Mohon tunggu...
Astriana
Astriana Mohon Tunggu... Freelancer - Pengarang

Review, sastra, diktat kuliah, mental health

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film Jakarta Vs Everybody "Jakarta Keras"

27 Maret 2022   19:47 Diperbarui: 27 Maret 2022   19:50 3698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar. (Dok. Pribadi)

            Film Jakarta Vs Everybody yang dirilis pada 19 Maret 2022 di bioskop online berusaha menampilkan sisi gelap ibukota dengan sangat natural. Jakarta keras, Jakarta yang lekat dengan perdagangan narkoba, kehidupan sex yang bebas dan berani.  Jakarta sebagai tempat para perantau mengadu nasib tidak seindah Jakarta yang ada pada iklan TV atau vlog para selebritis. Garis besar film yang disutradarai oleh Ertanto Robby adalah bagaimana orang-orang yang datang ke Jakarta lebih focus untuk bertahan hidup ketimbang mewujudkan mimpi-mimpinya. Dibintangi Jefri Nichol yang berperan sebagai Dom, seorang pria berusia 23 tahun yang mengadu nasib di Jakarta dengan mimpi besar menjadi actor ternama seperti Chicco Jerikho. Impiannya harus disimpan rapat karena perjuangan menjadi actor di ibukota sangat susah dan lebih-lebih tidak mampu memenuhi kebutuhannya untuk bertahan di Jakarta. Sampai akhirnya Dom bertemu Radit dan Pinka pasangan suami istri yang diperankan oleh Wulan Guritno dan Ganindra Bimo. Mereka adalah bandar narkoba yang membawahi pengedaran narkoba di Jakarta. Dom kemudian bertemu mereka dan memutuskan untuk menjadi kurir narkoba.

            Kehidupan finansial Dom semakin baik. Namun, dari sini alur cerita Jakarta Vs Everybody bisa dibilang cukup datar karena hanya menyoroti kehidupan sehari-hari Dom sebagai kurir narkoba. Beberapa penonton mungkin mengira akan ada penggrebekan oleh polisi, atau insiden tak terduga saat Dom mengantar obat terlarang itu. Pasalnya tokoh Radit pernah mengatakan, "Lu bilang lu aktor, 'kan? Gua butuh keaktoran lu di sini." Dialog ini seperti menjanjikan penonton adegan dramatis yang mencekam dalam pekerjaan Dom sebagai kurir. tapi sampai film berakhir tidak ada kejutan apapun. Sehingga sisi kriminalitas dalam film ini kurang tereksploitasi.

 Dari segi seksualitas film ini memang cukup berani menampilkan adegan 21+. Jefri Nichol yang beradu peran dengan Dea Panendra sangat menjiwai perannya. Akan tetapi hal tersebut tidak menambah klimaks dalam film ini. Hampir di akhir cerita, Dom kembali menuliskan mimpinya pada tembok kamar kost yang lusuh. Sekali lagi, saya sebagai penonton masih berharap ada plot twist sebagai penutup cerita yang manis.

            In my opinion, awalnya saya pikir film ini adalah lanjutan dari Jakarta undercover karya Moammar Emka's tahun 2016 lalu. Tapi Jakarta undercover dan Jakarta Vs Everybody nyatanya adalah dua film yang sangat berbeda meskipun sama-sama mengangkat sisi gelap ibu kota. Jakarta Vs Everybody lebih pas disebut film documenter dari kehidupan Dom yang bertahan di kerasnya Jakarta.  Lepas dari kekurangan Jakarta Vs Everybody, film ini bagus, penyajiannya juga sangat natural dan realistis. Sehingga cocok untuk kalian penyuka film dengan isu-isu social,

Nah buat yang tertarik nonton film ini, bisa langsung aja ke bioskop online dan beli tiketnya. Inget! Jangan nonton yang bajakan! Biar industry perfilman Indonesia lebih cepet maju.

           

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun