Mohon tunggu...
Arya Ardiansyah
Arya Ardiansyah Mohon Tunggu... -

* hanya tentang angin…………. malaikat pun ada seperti adanya angin.. tak bisa dilihat namun kita tahu kalau ia ada… berhembus, melayang, mengepakan sayapnya di sekitar kita..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sayap

2 Juli 2012   04:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:21 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mas kan punya sayap, terbang dong kesini. Nanti aku beliin sop buah”

Sayap, dari mana kau tahu bahwa aku memilikinya? Kau tahu seberapa pun aku menyukai kalimat yang diucap Rumi tentang; Manusia itu dicipta dengan sayap, mengapa memilih merangkah dalam menjalani hidup? Tetap saja aku tak percaya memilikinya, aku pernah jatuh dari sebuah bangunan yang sedang dipugar. Ada robekan luka di punggung sebelah kiriku.

Sayang, yang memiliki sayap itu burung. Sungguh aku tak pernah mendegar jika pada punggung manusia bisa ditumbuhi sayap. Namun jika kau memaksa akan dirimu yang pernah melihat manusia dengan sayap, itu kamu sedang menonton film X-Man.

Kau tahu, menurutku yang baru awal mempelajari filosofi, ungkapan Rumi bukan mengartikan jika manusia benar ada sayapnya. Ia hanya menggunakan kata ‘sayap’ sebagai sebuah metafora jika manusia memiliki kemampuan lebih dari akal yang dimilikinya. Dan dari akal itulah manusia bisa terlihat –seraya terbang dengan sayapnya.

Hahaha, kau bingung dengan apa yang baru saja kutulis? Sama sayang, kali ini aku benar kurang mengerti dengan yang baru kutulis. Namun mungkin inilah aku yang sekarang. Kurasa beberapa bagian impuls syarafku mengalami sedikit masalah. Pola tidurku yang tak teratur menjadikan pikiranku tak lagi jerih.

Dan tentang sayap sekali lagi;

Namun jika aku benar meilikinya pastilah aku akan terbang menujumu, mengetuk pintu rumahmu yang berwarna coklat. Dan tentang jarak yang biasa kubahas dengan begitu melowdramatis, tak lagi kupikirkan begitu dalam. Aku hanya perlu mengembangkan sayap-sayap-ku lalu meluncur deras membelah udara. Ya, aku akan berdiri didepanmu, mungkin dengan badan yang sedikit gemetar.

“dingin ya, gemeteran gitu?” mungkin seperti itu tanyamu saat melihatku.

“tidak ada yang bisa membuatku salah tingkah selain kamu sayang” ucapku dengan kata yang terbata-bata.

Mendengar itu pastilah kau langsung tertawa, lalu menyebutku seorang perayu. Tapi perayu pun sama seperti pujangga sayang – Hanya memantulkan keindahan yang ada dihadapanya lewat kata-kata.

Jadi kukatakan padamu berulang; Aku tak memiliki sayap sayang, karena aku dicipta sebagai manusia dan bukannya burung.

“kan mas ini Malaikat. Malaikat kan lebih hebat dari Superman” katamu yang lain disore itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun