Raden Mohammad Mangoendiprodjo dikenal dengan pejuang kemerdekaan ri dan perwira militer Indonesia yang namanya berkibar dalam pertempuran surabaya yang terjadi pada tanggal 10 November 1945.
Beliau dilahirkan pada tanggal 5 Januari 1905 di Sragen, Jawa Tengah. Mohammad Mangoendiprodjo merupakan cicit dari sultan Demak, Sutodiwiryo atau lebih dikenal kyai Ngali Mantoha.
Sutodiwiryo sendiri merupakan sohib seperjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajah belanda.
Muhammad Mangoendiprodjo lulus dari sekolah pegawai negeri sipil/OSVIA pada tahun 1927. Setelah lulus, beliau bekerja sebagai pamung praja, wakil kepala jaksa, dan asisten wedana di Jumbang, Jawa Timur.
Setelah jepang menduduki negara tercinta ini, Muhammad Mangoendiprodjo bergabung kedalam Pembela Tanah Air (PETA) pada tahun 1944. Seluruh anggota PETA menjadi pasukan BKR yang berubah nama pada 5 Oktober 1945 menjadi TKR.
Beliau bersama Bung Tomo, Doel Amowo, Abdoel Wahab, dan Dr. Moestopo ikut serta dalam perlawanan di Surabaya.
29 Oktober 1945,sekutu menerapkan genjatan senjata dengan mengadakan pertemuan Dengan Bung Hatta dan Muhammad mangoediprodjo dinaikan sebagai pemimpin TKR yang berada di Jawa Timur oleh Jendral Oerip Soemoharjo.
29 oktober 1945 secara kebetulan beliau dan brigadir beristirahat di jembatan merah depan gedung internatio.Di dalam gedung tersebut pasukan gurkha(inggris) di kepung oleh pemuda indonesia.Tanpa di sangka mohammad malah di sandera oleh tentara gurkha dan terjadilah aksi tembak menembak tentara inggris dan pemuda surabaya.
Mallaby diketahuu tewas di dalam mobil yang meledak dan terbakar. Tewas nya mallaby membuat inggris marah dan membuat ultimatum kepada rakyat surabaya yang membuat pertempuan memuncak pada tanggal 10 November 1945.Perang ini berjalan selama 22 hari dan menewaskan 6.315 pejuang TKR yang dipimpin oleh Muhammad Mangoenprodjo.
Setelah pertempuran selesai Mohammad Mangoenprodjo ditaikkan menjadi mayor jenderal oleh presiden soekarno. 1951-1955 ditugaskan sebagai bupati ponorogo tujuannya mengamankan wilayah madiun setelah pemberontakan PKI 1948. dan karir terakhir nya menjadi gubernur pertama lampung dan mengaman kan wilayah ini
Beliau wafat di bandar lampung pada tanggal 13 desember 1988. dan di makamkan di taman makam pahlawan,bandar lampung. Atas jasa nya presiden joko widodo memberi gelar pahlawan nasional pada tanggal 7 November 2014.