Mohon tunggu...
Ardhia Nandita
Ardhia Nandita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Menulis agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Ibnu Rusyd sebagai Filsuf Muslim dalam Peradaban Islam

30 Maret 2021   02:36 Diperbarui: 30 Maret 2021   02:48 1699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ibnu Rusyd merupakan ilmuwan yang sangat peduli terhadap ilmu pengetahuan. Seumur hidupnya didedikasikan untuk kegiatan keilmuan, sampai-sampai tidak pernah absen dari kegiatan belajar setiap malam. Ulasan-ulasannya terhadap filsafat Aristoteles berpengaruh besar di kalangan ilmuwan Eropa, sehingga muncul suatu aliran yang dinisbatkan kepada namanya, yaitu Averroisme. Selain itu, ia juga banyak mengomentari karya-karya filsuf muslim pendahulunya, seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, dan al-Ghazali. Komentar-komentarnya itu banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani.

Riwayat Hidup

Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd, atau Ibnu Rusyd adalah salah seorang filsuf muslim yang berasal dari keturunan Arab dan lahir di Andalusia (Spanyol), tepatnya di kota Cordoba tahun 526H/1198 M. Ibnu Rusyd lahir dan dibesarkan dalam keluarga ahli fiqh yang terkemuka, ayahnya yang bernama Ahmad (Abu Al Qasim) merupakan seorang hakim di Kordoba, sedangkan kakeknya merupakan ahli fiqh yang sangat terkenal. Dengan demikian, ia lahir dari keluarga terhormat yang alim dan taat dalam beragama Islam yang menganut mazhab Maliki. Nama Ibnu Rusyd sebagai filsuf terkemuka di abad pertengahan lebih dikenal sebagai Averroes oleh bangsa Eropa. Nama "Averroes" tersebut merupakan sebuah metamorfose bahasa Yahudi-Spanyol-Latin dari nama Ibnu Rusyd. Semasa hidupnya, Ibnu Rusyd seorang yang suka hidup sederhana dan bersahaja tanpa memperdulikan tentang pakaian, harta benda. Meski begitu sifatnya sangat pemurah sekalipun terhadap orang-orang yang pernah memusuhi atau menghina dirinya. Kehidupannya sebagian besar dihabiskan dengan menjalani tugas sebagai hakim dan dokter, tapi di barat ia dikenal sebagai filosof yang banyak mengkaji dan mengomentari pemikiran Aristoteles. Oleh karena itu, di Barat Ibn Rusyd dikenal sebagai "penafsir" atau "commentator", yakni penafsir pemikiran Aristoteles. Ibn Rusyd memang dikenal sebagai filsuf muslim yang sangat Aristotelian.

Perkembangan Intelektual dan Pendidikan

Dalam bidang kedokteran, Ibnu Rusyd belajar pada Abu Ja'far Harun At Tirjali dan Abu Marwan bin Kharbul. Dalam bidang filsafat, ia belajar pada Ibnu Bajjah, yang di barat dikenal dengan Avinpace, filosof besar di Eropa sebelum Ibn Rusyd. Pada tahun 1153, Ibnu Rusyd melakukan pengamatan astronomi di Marrakesh dan membantu pembangunan perguruan-perguruan tinggi yang sedang dilakukan pemerintah. Ia berusaha mencari hukum-hukum fisika yang mengendalikan pergerakan benda-benda langit, namun sayangnya penelitian ini tidak berhasil. Pada saat itu ia kemungkinan pertama kali bertemu dengan Ibnu Thufail, filsuf terkenal dan penulis novel Hayy ibn Yaqzhan, yang saat itu menjabat sebagai dokter istana. Ibnu Rusyd dan Ibnu Thufail kelak berteman, walaupun mereka kadang berselisih dalam masalah filsafat. Selain itu, ia juga berhubungan dengan dokter Abu Marwan bin Zuhr dan raja Dinasti Muwahhidun. Selain menjalin perhubungan yang akrab dengan Ibnu Zuhr, Ibnu Rusyd juga mempunyai hubungan yang baik dengan kerajaan Islam Muwahidin terutama dengan amir ketiga khalifah Abu Yusuf Al-Mansyur. Hubungan dan kepercayaan tersebut, akhirnya Ibn Rusyd dilantik sebagai hakim di Sevilla pada tahun 1169. Dua tahun kemudian, beliau dilantik menjadi hakim di Cordoba, kemudian dilantik sebagai dokter istana pada tahun 1182 M.

Karya Monumental Ibnu Rusyd

Untuk mengungkapkan semua hasil pemikirannya, Ibnu Rusyd memiliki beberapa karya monumental yang sekaligus menjadi (trade mark) atas teologinya, di antara karya-karya Ibnu Rusyd adalah karya berjudul Kasy Manahij al-Adillah yang dengan jelas tertulis pada tahun 575 H/1179-1180 M. Selanjutnya, para ahli sepakat bahwa karyanya yang berjudul Fasl al-Maqal fii maa baina al-Aqidah wa as-Syari'ah min al-Ittisaal dan Tahafut at-Tahafut juga tertulis pada tahun yang sama. Ketiga karya tersebut bersamaan waktunya dengan karya ringkasnya Damiima, satu-satunya karya yang semata-mata ditulis guna membincang atas dirinya sendiri.

Diantara karya-karya nya tersebut, terdapat beberapa karya yang sangat melegenda diantaranya yaitu Al-Kulliyat fi At-Thib (Studi Lengkap tentang Kedokteran), yang menjadi rujukan dan buku wajib di berbagai universitas di Eropa dan diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Inggris, dan Ibrani. Karya nya ini merupakan karya di bidang kedokteran yang paling dikenal di kalangan ilmuan di bidang penyembuhan. Secara garis besar isinya berisi prinsip umum yang bekerja di dalam tubuh, baik ketika sehat maupun sakit. Al-Kulliyat diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada abad ke-12, dengan judul Colliget. Kitab ini juga digunakan sebagai buku wajib bagi dokter-dokter Eropa selama berabad-abad.

Yang kedua adalah kitab Bidayatul Mujtahid, nama lengkap kitab ini adalah Bidayah Al Mujtahid Wa Nihayah Al Muqtashid. Kitab ini berisi tentang kajian hukum islam dari berbagai aliran pemikiran dan madzab, mendiskusikan bagaimana tiap mazhab mencapai kesimpulan masing-masing. Kitab ini ditulis pada tahun 1168 M. 

Yang ketiga adalah kitab Tahafut at-Tahafut, yang berarti "kerancuan atas kerancuan"Kitab ini ditulisnya sebagai bantahan dan kritik atas kitab Al-Ghazali yang berjudul Tahafut al-Falasifah (Keruntuhan Filsafat).Tak ada catatan persis kapan Ibnu Rusyd menulis kitab Tahafut at-Tahafut. Namun yang jelas, jika menilik kitabnya yang lain, seperti Fash al-Maqal fima baina al-Hikmati wa as-Syariati min al-Ittishal (Kata Pemutus tentang Pertemuan Agama dan Filsafat) dan Manahij al-Adilllah (Metode Pembuktian), kitab ini ditulis saat Ibnu Rusyd mencapai puncak kematangan rasional dan berpikir kira-kira saat berusia 50 tahun ke atas.  Karya ini termasuk salah satu karya berkualitas yang pernah ada dalam sejarah pemikiran Islam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun