Mohon tunggu...
ARDHINA FIA DWI NUR R
ARDHINA FIA DWI NUR R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Saya seorang mahasiswa dari Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Prodi S1 Keperawatan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Paskibra Lebih Dari Sekedar Pengibar Bendera

6 November 2023   10:03 Diperbarui: 6 November 2023   11:24 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekstrakurikuler Paskibra merupakan salah satu ekstrakurikuler yang banyak diminati  di SMP saya dulu. Pada awalnya saya tidak memiliki basic di dunia baris berbaris, namun kala itu Paskibra membuat saya seolah jatuh cinta pada pandangan pertama. Demo ekstrakurikuler adalah awal perkenalan saya dengan Paskibra, kala itu ekstrakurikuler Paskibra tampil sangat nyentrik di lapangan menampilkan gerakan baris berbaris juga variasi formasi yang sangat kreatif dan kompak sekali. Selain itu  kostumnya yang gagah dan penuh aksesoris menambah daya tarik dari penampilan mereka. Bagi saya—murid yang baru saja meninggalkan seragam merah putih—tentu saja sangat terpukau dengan penampilan mereka karena belum pernah saya temukan sebelumnya ketika SD dulu. Saya juga penasaran bagaimana gerakan mereka bisa kompak dengan berbagai gerakan yang banyak dan cukup rumit. Juga riuh rendah tepukan tangan dan seruan para penonton saat itu, menambah keinginan saya untuk tergabung dalam ekstrakurikuler Paskibra agar bisa juga merasakan apresiasi penonton yang tampak sangat terpukau.

Mungkin sudah banyak dari kita yang sering mendengar kata “Paskibra”. Dalam benak orang awam mungkin akan terlintas barisan para petugas pengibar bendera dengan pakaian putih-putih, scraf merah putih di leher, bersepatu pantovel hitam mengkilat, perempuan dengan rambut pendek di bawah telinga sedangkan laki laki dengan rambut cepak khas para tentara serta mengenakan peci hitam dengan pin garuda sebagai pemanisnya. Bayangan yang demikian tidaklah salah, namun dewasa ini Paskibra telah berkembang dengan pesat. Di sekolah-sekolah Paskibra telah diadakan menjadi ekstrakurikuler sebagai salah satu upaya pembinaan bela negara siswa.

Paskibra adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera. Paskibra merupakan organisasi atau ekstrakurikuler yang terdapat di hampir seluruh sekolah di Indonesia saat ini. Kegiatan yang dilakukan oleh Paskibra meliputi kegiatan baris berbaris, pelatihan kedisiplinan, dan pelatihan kepemimpinan. Selain itu, Paskibra juga bertugas untuk mengibarkan bendera merah putih pada upacara bendera di sekolah pada setiap hari Senin. Paskibra juga terdapat pada tingkat kecamatan, kota/kabupaten, provinsi, dan nasional. Banyak dari masyarakat yang menyamakan Paskibra dan Paskibraka, sebenarnya keduanya berada pada level berbeda. Paskibraka adalah Pasukan Pengibar Bendera Pusaka yang bertugas pada upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus. Sehingga bendera yang dikibarkan ialah bendera pusaka/bendera replika yang khusus hanya dikibarkan di istana negara pada saat 17 Agustus.

Pada awalnya saya memandang Paskibra hanya sebatas sebagai petugas pengibar bendera. Setelah saya masuk ekstra Paskibra barulah saya mengetahui bahwa anggapan saya tersebut salah. Ekstra ini mempertemukan saya dengan berbagai macam kegiatan yang tentunya mengasah softskill dan hardskill saya yang berguna ketika menghadapi kehidupan sosial. Selain kegiatan pelatihan baris berbaris sebagai agenda utama kami, kami juga mengikuti kegiatan Komba Keterampilan Baris Berbaris (LKBB) sebagai implementasi dan ajang unjuk diri.

dokpri
dokpri

Mengikuti Paskibra tentu saja membuat saya sangat akrab dengan terik matahari di siang bolong, panasnya lapangan semen sekolah saya yang seolah ingin melepuhkan telapak tangan saya ketika Push Up, juga keringat yang selalu mengucur sesekali membuat mata saya perih karena tidak boleh membuat gerakan tambahan ketika dalam sikap siap. Kulit tangan dan wajah yang belang seolah menjadi ciri kami sebagai anak Paskibra. Di lapangan, kami dididik selayaknya pada latihan militer. Mulai dari Push Up, Sit Up, Back Up, Pull Up, hingga lari keliling lapangan sambil menyanyikan yel-yel penyemangat.

Menyengat, seru sekaligus melelahkan mungkin yang dapat saya gambarkan pada saat itu. Pembinaan fisik seorang Paskibra sangatlah diperhatikan, baik anggota laki-laki maupun perempuan. Bahkan saat mendekati perlombaan, kami yang tergabung pada pasukan lomba tidak diperkenankan untuk minum es dan makan makanan pedas untuk menjaga stamina kami saat di lapangan. Apabila ketahuan maka kami akan mendapatkan hukuman. Pelatih saya saat itu berpesan bahwa es dan pedas dapat mengurangi performa kita karena dapat membuat nafas menjadi lebih pendek, mudah berkeringat, dan mudah capek. Menahan godaan untuk menghindari 2 hal kesukaan saya itu tentu menjadi tantangan tersendiri. Tak jarang, saya kerap sembunyi-sembunyi membeli es dan jajanan pedas di sekolah. Biasanya saya lancarkan aksi saya tersebut dengan menitip jajan pada teman saya supaya tidak ketahuan jika saya pergi ke kantin. Namun, hal tersebut ketahuan juga ketika di lapangan. Entah ada yang sengaja diam-diam melaporkan pada pelatih saya atau efek yang saya rasakan seperti mudah berkeringat dan nafas saya mudah sekali habis setelah lari keliling lapangan.

Bagi anggota yang tergabung dalam pasukan lomba membuat frekuensi latihan kami turut bertambah yang semula 1x dalam seminggu bisa bertambah 3x dalam seminggu, atau bahkan bisa setiap hari jika sudah mendekati H-lomba. Hal tersebut tentu bertujuan agar latihan kami lebih intens untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pulang sore bahkan kadang hingga malam sudah menjadi ritual harian. Bahkan kadang penjaga sekolah yang bertugas mengunci pagar sering kali meneriaki kami agar segera membubarkan diri untuk pulang karena sudah petang.

Setelah mengikuti Paskibra saya baru tahu, bahwa PBB tidak hanya sekedar gerakan tegap dan kompak semata. Namun ada peraturannya tersendiri, yang bahkan termuat dalam buku peraturan baris berbaris yang dikeluarkan oleh Panglima TNI sebagai pedoman gerakan PBB di seluruh Indonesia. Peraturan tersebut juga terus mengalami perubahan/revisi beberapa tahun terakhir dari Peraturan  PBB Skep Pangab tahun 1985, Peraturan Panglima (Perpang) TNI No.46 tahun 2014 hingga yang berlaku saat ini Peraturan Panglima (Perpang) TNI No.58 tahun 2018. Semua gerakan PBB memiliki ketentuannya masing-masing, seperti lebar langkah kaki, tinggi lambaian tangan, derajat tolehan kepala, tempo jalan di tempat, posisi barisan, posisi tangan yang benar saat hormat dan masih banyak lagi. Semuanya ada deskripsi yang mendetail dari setiap gerakan tersebut. Sehingga perlu pemahaman yang mendalam khususnya bagi para pelatih Paskibra. PBB menjadi unsur utama penilaian perlombaan. Sehingga tidak heran para juri sangat teliti dalam menilai gerakan PBB kami. Hingga mereka biasanya masuk arena lomba untuk melihat lebih dekat apakah gerakan kami sudah sesuai peraturan. Para juri biasanya didatangkan langsung dari Kodiklatad Bandung. Dengan jam terbang mereka yang sering keliling pada event LKBB di Jawa Timur tentu tidak perlu dipertanyakan lagi profesionalitasnya.

Selain PBB sebagai nilai utama, ada juga Variasi dan Formasi. Mungkin masih terdengar asing ditelinga orang awam. Gerakan Variasi Formasi merupakan gerakan PBB yang dikreasikan dengan kreatifitas sehingga menghasilkan gerakan yang lebih dinamis. Variasi Formasi biasanya yang selalu ditunggu tunggu para penonton, karena hal tersebut menjadi daya tarik penampilan Paskibra. Variasi biasanya berisi yel-yel atau jargon. Dahulu, Variasi banyak bertema semangat kebangsaan dan kepahlawanan, hingga kini Variasi berkembang dengan mengangkat isu-isu sosial seperti isu korupsi, perundungan, narkoba, kemiskinan hingga isu feminisme. Tentu hal tersebut menjadi wadah anak Paskibra untuk menyalurkan aspirasinya sebagai amak muda. Formasi biasanya berupa perubahan pola barisan yang dibarengi dengan deklamasi dari danton, dari barisan yang utuh kemudian terpencar menjadi pola barisan tertentu hingga membentuk barisan yang utuh lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun