. Bukan pula karena Phuket dan Krabi yang memiliki pantai-pantai terbaik di dunia. Tapi, negeri Gajah Putih ini pun sangat populer dengan kekayaan kulinernya yang kental rasa rempah-rempah. Kuliner Thailand tidak terlepas dari masyarakatnya yang terbilang “doyan makan”. Makanya, tidak heran bila di negeri seluas 510.000 kilometer ini banyak berdiri rumah makan. Dari kelas “jalanan” sampai restoran sekelas Royal Dragon yang menurut Guiness Book of Records merupakan restoran terbesar di dunia. Hidangan khas Thailand seperti, Kai Ho Bai Toei (ayam bungkus daun), Thotman Plakrai atau Thotman Kung (ikan atau udang goreng ala Thai), berbagai jenis Yum (selada Thai), dan aneka jenis Tomyan (sup asam manis) merupakan beberapa menu yang patut dirasakan. Di Jakarta sendiri, sangat jarang dijumpai restoran yang menyediakan menu khas Thailand. Padahal, cita rasanya sangat spicy dan dekat dengan “lidah” orang Indonesia. Beruntung buat mereka yang tinggal di Tanjung Duren dan sekitarnya. Karena di Jalan Tanjung Duren Utara IV, terdapat sebuah restoran otentik Thailand dengan nama Royal Thai. Eksotika kuliner Thailand memberikan inspirasi usaha bagi Henny dan suaminya. Menurut Henny, restoran ini merupakan resto otentik yang rasa hidangannya tidak berbeda dengan yang ada di Thailand. “Rempah dan bumbunya kami impor langsung dari Thailand dan diolah secara khusus,” katanya. Henny dan suami sering berkelana mencari tempat-tempat makan yang enak. Keduanya suka sekali mencoba hidangan-hidangan “baru”, makanya Royal Thai pun dicitrakan sebagai tempat makan bagi para pengelana kuliner. “Food adventure start here,” ujar Henny. Meski Royal Thai dibuat identik dengan Istana Royal Palace, tapi restoran berkapasitas 40 orang ini bukanlah kategori tempat makan yang “mahal”. Henny sengaja membuatnya lebih familiar dengan semua kalangan. “Ngga mahal, ngga murah. Relatif terjangkaulah,” ungkap Henny. Sawasdee Ka Sawasdee Ka adalah ucapan selamat datang berbahasa Thailand yang kerap dikatakan ketika Anda menginjakkan kaki di Royal Thai. Begitu juga ketika Anda pulang, ucapan Kop Kun Ka yang artinya terima kasih, akan terdengar di telinga Anda. Bahasa tersebut sengaja digunakan untuk menambah karakteristik restoran ini sebagai resto otentik Thailand. Meski begitu, Royal Thai tidak seratus persen seperti resto di Thailand yang pada umumnya bernuansa remang-remang dan gelap. Di sini kita akan menemukan suasana seperti resto kebanyakan di Jakarta. Bergaya minimalis dengan warna yang membuat kita nyaman dalam bersantap. “Konsepnya minimalis, tapi ringan. Tadinya mau dibuat dengan konsep tradisional, cuma takut terlihat mahal,” cerita Henny. Pilihan tempat duduk pun ada ragamnya. Bila kita senang duduk di sofa yang empuk, bisa memilih tempat yang bersandar dengan dinding. Buat Anda yang terbilang masih asing dengan menu khas Thailand, foto-foto di dinding bisa menjadi petunjuk. Semua foto yang dipajang merupakan menu-menu yang diunggulkan Royal Thai. Ada cukup banyak menu otentik Thailand yang ditawarkan resto dengan simbol mahkota dan lotus ini. Di antara yang disodorkan Henny adalah Sop Tom Yum yang dibedakan dengan Sop Tom Yum Kung (isinya hanya udang galah) dan Sop Tom Yum Seafood (baso, ikan, cumi, kerang, udang, jamur). Sop ini berbeda dengan yang biasa disajikan resto chinesse food kebanyakan. Rasanya sedikit asam dan pedas sehingga menimbulkan