pelayanan kesehatan seringkali kurang diakui kontribusinya. Berbagai tantangan pekerjaan, seperti persepsi negatif dan kurangnya pelatihan serta praktik kerja yang inovatif dapat menghambat pengakuan terhadap profesi perawat. Penulisan ini menjelaskan definisi martabat perawat, tantangan yang dihadapi, serta aksi nyata yang dapat dilakukan melalui peningkatan kompetensi dan inovatif untuk mendukung perawat supaya lebih dihargai. Â Selain itu, kolaborasi antara perawat, asosiasi profesi, lembaga pendidikan, dan pemerintah dibahas dalam upaya menciptakan lingkungan kerja yang mendukung. Oleh karena itu, penting untuk memprioritaskan pendekatan ini supaya membawa dampak positif bagi perawat ataupun masyarakat yang mendapatkan pelayanan kesehatan.
Peran perawat dalam sistemPerawat memainkan peran penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Namun persepsi negatif masyarakat dan berbagai tantangan profesional seringkali menghambat pengakuan martabat perawat. Masalah-masalah ini termasuk kurangnya pelatihan serta perilaku kerja yang inovatif. Kualitas pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan sangat dipengaruhi oleh sistem asuhan keperawatan. Sebagai salah satu bagian penting dalam tim kesehatan, perawat memiliki peran dalam memberikan kontribusi terhadap kualitas pelayanan yang diterima pasien (Sihaloho, A. A., 2020).
Mengingat bersarnya peran perawat dalam menunjang mutu pelayanan medis, maka penting untuk membahas permasalahan ini secara mendalam. Penguatan harkat dan martabat tenaga keperawatan melalui kompetensi dan inovasi menjadi prioritas utama.
Martabat perawat mencerminkan penghormatan terhadap nilai-nilai profesionalisme dalam keperawatan. Subih et al., (2021) menegaskan nilai profesionalisme berkaitan dengan praktik dan akan berkembang ketika perawat bekerja di lingkungan yang mendukung profesionalisme tersebut yaitu seperti di rumah sakit. Sovia et al., (2024) juga berpendapat bahwa pentingnya nilai profesionalisme terlihat jelas saat berinteraksi langsung dengan pasien. Perawat yang dihormati cenderung lebih termotivasi lebih baik sehingga kualitas layanan yang diberikan perawat tersebut meningkat. Perawat lebih disegani masyarakat karena integritasnya yang tinggi, yang pada akhirnya memperkuat sistem pelayanan kesehatan. Menciptakan lingkungan kerja positif yang mendukung profesionalisme merupakan tanggung jawab bersama. Hal ini juga memperkuat hubungan antara perawat dengan pasiennya, sehingga proses keperawatan akan berjalan lebih optimal.
Tantangan bagi perawat yang paling sering didengar yaitu stigma masyarakat, kurangnya pelatihan yang mendukung kompetensi, serta kurangnya budaya kerja yang mendukung. Ketika harapan atas pelayanan tersebut tidak terpenuhi, maka pasien akan merasa mengeluh dan tidak puas (Banunaek, C. D. et.al., 2021). Keluhan pasien juga dapat muncul seiring adanya miskomunikasi antara pasien-perawat dalam proses perawatan. Dalam persepsi masyarakat, perawat seringkali dianggap tidak sebanding dengan tenaga kesehatan lain atau dianggap hanya sebagai asisten dokter. Selain itu, kurangnya pelatihan dan pengembangan profesional juga menjadi hambatan yang akan menurunkan komitmen pelayanan perawat. Hal ini dapat menciptakan kesenjangan antara harapan masyarakat dan kenyataan yang ada di lapangan.Â
Untuk menghadapi tantangan-tantangan yang disebutkan, dapat melalui kompetensi dan perilaku kerja yang inovatif. Langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan martabat perawat seperti pelatihan berkelanjutan. Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta karakteristik dari individu itu sendiri. Kompetensi individu, termasuk keterampilan dan kemampuan, memainkan peran penting dalam mendukung pelaksanaan saat tugas mereka (Suprapto, S., & Asmi, S., 2020). Perilaku kerja inovatif mencakup kemampuan untuk mencari ide-ide baru dan menerapkannya dalam pekerjaan guna meningkatkan hal kerja. Perawat dengan inovasi tinggi mampu melihat peluang atau masalah di tempat kerja dan mencari solusi yang dapat mendukung kinerja mereka. Organisasi profesi seperti Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) juga berperan dalam advokasi hak-hak perawat serta mendorong kebijakan yang mendukung pengembangan profesi. Dengan demikian, melalui kolaborasi antara individu perawat itu sendiri, pemerintah, institusi pendidikan, dan organisasi profesi, martabat perawat dapat ditingkatkan.
Kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak menjadi kunci dalam mendukung kompetensi dan perilaku inovatif perawat untuk meningkatkan martabat mereka, sehingga dapat menjawab persepsi negatif masyarakat terhadap profesi ini. Tantangan seperti stigma masyarakat, kurangnya pelatihan untuk menyokong kompetensi serta inovasi menjadi penghambat utama. Oleh karena itu, langkah seperti pelatihan berkelanjutan dan perilaku kerja inovatif diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Dukungan dari organisasi profesi seperti PPNI, pemerintah, institusi pendidikan, sangat perlu dalam menciptakan lingkungan kerja yang sesuai. Dengan kolaborasi ini, perawat diharapkan lebih dihargai dan mampu memberikan kontribusi maksimal di dunia kesehatan.
Referensi
Banunaek, C. D., Dewi, Y. E. P., & Andadari, R. K. (2021). Dilema etik pada profesionalisme perawat terhadap kualitas pelayanan keperawatan. Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, 4(2), 110--120. https://doi.org/10.32584/jkmk.v4i2.1143
Sihaloho, A. A. (2020). Pengaruh pelayanan asuhan keperawatan terhadap kepuasan pasien di rumah sakit. https://doi.org/10.31219/osf.io/aykfe
Sovia, Haryani, A., Ernawati, E., & Lukmanulhakim. (2024). The professional values of nursing students. Health and Technology Journal  (HTechj), 02(03). https://doi.org/10.53713/htechj.v2i3.188
Subih, M., Hadid, L. Al, Omari, D. Al, A lbana, H., & Shahrour, L. A. (2021). Professional values development among jordanian baccalaureate nursing students. 00(00), 1--5. https://doi.org/10.1097/01.NEP.0000000000000867