Acap terjadi target pengajaran di kelas belum tercapai disebabkan kemampuan siswa yang dibawah rata-rata. Ini salah satu dilema yang dihadapi oleh guru.Â
Di satu sisi ia terbebani oleh target pencapaian yang telah ditetapkan sekolah. Di sisi lain ia menghadapi kenyataan bahwa siswa tersebut tidak mampu menerima atau meneruskan pelajarannya.
Apakah lalu guru tersebut menghentikan materinya sejenak dan menunggu hingga siswa yang kurang mampu itu bisa, atau malah meneruskan materi tanpa menghiraukan siswa yang kurang mampu tersebut?Â
Jika ia meneruskan materi, artinya ia telah melupakan esensi keberadaannya di dalam kelas. Bahwa guru haruslah mampu mendorong siswanya untuk bisa mengerti materi yang disampaikan.
Lantas bagaimana jika siswa tersebut memang tidak mampu walau materi tersebut sudah diulang beberapa kali? Sebagai guru tentunya juga harus memikirkan nasib teman-temannya yang lain, yang telah mampu menguasai materi tersebut. Mereka akan bosan jika materinya terus diulang. Tidak semua siswa yang agak lambat dalam menerima pelajaran. Hanya beberapa orang saja. Maka ada baiknya pihak sekolah membuat klinik pembelajaran.
Klinik pembelajaran ini fungsinya membantu siswa-siswa yang kurang mampu mengikuti pelajaran, atau mengalami ketertinggalan dalam hal akademisnya. Sehingga guru yang masuk di kelas tidak terganggu meneruskan materi pelajarannya. Begitu juga teman-temannya yang lain, tidak harus menunggu temannya yang kurang mampu dalam belajar itu.
Tak hanya membantu siswa mengejar ketertinggalan pelajaran, tapi klinik pembelajaran ini juga menjadi ajang curhat siswa kepada guru yang bertugas pada klinik tersebut. Tidak jarang siswa mengadukan masalah yang dihadapi di sekolah kepada gurunya, walaupun itu tidak ada kaitannya dengan mata pelajaran yang diampunya.
Saya pernah mendengar keluhan siswa tentang masalah yang dialaminya, yaitu pada kegiatan ekstrakurikuler-nya. Ia ingin mengutarakan masalahnya pada Pembina kegiatan tersebut namun ia tidak berani. Akhirnya urung. Kebetulan saya sebagai wali kelasnya, mungkin dirasa cocok untuk mengomunikasikannya. Keesokan harinya ia bercerita lagi bahwa masalah yang kemarin ia keluhkan sudah selesai.
Itu baru satu siswa. Tentunya ada beberapa siswa lainnya yang punya masalah yang sama. Klinik belajar ini diharapkan mampu membantu kesulitan siswa dalam belajar. Targetnya adalah menyamaratakan atau mendongkrak lebih tinggi kemampuan akademisnya terhadap siswa lainnya.Â
Lalu bagaimana jika memang siswa tersebut juga masih tidak mampu memahami materi pelajaran? Selanjutnya pihak sekolah akan mengomunikasikannya dengan keluarganya. Bisa jadi siswa tersebut berkebutuhan khusus.
Prosesnya begini, guru bidang studi melaporkan kepada wali kelas terkait siswa yang kurang mampu atau tertinggal pelajaran tersebut. Nantinya wali kelas akan membuat surat rujukan ke klinik belajar. Dan siswa tersebut akan ditangani oleh guru yang bertugas atau jaga piket pada hari tersebut. Guru yang bertugas ibaratkan seorang dokter yang memeriksa pasien, memberikan pengetahuan, lalu memberikan tindakan.