kesan segar. Bumbu yang digunakan pun terbilang bercita rasa “berani”. Tidak ada yang spesial dari cara pembuatannya. Hanya saja, bumbu dan rempah yang digunakan asli dari Thailand dengan kombinasi resep khas Royal Thai ditambah kaldu udang yang membuat gurih. Dalam penyajiannya, sop yang ditempatkan dalam satu mangkok, dipadukan dengan daun seledri, bawang putih tumbuk, daun sereh, dan daun ketumbar. Hal yang istimewa adalah meski isinya berbagai seafood, tapi dijamin tidak ada bau atau rasa amis ketika disantap. “Biasanya sop ini dijadikan menu pembuka bagi masyarakat Thailand. Rasanya yang segar, menjadi pembangkit selera buat setiap orang,” ujar Henny. Sapi Panggang Thailand Setelah mencicipi menu pembuka yang rasanya membangkitkan selera, sekarang kita coba menu utama yang disediakan Royal Thai. Henny lebih merekomendasikan Sapi Panggang Thailand, Gurame Salad Mangga, Kepiting Kare, dan Kare Ijo. Tidak lama menunggu, menu yang pertama keluar adalah Sapi Panggang Thailand. Daging sapi yang digunakan dalam menu ini adalah bagian khas dalam tanpa lemak atau biasa disebut tenderloin. Penyajiannya, daging panggang yang sudah dipotong-potong, disandingkan dengan daun selada dan daun ketumbar. Menurut Henny, cara pembuatannya tidaklah susah. Sebelum dipanggang, daging terlebih dahulu direndam dalam bumbu tertentu selama kurang lebih 3 jam. Setelah matang, lalu disajikan dalam piring yang kemudian disiram sambal. Sambal yang disiram segaris di atas daging, terbuat dari cabe ijo dan merah, jeruk nipis, serta bawang putih. Mengenai rasanya, ada campuran manis, asam, dan pedas, dagingnya pun cukup empuk di dalam dan terasa kering di luarnya. Setiap gigitan daging panggang ini, sangat terasa gurihnya. Tidak rugi bila kita harus merogoh kocek Rp 36 ribu untuk satu porsinya. Kare Ijo Kare Ijo merupakan menu berikut yang patut dicicipi. Karena berkuah, Kare Ijo disajikan dalam sebuah mangkuk dan terlihat sangat menggiurkan. Saking nikmatnya, kata Henny, ada salah satu pembeli yang tergila-gila dengan kuahnya. “Dia makan dan menyeruput kuahnya sampai tetes terakhir,” kata Henny. Kare Ijo tidak lain adalah daging sapi atau daging ayam (tergantung pilihan) yang dimasak berkuah santan dengan campuran cabe hijau atau cabe merah. Selain daging, dalam satu porsinya, dicampur potongan terong, lenca, dan daun kemangi. Rasa yang paling menonjol dari menu ini adalah gurihnya yang terpadu dari daging dan kuah bersantan. Racikan bumbu rempah-rempahnya terasa sekali dan kental. Sehingga sayang sekali bila tidak disantap habis sampai tetes terakhir. Menu seharga Rp 32 ribu ini sangat pas bila dimakan dengan nasi. Sama halnya dengan Sapi Panggang Thailand di atas. Selain menu-menu yang telah dijabarkan, masih ada lagi menu favorit yang tidak boleh ketinggal untuk dicoba. Seperti telah disebutkan, ada Gurame Salad Mangga yang berupa gurame goreng krispi dengan mangga muda, atau Kepiting Kare yang dimasak dengan kare, santan, saos Thailand, dan telur. Menu kepiting ini disajikan berkuah dengan taburan daun bawang. Sebagai penutup, bisa dicoba Singkong Thai yang direbus dan dihidangkan dengan santal kental. Rasanya manis dan gurih. Bisa pula Es Campur yang terbuat dari cendol merah, kelapa, dan delima. Atau langsung menenggak Thai Ice Tea yang berwarna oranye dengan campuran gula dan susu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun