Mohon tunggu...
Ardhia Nandita
Ardhia Nandita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Menulis agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paradigma dan Teknik Integrasi Ilmu

23 April 2021   23:04 Diperbarui: 23 April 2021   23:56 1718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Paradigma Integrasi Keilmuan

Menurut Muhammad 'Abid al-Jabiri, ada tiga model epistemologis yang sesuai di kalangan Arab-Islam yaitu epistemologi bayani,' irfani dan burhani. Al-Jabiri membedakan antara ketiga epistemologi tersebut, bahwa bayani menghasilkan pengetahuan lewat analogi realitas non fisik atas realitas fisik (qiys al-ghayb 'al al-shhid) atau meng-qiyskan fur' kepada asl, 'irfani memberikan pengetahuan setelah melalui proses kashf penyatuan ruhani kepada Tuhan dengan penyatuan universal (kulliyt), sedangkan burhani menghasilkan pengetahuan melalui prinsip-prinsip logika atas pengetahuan sebelumnya yang diatur validitasnya.

M. Amin Abdullah menilai bahwa keilmuan Islam memiliki karakter yang berbeda dengan keilmuan Barat. Perdebatan, pergumulan dan perhatian keilmuan di Barat lebih terletak pada wilayah ilmu pengetahuan alam dan sebagian pada wilayah ilmu humaniora dan ilmu sosial, sedangkan keilmuan Islam lebih terletak pada wilayah humaniora klasik. Jika filsafat ilmu di Barat dikembangkan dengan perangkat rasionalisme, empirisme dan pragmatisme, maka, karena perbedaan itu, menurut Amin Abdullah pengembangan keilmuan Islam (Studi Islam) ke depan harus dikembangkan dengan epistemologis yang khas, salah satunya dengan apa yang disebut al-Jabiri dengan epistemologi bayn, 'irfn dan burhn.

Pengaruh pemikiran tokoh cendekiawan sebelumnya (khususnya Al-Jabiri) serta fenomena dikotomi ilmu yang muncul di masyarakat tersebut menjadikan Amin Abdullah menggagas paradigma Integrasi-Interkoneksi. Tujuannya adalah untuk menyatukan atau menghubungkan kedua ilmu tersebut, bukan berdiri sendiri-sendiri. Pemikiran Amin Abdullah sangat mengandalkan M. Abid al-Jabiri yang menggagas trilogi epistemologis, yaitu Epistemologi Bayani, Epistemologi Irfani, dan Epistemologi Burhani. Al-Jabiri adalah seorang filsuf terkenal saat itu. Pemikiran Jabiri diperoleh oleh Marxisme. Paradigma Integrasi-interkoneksi yang digagas Amin Abdullah adalah salah satu opsi pemikian agar ragam kajian keislaman dapat berkembang dan tidak terkungkung secara lebih menyeluruh. Paradigma ini memandang bahwa antara ilmu-ilmu qauliyah / hadarah al-nass dengan ilmu-ilmu kauwniyah / hadarah al- 'ilm maupun dengan hadarah al-falsafah berintegrasi dan berinterkoneksi satu sama lain.

Integrasi secara bahasa berasal dari kata (To Integrate) yang mana muncul kata Integration. Sedangkan, Interkoneksi secara bahasa berasal dari kata (Inter dan Connect) menjadi kata Connection. Sehingga, Integrasi dapat diartikan dengan "terhubung sekaligus menyatukan antara dua hal atau lebih". Interkoneksi adalah "mempertemukan atau menghubungkan dua hal atau lebih" (Sejarah-sosial, 2007) .Bangunan paradigma keilmuan digambarkan sebagai jaring laba-laba yang mana al-Quran dan as-Sunah sebagai pusat keilmuan. Dari pusat keilmuan tersebut dapat di kembangkan pola-pemikiran dengan berbagai pendekatan dan metode yang selanjutnya akan maka ilmu-ilmu yang ada pada lapisan berikutnya, yaitu ilmu-ilmu konfensional, ilmu-ilmu alam, sosial, humaniora dan berakhir dengan ilmu- ilmu dan isu-isu kontemporer pada lapisan berikutnya.

Model Integrasi Ilmu

Menurut Armahedi Mahzar, setidaknya ada 3 (tiga) model Integrasi ilmu dan agama, yaitu model monadik, diadik dan triadik.

1) Model Monadik

Model yang populer di kalangan fundamentalis religius maupun sekuler. Kalangan fundamentalisme religius berasumsi bahwa agama adalah konsep universal yang mengandung semua cabang kebudayaan. Agama sebagai satu-satunya kebenaran dan sains hanyalah salah satu cabang kebudayaan. Sedangkan menurut kalangan sekuler, agama hanyalah salah satu cabang dari kebudayaan. Oleh karena itu, kebudayaanlah yang merupakan ekspresi manusia dalam mewujudkan kehidupan yang berdasarkan sains sebagai satu-satunya kebenaran.14 Dengan model monadik seperti ini, tidak mungkin terjadi koeksistensi antara agama dan sains, karena menegasikan eksistensi atau kebenaran yang lainnya.

2) Model Diadik

Model ini memiliki beberapa varian. Pertama, varian yang menyatakan bahwa sains dan agama adalah dua kebenaran yang setara. Sains membicarakan fakta alamiah, sedangkan agama membicarakan nilai ilahiyah. Varian kedua berpendapat bahwa, agama dan sains merupakan satu kesatuan yang tidak dapat diterima. Sedangkan varian ketiga berpendapat bahwa agama dan sains memiliki pertanyaan. Kesamaan inilah yang bisa dijadikan bahan Integrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun