Penulis: Â Ardiani Cahya Pratiwi, Adhi Krisna Maria Agustin
Di balik senyum hangat dan tawa ceria Guru SD, tersembunyi sebuah perjuangan yang tak terlihat. Jauh dari anggapan bahwa pekerjaan mereka hanya sebatas mengajar materi pelajaran tingkat SD yang mudah, Guru SD memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang mendedikasikan hidup mereka untuk mendidik dan membimbing generasi penerus bangsa.
Pandangan keliru bahwa Guru SD hanya mempelajari pelajaran SD masih sering terdengar. Anggapan ini meremehkan kompleksitas dan profesionalisme yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Guru SD yang berkualitas. Faktanya Guru SD harus menguasai banyak ilmu dan keterampilan.
Tahapan untuk menjadi Guru SD sangatlah banyak dan rumit. Tahapan tersebut meliputi pendidikan S1 selama 4 tahun, mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), mendapatkan sertifikat pendidik, memenuhi kualifikasi kompetensi (pedagogik,kepribadian, profesional, sosial), dan yang terakhir adalah mengikuti seleksi Guru SD. Â
Tugas Guru SD tidak berhenti di jam sekolah. Mereka sering harus menghabiskan waktu di luar jam mengajar untuk mempersiapkan materi pelajaran, memeriksa tugas, berkomunikasi dengan orang tua peserta didik, dan mengikuti berbagai pelatihan dan seminar untuk meningkatkan kompetensi mereka.
Namun, Guru SD tetap teguh pada komitmen mereka. Mereka terus bekerja keras dengan penuh semangat dan kasih sayang untuk mendidik generasi penerus bangsa. Mereka sadar bahwa peran mereka sangat penting dalam membangun masa depan bangsa.
Menjadi Guru SD bukan hanya tentang mengajar, tapi juga tentang membangun karakter dan menumbuhkan potensi peserta didik. Mereka harus mampu menjadi teladan yang baik, sabar, dan penuh kasih sayang dalam membimbing anak-anak. Guru SD juga harus mampu memahami kebutuhan individu setiap peserta didik dan menyesuaikan metode pembelajarannya agar semua peserta didik dapat berkembang secara optimal tetapi tetap beracuan pada kurikulum merdeka.
Kurikulum merdeka tercipta berdasarkan keputusan Kemendikbudristek sebagai solusi terhadap ketertinggalan pendidikan di Indonesia karena adanya pandemi Covid-19 dan kemajuan zaman. Kurikulum merdeka mempunyai salah satu aspek penting yaitu pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah belajar mengajar yang memungkinkan peserta didik mempelajari mata pelajaran yang sesuai dengan kemampuan, minat dan kebutuhannya, sehingga peserta didik tidak frustasi dan merasa sendiri, serta peserta didik tidak merasa gagal untuk memiliki pengalaman untuk mempelajarinya ( Levy dan Omema dalam Alsubaie, 2020:159).
Pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan usaha dan persiapan yang lebih matang dibandingkan pembelajaran tradisional. Hal ini terjadi karena Guru harus bersifat proaktif, Guru harus merencanakan pembelajaran yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik peserta didik. Kualitaspun lebih diutamakan daripada kuantitas, misalnya peserta didik yang sudah berhasil mengerjakan tugas dengan baik, maka akan diberi tugas lain yang berbeda bukan tugas yang sama. Pembelajaran berdiferensiasi juga memiliki perbedaan yang menonjol dengan pembelajaran tradisional. Jika pembelajaran tradisional lebih berpusat di Guru dan peserta didik hanya mengikuti arahan dari Guru, berbeda dengan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi ini lebih menekankan kolaborasi antara Guru dan peserta didik. Kolaborasi yang dimaksud adalah dimana Guru dan peserta didik saling kerja sama untuk menciptakan pembelajaran yang baik, pembelajaran yang membuat rasa nyaman untuk Guru maupun peserta didik. Kolaborasi ini mampu meningkatkan semangat belajar peserta didik, dikarenakan pembelajaran yang diterima oleh peserta didik sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi perlu memperhatikan aspek-aspek penting. Ketika Guru merancang pembelajaran berdiferensiasi, Guru perlu benar-benar paham akan perbedaan karakteristik peserta didiknya mulai dari modalitas belajar, minat dan kesiapan belajar. Sesudah memahami karakteristik dari setiap peserta didik, langkah selanjutnya yaitu mendiferensiasikan konten, proses, produk, lingkungan belajar. Diferensiasi konten adalah materi yang akan disampaikan Guru atau materi yang akan dipelajari peserta didik. Diferensiasi proses adalah kegiatan bermakna yang dilakukan oleh peserta didik selama pembelajaran. Diferensiasi produk adalah hasil akhir pembelajaran yang digunakan untuk menunjukkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan peserta didik. Lingkungan belajar adalah kondisi atau fasilitas yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Tujuan mendiferensiasikan konten, proses,produk dan lingkungan belajar supaya peserta didik mengikuti pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang mereka punya , dengan harapan peserta didik tidak merasa terbebani dan Guru bisa mengetahui sejauh mana  kemampuan peserta didik yang nantinya bisa dijadikan bahan evaluasi. Evaluasi ini bisa dijadikan acuan untuk meningatkan kemampuan peserta didik supaya terus berkembang.