Mohon tunggu...
Ardi Gunawan
Ardi Gunawan Mohon Tunggu... Pedagang -

Bukan Profesional, bahkan dibawah standar Amatir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkaca pada Kisah Masa Lalu

24 Februari 2017   17:46 Diperbarui: 24 Februari 2017   17:55 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh sulit untuk membedakan antara yang baik dan pura-pura baik, kita hanya bisa melihat sisi luar dari seseorang yang kita kenal, bahkan sekalipun itu orang terdekat dalam kehidupan kita sendiri. bukan bermaksud untuk mencurigai setiap orang yang berbuat baik dengan prasangka buruk, meskipun terkadang juga diperlukan menaruh curiga dengan alasan agar tidak selalu tertipu dengan niat jahat dari orang lain. Namun, prasangka yang berlebihan juga akan menjadikan kekecewaan terhadap diri sendiri, dengan kata lain, pandai mengontrol cara berpikir juga perasaan dalam menyikapi suatu hal.

Berkaca dari kesyahidan sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW, Amirul mukminin Sayyidina Ali Bin Abi Thalib yang dibunuh seseorang yang bergelar Al-Muqri'(orang yang membacakan dan mengajarkan Al Quran) juga seseorang yang dianggap sangat taat beragama, yaitu Abdurrahman Bin Muljam. Bisa ditarik kesimpulan jika kejahatan bisa muncul dari siapa-pun itu, sedangkan kita hanya melihat sesuatu yang Dhohir atau yang terlihat dari sisi luar seseorang.

Jika kita melihat konteks kejadian tersebut dalam kondisi politik di Indonesia, tentu saja akan menjadi lebih menarik, dikarenakan kita benar-benar sedang di dalam suatu proses sejarah yang akan dicatat juga diceritakan kemudian hari oleh anak cucu kita. Bisa kita amati setiap menjelang Pemilihan umum maupun Kepala Daerah bahkan hingga tingkat pemilihan Kepala Desa.

Jargon dan janji-janji manis selalu didengungkan di panggung-panggung, dalam forum bakti sosial dan sejenisnya. Selalu bilang "kecap saya yang nomor wahid", bahwa saya jujur, amanah dan anti korupsi. Namun apa yang dilakukan setelah menjabat? Lupa. Tentu saja empuknya kursi kepemimpinan, lezatnya kue anggaran perbelanjaan menjadikannya terbuai dan seolah amnesia atas apa yang pernah dijanjikan.

Jika ditarik kesimpulan, memberikan suatu Citra Positif kepada masyarakat adalah cara paling jitu untuk menipu dan menyukseskan apa yang telah ia rencanakan. Bahkan dengan percaya diri, mereka yang sudah terjerat suatu kasus korupsi merasa tidak bersalah atas apa yang pernah ia lakukan.

Kembali pada kisah syahidnya Sayyidina Ali RA, ketika Abdurrahman Bin Muljam menebaskan pedang sehingga Sang Amirul Mukminin wafat, Ibnu Muljam sembari berseru: “Tidak ada hukum kecuali hukum Allah, bukan milikmu atau orang-orangmu(Ali)". lantas ia membaca ayat :“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”.

Sungguh ironis, seseorang yang telah melakukan kesalahan namun tetap merasa jika perbuatannya semata-mata mencari keridaan Allah, tentu saja menimbulkan pro-kontra. Tergantung dari sisi mana kita menyikapi suatu hal, apakah bisa kita menilai segala sesuatu secara obyektif, namun kita sendiri mempunyai kepentingan dibalik hal tersebut? Sedangkan, Kepentingan mampu mengubah sudut pandang.

Sehingga kita sendiri dituntut untuk pandai-pandai dalam mempelajari setiap hal yang akan kita hadapi, tidak hanya terjebak dalam sebuah argumen yang dibangun atas dasar opini publik, dalam ilmu logika, argumen tersebut masuk dalam kategori fallacy atau kesalahan. Yaitu “argumentum ad populum” (menganggap sesuatu itu benar hanya mengacu karena banyak orang mempercayainya). Bahkan bisa juga masuk ke “argumentum ad verecundiam” (menganggap sesuatu itu benar karena ada pakar atau tokoh atau institusi yang dianggap ‘hebat’ yang mengatakannya).

Banyak kita jumpai Hoax yang bertebaran di Sosial Media, bahkan kita sendiri menganggapnya sebuah fakta, hanya karena dua alasan di atas, karena disebarkan seorang tokoh sehingga terbangunlah opini publik, apakah kita pernah krosscek mencari berita pembanding? Maka dari itu Obyektif dalam menyikapi suatu berita sangat penting, ada baiknya kita melihat dari sumber lain meskipun sumbernya tidak sejalan dengan sumber yang biasa dipakai acuan. Seperti yang pernah dikatakan Sayyidina Ali RA yang kurang lebihnya "jangan melihat siapa yang berbicara, tetapi dengarkan apa yang ia katakan"

Hemat saya, ada baiknya kita belajar pada kisah masa lalu agar kita tidak terus menerus terjebak atas prasangka-prasangka, baik maupun buruk. Semoga sedikit uneg-uneg saya yang sangat jauh dari kesempurnaan bisa menjadi bahan pertimbangan khalayak umum untuk menentukan sikap dalam menghadapi hitam-putih ruwet musiman lima tahun sekali maupun dalam hal lainnya.

 

Terima kasih..\m/

 

Penulis : Ardi Gunawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun