Mohon tunggu...
ardian abi
ardian abi Mohon Tunggu... lainnya -

bukan mahasiswa cerdas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Uji Kompetensi Guru

29 Juli 2012   01:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:29 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah 1 tahun lebih ndak menulis di kompasiana akhirnya hati saya tegerak lagi, sekarang saya mahasiswa semester 7 yang sedang melaksanakan KKN-PPL (singkatan yg tidak asing untuk mahasiswa keguruan).

Kemarin saat saya sedang konsultasi dengan guru pembimbing PPL di SMK tiba-tiba datang seorang guru lain yang memberikan selebaran berisi pengumumuman akan diadakannya uji kompetensi guru. Dalam seleberan tersebut para guru yang telah bersertifikasi diminta untuk mendaftar secara online terlebih dahulu lalu melihat dimana tempat uji kompetensi berlangsung.

Paragraf diatas hanya pendahuluan saja.

Bicara soal uji kompetensi maka kita berbicara tentang kemampuan seseorang pada bidang yang digelutinya. Tetapi disini saya bukan ingin menjelaskan tentang teori dan teknis dari kompetensi guru, saya ingin menuangkan kebingungan saya tentang mengapa kompetensi sebagian guru di Indonesia masih rendah ?

dari berita yang dikeluarkan kompas.com tentang rerata hasil kompetenis awal guru http://edukasi.kompas.com/read/2012/07/25/19413379/Kompetensi.Guru.Memprihatinkan dapat kita lihat bahwa rerata kompetensi awal guru pada tahun 2012 bisa dikatakan rendah. Apa penyebebnya ? saya sendiri ndak tau karena saya juga belum pernah melakukan penelitian tentang itu tapi saya ingin menyoroti tentang kinerja perguruan tinggi keguruan yang dulunya adalah IKIP. karena sebagaian besar guru di Indonesia adalah lulusan kampus keguruan. Saya rasa keberadaan universitas keguruan ini kurang berguna karena selain lulusannya yang sebagian besar biasa-biasa saja, inputnya juga biasanya siswa yang biasa-biasa saja atau maksud saya siswa yang pintar sangat jarang yang berkeinginan menjadi guru padahal guru sebagai salah satu bagian terpenting dari suatu pendidikan bangasa harus lah orang-orang yang punya "kemampuan". Selain itu kurikulum yang diajarkan di kampus-kampus keguruan ini saya rasa sangat tidak efektif, dimana seorang mahasiswa harus mempelajari tentang ilmu-ilmu kependidikan dan juga ilmu-ilmu murni sesuai fakultasnya. ini membuat kemampuan yang bisa diserap mahasiswa hanya 50-50, untuk ilmu kependidikan hanya setengah dan untuk ilmu murni juga hanya setengah karena tersibukan juga oleh ilmu kependidikan. Sehingga ouput dari kampus ini juga hanya 50-50, mengajarnya 50-50, dan hasilnya juga 50-50.

yang mengherankan lagi setelah lulus dari kampus keguruan tidak bisa langsung menjadi guru tetapi harus kuliah profesi ( peraturan baru) lagi selama 1 tahun untuk calon pengajar SMA/SMK dan yang boleh mengikuti program profesi ini bukan hanya lulusan keguruan tapi juga lulusan kampus umum.

kalau begitu bagaimana jika kampus kependidikan itu ditiadakan saja ? (makasud saya dijadikan kampus umum saja) dan bagaimana jika kurikulum kependidikan ditiadakan saja pada jenjang S1 ? biarkan semua yang dipelajari dikampus S1 adalah ilmu-ilmu murni saja dulu baru setelah lulus belajar tentang kependidikan saat 1 tahun profesi.  ah mungkin ini hanya pemikiran bodoh saya saja sebagai mahasiswa keguruan yang kurang kompetensi dan ketakutan akan melanjutkan lingkaran setan "rendahnya kompetensi guru"

parangraf terakhir adalah inti pertanyaan yang selama ini membuat saya bingung.

Semoga pendidikan di Indonesia bisa bangkit !!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun