Mencoba bersikap jujur, kita sering tidak dalam merasakan suatu hal yang wajib mempunyai ataupun mengikuti sesuatu yang sedang trending diperbincangkan orang? Entah itu trend gawai/gadget,fashion,tempat nongkrong/cafe, sampai pada platform sosial media.Â
Seolah kita lalai belum tentu hal tersebut dan apa yang kata orang sedang hits dikala itu benar-benar diri kita yang sesungguhnya dan butuhkan. Contoh kasus sederhananya soal gawai/gadget. Mengapa kita harus terburu-buru dalam menggantinya? Sementara smartphone lama yang kita miliki masih berfungsi dengan baik dan optimal serta dari segi tampilan fisik masih terlihat mulus saja!
Sebenarnya untuk mengetahui perkembangan zaman itu sesuatu yang diperlukan,namun bukan berarti untuk selalu harus mengikuti arus trend tersebut. Mungkin kita tak merasakan lelah dan letih dalam mengikuti segala momen yang sering muncul silih berganti seiring berjalannya waktu. Namun cobalah untuk merenungkan secara baik-baik, bagaimana dampaknya segi positif dan negatif ke diri kita masing-masing ?
Predikat "keren" memang telah sah untuk diidamkan, namun tak perlu juga diikuti dengan label kekinian.
Siapa gerangan yang tidak ingin dianggap tampil keren dihadapan orang lain? Kita, dia, mereka hampir setiap individu dipastikan memiliki kebanggaan tersendiri ketika menyandang predikat itu tentunya.Â
Seolah tampil keren bagian dari sebuah prestasi. Tapi apa betul keren sebatas kekinian saja? Pada tahapan sini kita harusnya berpikir ulang, jangan terlebih dahulu berbangga hati apabila orang menganggapmu tampil keren hanya karena mengikuti trend. Mengingat di lingkungan luar sana ada banyak sekali orang yang tak jauh berbeda darimu.
Lantas keren seperti apa yang harusnya membuatmu kita bangga dan berbesar hati? Keren pada saat hasil karya tulisan memenangkan sebuah kejuaraan lomba. Keren pada saat kita diterima lolos di perusahaan besar (bonafide). Konteks keren itu saat kita benar-benar melakukan sesuatu yang belum tentu orang lain dapat melakukannya.
Pada saat kekinian untukmu sebatas hanya ikut-ikutan saja, sukses karena sesuatu yang beda justru membuat kita menjadi inspirasi generasi muda lainnya
Pada saat musim memakai celana jogger, kita mengikuti memakainya. Rekan kita mengganti iPhone 7 kita pun sudi dan tak mau kalah. Melihat orang berjalan-jalan ke tempat yang sedang hits di Instagram, kita pun lantas pergi ke sana dengan tujuan hanya menginginkan berfoto selfie saja. Memang semua momen yang kita lakukan ini terlihat kekinian sekali. Namun kita lalai, apabila semua yang kita lakukan tak beresensi.
Berbeda sekali ketika semua orang mengikuti trend yang menjamur, sementara kita tetap bertahan dengan ciri khas gaya kita sendiri, atau mencari spot destinasi tempat-tempat yang tak mainstream. Bukan hal yang tidak mungkin, apabila pilihan yang kita ambil untuk tampil beda ini justru akan membuatmu lebih menarik dan unik. Malahan kita dapat saja menjadi sumber inspirasi di mata orang banyak. Tidak mengharuskan banyak, namun setidaknya itu menjadi bukti bahwa menjadi pribadi berbeda itu lebih keren dari yang hanya ikut-ikutan.
Alhasil generasi yang mengikuti arah sana sini itu mahal, sebab mengikuti trend itu perlu memerlukan modal biaya.
Namun ternyata habit dari generasi yang menyukai trend ikut-ikutan itu jadi banyak bergaya. Sebentar-sebentar mengikuti membeli baju, sepatu, tas atau apapun yang sedang musim ramai digunakan oleh teman-teman sekitar. Terdapat tempat nongkrong seperti kafe ataupun kedai kopi baru kita mengharuskan diri untuk nongkrong di tempat tersebut. Menyadari secara langsung tidak apabila kesemuanya itu akan membuatmu menghambur-hamburkan uang yang kita milik ?! Â Pada sekali berbelanja kita dapat merogoh kocek paling minim kurang lebih sejumlah 100 ribu, begitu pula pada saat nongkrong di kafe.
Tidak mengherankan apabila generasi millenial yang juga menyukai trend ikut-ikutan ini lebih boros dalam hal budget tentunya. Dikarenakan sebenarnya demi mengejar kata kekinian tersebut kita harus mempunyai sejumlah modal !