Guru merupakan profesi yang acap disandarkan dengan sifat sabar. Ya, menghadapi bermacam karakter anak. Dengan kata lain, jika anda memutuskan telah siap menjadi guru, maka anda telah siap menjadi orang dengan kesabaran yang besar.
Sebelum anda resmi memegang surat izin mengajar yang termaktub dalam akta IV, anda telah di tempah di bangku kuliah untuk menjadi seorang guru. Baik secara materi maupun praktek. Salah satu mata kuliah dalam bentuk pengabdian masyarakat adalah PPL atau Program Pengalaman Lapangan, dimana anda belajar menjadi guru langsung di sekolah dengan bimbingan guru senior.
Anda belajar bagaimana mekanisme seorang guru dalam bekerja. Cara mengelola kelas, dan cara menghadapi siswa. Ibarat siang dan malam, manis dan pahit, hitam dan putih, begitu juga dengan karakter siswa yang anda hadapi. Umumnya karakter siswa itu sama pada setiap jenjang pendidikan, baik SD, SMP, maupun SMA. Ada siswa yang baik dan ada juga yang kurang baik.
Jika yang anda dapati siswa dengan karakter baik semua dalam satu kelas, tentu tidak ada tantangan dalam mengajar. Maka, ilmu menguasai kelas yang anda dapatkan juga sedikit. Sebaliknya, anda yang mendapati siswa dengan karakter nakal dalam kelas, dapat membuat anda tangguh dan kuat.
Ini baik bagi anda pengajar baru. Anda akan berpikir bagaimana cara "menaklukkan" mereka di dalam kelas. Kelak, seiring berjalannya waktu, dan anda pun menjadi guru senior, anda akan merasa ringan saat menghadapi siswa dengan karakter kurang baik. Karena anda telah berpengalaman.
Saya pernah ngobrol dengan seorang kepala sekolah. Dulu semasa ia masih PPL, ia ditempatkan di sekolah yang terkenal menjadi tempat "pengambilan ijazah" saja bagi siswa-siswa yang nakal. Beberapa siswa didalamnya pernah mendekam di penjara karena kasus kriminal. Ia belajar dari guru senior disana bagaimana cara menguasai kelas.
Kini, jika ia mendapati siswa yang nakal di sekolah yang ia bina, iapun dengan tenang menghadapinya. Ia mengatakan bahwa, kenakalan anak-anak disini --di sekolah yang ia bina- masih biasa. Adapun siswa yang nakal, masih dalam tingkat yang wajar.
Ada lagi, teman seprofesi dengan saya. Dulu ketika PPL, ia juga ditempatkan di sekolah yang "amburadul". Siswa-siswa yang ia ajar mempunyai tingkat hormat yang sangat rendah kepada guru. Seolah-olah guru itu dianggap tidak ada di kelas. Tapi ia belajar dari situ, bagaimana ia mencuri perhatian siswa dan bagaimana memahami kondisi siswa yang nakal, hingga ia menguasai ilmunya. Penguasaan kelas.
Sekarang, ia dengan mudah menguasai kelas, walau di dalamnya terdapat siswa nakal. Ia juga mengatakan, siswa-siswa yang nakal disini --tempat ia mengajar- masih belum seberapa dibanding dengan sekolah lain.
Jadikanlah kesukaran menghadapi siswa yang nakal sebagai pelajaran. Pengalaman adalah guru terbaik. Bersemangatlah menghadapi mereka. Karena pengalaman itu dapat menjadi anda seorang guru yang tangguh.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H