Mohon tunggu...
Ardhie Murcahya
Ardhie Murcahya Mohon Tunggu... -

Seorang pembelajar yang suka nulis, suka baca, \r\nhttp://ardhi.nurhidayahsolo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Islam Memandang Pekerjaan

11 Maret 2011   04:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:53 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1299901546923304167

Islam adalah agama yang syamil, mencakup semua unit kehidupan. Mengaturnya dengan begitu sempurna dan indah dengan wahyu, sehingga kehidupan seorang muslim dan siapapun yang hidup bersama islam merasakan keberkahan , inilah agama yang rahmatan lil alamin. Agama yang mengajarkan keseimbangan. Tidak hanya masalah ukhrawi semata tapi juga duniawi tidak lupa untuk dibina, karena bagaimanapun menuju kehidupan sukses akhirat harus melalui sukses dunia.Maka islam pun tidak melupakan dunia sebagai pendukung untuk memperoleh kebaikan akhiran. Seperti doa-doa kita, Rabbana atina fid-dunya hasanatan wa fil 'akhirati hasanatan waqina 'adhaban-nar. Salah satu upaya memperoleh dunia adalah dengan kerja. Islam pun mengganjurkan pemeluknya untuk memiliki sebuah pekerjaan dan mampu mencukupi kebutuhan pribadinya sendiri serta memberi manfaat kepada sesama. Dengan bekerja maka kita telah membangun sebuah izzah kemuliaan diri, membangun kemandiriian diatas tapak kakinya sendiri. Seperti halnya Iman, tak sekedar dibenarkan hati diucapkan lisan tapi juga harus terbuktikan dalam amal nyata, yaitu kerja. sehingga segala sesuatu harus diukur dalam amal nyata perbuatan. Pada hakikatnya, kehidupan dan kematian adalah ujian untuk menguji siapa yang terbaik dalam amalnya, (QS. Al-mulk : 2) Dalam 10 muwashafat, terdapat istilah Qadirul Alal Kasbi, mampu berdikari dengan usaha sendiri, seorang muslim seorang penyeru haruslah memilik pekerjaan yangtentunya menjadi sumber penghidupan yang halal, karena pekerjaan yang haram tidak akan memberikan keberkahan terhadap rizki yang diperolehnya. Sesungguhnya juga, jatah rizki itu telah ditetapkan yang perlu kita cari adalah keberkahan dari jatah rizki kita tersebut Teladan Bekerja dari para salaf bekerja untuk memenuhi hajat hidupnya, agar tidak bergantung kepada sesama makhluq shg kualitas tauhid ubudiyah kita tidak terkotori. Tidak terkotori oleh penghambaan kepada selain Allah, maka diperintahkan kita untuk bekerja. Umar ibn Al khathab, pernah menegur seorang pemuda yg hanya berdiam di masjid dan tidak bekerjatahukah kalian bahwa langit tidak menurunkan hujan emas dan perak” begitu kata Umar Ibn Al khathab kepada pemuda tersebut. Rasulullah pun juga bekerja, mulai dari mengembala kambing, hingga membersamai sang paman Abu Thalib berniaga hingga ke syam. Dan terakhir beliau saw. menjadi mitra bisnis khadijah binti khuwailid, untuk memasarkan produk-produknya. Islam sangat membenci kemalasan, oleh karena kemalasan itu datangnya syaithan. Masih ingat tentunya bahkan hafal wirid harian kita setiap pagi dan petang “Allahumma inni a'udzu bika minal jubni wal kasl,  Yaa Allah, aku berlindung dari kemalasan.” Allah pun memberikan reward kepada seseorang yang bekerja hingga kelelahan dengan memberinya ampunan atas dosanya. “Barang siapa yang malam harinya kelelahan karena bekerja ( pada siang harinya ) dengan tangannya, maka malam itu ia dapatkan ampunan dari Allah ( HR. Thabrani ). Diriwayatkan pulapada sebuah hadits yang lainnabi SAW bersabda, “Pahalamu adalah sama dengan kadar lelahmu” Maka tidak ada alasan lagi bagi seorang muslim untuk tidak bekerja, dan tentunya adalah bekerja dengan cara yg halal. Selain kadar lelah yang berbalas maghfirah, nafkah yang diberikan kepada keluarga terhitung sebagai shadaqah Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: “Satu dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu berikan kepada orang miskin dan satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya yaitu satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.” (HR Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga). Perniagaan adalah profesi yang sering disebut dalam alQuran, maka jangan malu bila hanya berprofesi sbg pedagang. Berniaga sama artinya membuka lapangan kerja sendiri adalah sesuatu yg mulia 9 dari 10 sahabat yg dijaminkan surga, adalah semuanya para pedagang. Abduraham Ibn Auf contohnya, ketika beliau tiba di madinah seletah berhijrah dari makkah. Beliaupun dipersaudarakan oleh Nabi SAW, dengan seorang Anshar Sa'ad ibn ar-Rabi'. Saat sa'ad menawarkan istri yg cantik, separuh harta, separuh rumah, kepada Abdrahman Ibn auf, tapi beliau menolaknya , beliau lebih memilih untuk ditunjukan dimana letak pasar kepada sa'd ibn ar rabi'. Hari pertama beliau bekerja sbg kuli angkut, hari kedua bekerja sbg broker atau makelar, dan hari berikutnya bekerja sebagai pedagang. Dan Beliau donatur perjuangan islam selama di madinah, infaq beliau pertama kali 4.000 dinar (Rp 4,250,000,000) , subhanallah. Total infaq beliau semasa hidup adalah Rp 141,750,000,000. Tentunya penghasilan beliaujauh lebih besar lagi, karenajika yang di infaqkan adalah 2,5 %, tentu 100 % persen nya adalah Subhanallah. Maka Bekerjalah, Allah, Rasul & Orang mukmin akan melihat hasil kerjamu ( QS. At Taubah : 105)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun