Mohon tunggu...
Ardi
Ardi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Swasta Mengabdi 12 Tahun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cukupkah Guru Saja yang Berperan Membangun Karakter Siswa?

4 Oktober 2022   00:21 Diperbarui: 4 Oktober 2022   18:40 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain menjabarkan materi pelajaran, guru juga dituntut untuk bisa menularkan karakter baik kepada anak didik. Namun, cukupkah hanya guru saja yang berpengaruh dalam membangun karakter siswa? Tentu tidak. Karena guru hanya bertatap muka dengan siswa saat berada di sekolah saja. Setelah mereka pulang sekolah, guru tak lagi menjumpainya.

Maka peran orangtua juga diperlukan disini. Guru dan orangtua haruslah sekata dalam membina anak didik. Artinya, jika sekolah memberi sanksi kepada anaknya atas pelanggaran yang dilakukan, hendaknyalah orangtua legowo dengan tindakan itu. Bukan malah tidak terima karena anaknya diberikan hukuman di sekolah.

Hal-hal semacam inilah nantinya yang mempengaruhi karakter siswa menjadi tidak disiplin. Karena ia menganggap bahwa orangtuanya akan membelanya di sekolah jika ia melakukan pelanggaran. Oleh sebab itu, sekali lagi bahwa orangtua hendaklah bersikap kooperatif terhadap penegakan kedisiplinan di sekolah demi tercapainya tujuan bersama, yaitu mendidik sang anak.

Lalu, apa saja yang dapat dilakukan guru untuk mempengaruhi karakter anak didiknya?

Pertama, menjadi contoh. Ungkapan yang sangat familiar kita dengar adalah "guru itu digugu dan ditiru" artinya adalah guru sebagai 'role model' bagi siswa. Oleh karenanya fikirkan dulu apa yang akan Anda lakukan sebelum melakukannnya. Apakah hal itu baik dilihat siswa atau tidak. Karena hal itu mempengaruhi pembentukan karakternya.

Kedua, menjadi apresiator. Hendaknyalah Anda tidak hanya menghargai siswa yang berprestasi saja. Tapi semua perlu Anda apresiasi. Atas proses yang ia lakukan walaupun hasilnya gagal. Hargailah kerja kerasnya dalam mengerjakan tugas akademisnya. Mengapresiasi siswa adalah bentuk perhatian Anda untuknya. Sehingga iapun merasa berharga dibanding teman-teman lainnya yang lebih unggul.

Ketiga, mengajarkan nilai moral setiap Anda masuk mengajar. Luangkanlah waktu Anda lima sampai sepuluh menit untuk memberikan nasehat. Sebelum memulai belajar, atau Anda sisipkan pada pertengahan materi, atau di akhir pembelajaran sebelum Anda meninggalkan kelas. Jangan pernah bosan untuk memberi nasehat, karena boleh jadi dari nasehat Anda yang entah keberapa itulah yang menyadarkannya.  

Keempat, bersikap jujur dan terbuka pada kesalahan. Manusia tidak ada yang sempurna. Guru juga seorang manusia yang tak luput dari sebuah kesalahan. Maka jika Anda salah, jujurlah atas kesalahan Anda. Harapannya bahwa siswa akan berlaku jujur juga atas kesalahannya. Misalkan Anda telat masuk dalam kelas karena tadi di perjalanan tengah hujan, sehingga jalanan jadi macet. Banyak yang menggunakan mobil saat hujan.

Kelima, mengajarkan sopan santun. Bisa jadi siswa yang berlaku tidak sopan itu karena ia tidak tahu caranya bersopan. Ia melakukannya karena melihat sekitarnya yang melakukan tindakan negatif, sehingga ia merasa hal itu lumrah untuk dilakukan.

Pixabay
Pixabay

Padahal itu kurang etis. Misalkan seorang siswa yang izin ke kamar mandi saat guru tengah menjelaskan materi pelajaran. Etisnya adalah hendaknya siswa menunggu beberapa saat hingga guru selesai menjelaskan materi pelajaran. Kecuali jika ia sakit perut, seperti diare. Ini tentu hal yang ditoleran.

Keenam, memberi kesempatan siswa belajar menjadi pemimpin. Seminimalnya, ia dapat memimpin dirinya sendiri agar tidak terjerumus pada pergaulan bebas. Dalam satu kelompok belajar, Anda dapat mengganti anggota menjadi ketua, sehingga semua anggota berkesempatan dan setidaknya pernah menjadi ketua. Inilah pembelajaran baginya. Anda akan mengevaluasi kinerjanya sebagai pemimpin. Dan jika ditemui kesalahan, Anda dapat memotivasinya agar bisa lebih baik lagi kedepannya.  

Ketujuh, menjadi sosok inspiratif bagi mereka. Membagikan pengalaman Anda dapat menjadi pandangan baru di mata mereka. Tidak harus punya pengalaman hebat untuk bisa menularkan inspirasi. Terkadang kita lupa bahwa hal-hal kecil dan sederhana tapi bermanfaat itulah yang dapat mengantarkan pada hal besar. Oleh karenanya, bagikanlah pengalaman inspiratif Anda, agar menjadi bibit harapan bagi mereka untuk meneruskannya.

Semoga  bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun