Sebelum masuk pada ide utama, saya ingin memberi sedikit gambaran kepada Anda, yang mungkin saja ada benarnya, menurut Anda. Dulu ketika saya masih berusia sekolah dasar, saya suka menonton film kungfu di televisi.Â
Singkat cerita, dalam film tersebut, seorang murid rela mendaki gunung demi sampai ke tempat ia akan menimba ilmu kungfu itu. Dengan membawa bekal seadanya, niat yang tulus menuntut ilmu.
Pembelajarannya begitu keras. Seperti mengangkat air dua tong ke atas bukit, atau berdiri dengan sikap siaga (kuda-kuda) dengan waktu yang lama. Jangan tanya betapa pegalnya melakukan itu. Dan banyak kegiatan lainnya, yang intinya menjadi murid disitu, ya menyerahkan diri untuk di gembleng sedemikian rupa oleh gurunya. Alhasil, mereka keluar dari tempat belajar itu sudah menjadi seorang yang siap. Kompeten dalam bidang yang ia tekuni di tempat itu.
Itu hanya gambaran yang saya peroleh tentang sekolah asrama. Anda tentu punya penjabaran masing-masing yang berbeda. Sekolah asrama itu lain dengan dengan sekolah sehari pulang. Dari segala sisi tentu berbeda. Pengawasan orangtua juga tidak bisa intens terhadap siswa berasrama. Namun, orangtua yang menitipkan anaknya ke sekolah asrama, agaknya sudah faham kesepakatan dan perjanjian di awal pada pihak sekolah.
Bahwa sekolah asrama telah menetapkan jadwal kunjungan siswa yang baku, dan tidak bisa keluar asrama kecuali ada keperluan yang sangat penting. Juga sebagian besarnya tidak mengizinkan membawa alat komunikasi. Ini menyangkut kualitas pembelajaran anak.Â
Orangtua siswa juga harus faham bahwa sekolah asrama itu mempunyai jam belajar dua kali lipat dari sekolah umum (non asrama). Bukan hanya pagi hingga sore saja, bahkan malam hari juga anak-anak punya jadwal belajar.
Jika orangtua ingin selalu mengetahui tentang apa saja dan bagaimana saja pembelajaran anak setiap harinya, maka sebaiknya tidak menyekolahkannya di sekolah asrama. Dengan begitu orangtua bisa lebih leluasa mengawasi anak, juga mengetahui apa saja perkembangan anaknya hingga detik berlangsung.
Lalu, apakah benar sekolah asrama itu rawan terhadap kasus perundungan? Belum tentu. Jika satu kasus buruk menimpa salah satu sekolah asrama, tentu ini tidak memutlakkan semua sekolah asrama buruk, kan? Pertanyaan itu juga dapat dikembalikan, apakah sekolah non asrama bersih dari kasus buruk? Apakah tidak pernah dijumpai kasus buruk sekalipun di sekolah non asrama? Jawabannya, tentu pernah ada juga.
Memilih pendidikan untuk anak, tentu sebelumnya Anda sudah hitung-hitungan. Anda akan mempertimbangkan kurang lebihnya terlebih dulu. Tidak sedikit bahkan orangtua yang memilih memasukkan anaknya ke sekolah asrama, dengan alasan pendidikan yang lebih intens. Sekolah asrama akan mengajarkan siswanya untuk mandiri.
Bukan terbatas pada kemandirian pribadi, namun juga siswa dituntut untuk bisa membawakan dirinya kepada hal-hal yang bersifat sosial. Ia akan belajar membaca banyak karakter teman-temannya, bahkan dari luar daerah domisilinya.