Mohon tunggu...
Ardia Islamiah
Ardia Islamiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar

membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendekatan Terpadu untuk Mengurangi Wasting Anak di Indonesia

21 Agustus 2024   11:33 Diperbarui: 21 Agustus 2024   11:39 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Masalah gizi pada anak-anak menjadi perhatian global, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu masalah gizi yang serius adalah wasting atau kondisi kurang gizi akut yang ditandai dengan berat badan rendah dibandingkan dengan tinggi badan anak. 

Wasting dapat menyebabkan peningkatan risiko kematian, gangguan pertumbuhan, dan penurunan perkembangan kognitif. Di Indonesia, prevalensi wasting masih menjadi tantangan besar dalam upaya mencapai target pembangunan berkelanjutan, yaitu mengakhiri segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai sektor, baik dari sisi kesehatan, pangan, pendidikan, maupun kebijakan sosial. Artikel ini akan membahas pendekatan terpadu untuk mengurangi wasting anak di Indonesia, meliputi pemahaman tentang penyebab wasting, intervensi berbasis komunitas, serta upaya kolaboratif lintas sektor.

Penyebab Was
Wasting adalah bentuk malnutrisi akut yang sering kali disebabkan oleh kombinasi antara asupan gizi yang tidak memadai dan infeksi berulang. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, wasting sering terjadi pada anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan akses terbatas terhadap pangan yang bergizi, air bersih, dan sanitasi. Selain itu, praktik pemberian makan yang tidak tepat pada anak usia dini juga menjadi faktor penyebab utama wasting.

Beberapa faktor spesifik yang berkontribusi pada tingginya angka wasting di Indonesia meliputi:

  1. Ketersediaan Pangan yang Terbatas: Ketidakamanan pangan di tingkat rumah tangga menyebabkan anak-anak tidak mendapatkan makanan yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
  2. Penyakit Menular dan Infeksi: Anak-anak yang sering terpapar penyakit menular seperti diare dan infeksi saluran pernapasan atas lebih rentan mengalami wasting karena penyakit ini menyebabkan gangguan penyerapan gizi.
  3. Praktik Pemberian ASI dan MP-ASI yang Kurang Tepat: Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak mencukupi dari segi gizi dan kebersihan dapat menyebabkan anak mengalami kekurangan energi dan protein, yang pada akhirnya mengarah pada wasting.
  4. Kemiskinan dan Kurangnya Edukasi Gizi: Keterbatasan akses terhadap informasi mengenai pola makan sehat dan kondisi ekonomi yang sulit sering kali mengakibatkan anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai.

Pendekatan Terpadu untuk Mengatasi Wasting
Untuk mengatasi masalah wasting secara efektif, diperlukan intervensi yang tidak hanya fokus pada aspek kesehatan, tetapi juga melibatkan pendekatan lintas sektor. Pendekatan terpadu ini mencakup beberapa strategi sebagai berikut:

  1. Intervensi Gizi Spesifik:
    Pendekatan ini berfokus pada upaya perbaikan gizi langsung melalui program-program seperti pemberian makanan tambahan, suplementasi vitamin dan mineral, serta peningkatan praktik pemberian makan bayi dan anak. Pemberian makanan tambahan yang bergizi dapat diberikan kepada anak-anak yang berisiko wasting, terutama di wilayah dengan prevalensi tinggi.
  2. Promosi Perilaku Hidup Sehat dan Edukasi Gizi:
    Edukasi gizi kepada masyarakat, terutama kepada ibu dan pengasuh anak, sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan tentang pola makan sehat, praktik pemberian makan yang tepat, serta pentingnya kebersihan dalam pengolahan makanan. Program-program penyuluhan kesehatan yang melibatkan tenaga kesehatan, kader posyandu, dan komunitas lokal dapat memberikan dampak signifikan dalam mengurangi angka wasting.
  3. Peningkatan Layanan Kesehatan dan Sanitasi:
    Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dasar, termasuk imunisasi, perawatan untuk penyakit infeksi, serta layanan kesehatan ibu dan anak, sangat penting dalam mencegah wasting. Selain itu, perbaikan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi dapat membantu mengurangi paparan anak terhadap infeksi yang memperparah kondisi gizi buruk.
  4. Pendekatan Berbasis Komunitas:
    Pendekatan ini melibatkan pemberdayaan komunitas melalui pembentukan kelompok-kelompok dukungan gizi di tingkat desa atau kelurahan. Kader posyandu, tokoh masyarakat, dan organisasi lokal dapat bekerja sama dalam melakukan pemantauan status gizi anak, mendistribusikan bantuan pangan, dan memberikan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya pemenuhan gizi yang seimbang.
  5. Kebijakan dan Program Sosial yang Mendukung:
    Pemerintah perlu mengintegrasikan program pengentasan kemiskinan dengan upaya perbaikan gizi. Program perlindungan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan pangan nontunai dapat membantu keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan pangan anak-anak mereka. Selain itu, penguatan kebijakan nasional dalam bidang gizi, sanitasi, dan kesehatan harus terus diperbarui dan diimplementasikan dengan efektif di seluruh wilayah Indonesia.
  6. Pemantauan dan Evaluasi Program Gizi:
    Pemantauan yang berkelanjutan terhadap program-program gizi sangat penting untuk menilai efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian strategi jika diperlukan. Data yang akurat dan terkini mengenai status gizi anak perlu dikumpulkan secara rutin untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai keberhasilan program dan area yang masih membutuhkan perhatian.

Kolaborasi Lintas Sektor dalam Penanganan Wasting
Masalah wasting tidak bisa diselesaikan hanya melalui sektor kesehatan. Dibutuhkan kolaborasi lintas sektor yang melibatkan kementerian kesehatan, kementerian pendidikan, kementerian sosial, serta lembaga-lembaga non-pemerintah dan organisasi internasional. Misalnya, sektor pendidikan dapat berperan dalam mengintegrasikan edukasi gizi ke dalam kurikulum sekolah, sementara sektor sosial dapat memperluas cakupan program perlindungan sosial bagi keluarga yang rentan.

Organisasi internasional seperti UNICEF, WHO, dan WFP juga memiliki peran penting dalam mendukung pemerintah Indonesia melalui pendanaan, bantuan teknis, serta penelitian dan pengembangan terkait gizi anak. Pendekatan kolaboratif ini bertujuan untuk menciptakan sistem yang lebih terintegrasi dalam menangani masalah wasting dengan memperkuat koordinasi dan sinergi antar-sektor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun