Pada tulisan kali ini, saya tidak akan membahas detil tentang apa itu kabut asap, karena sudah terlalu banyak ulasan tentang itu dalam empat bulan terakhir. Mari kita telaah hal yang lebih menarik:Â
Apakah kabut asap yang berasal dari Kalimantan dan Sumatera bisa sampai ke Jawa ?
Udara di atmosfer bisa dibayangkan sebagai fluida atau cairan. Dan seperti halnya cairan, udara juga mengalir. Bila cairan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, maka udara akan mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke tekanan rendah. Udara yang mengalir inilah yang disebut angin.
Pada saat musim kemarau, radiasi matahari lebih banyak terfokus di wilayah utara Indonesia, sehingga daerah tersebut memiliki tekanan udara yang lebih rendah. Akibatnya udara akan bergerak dari belahan bumi selatan ke utara. Pengaruh rotasi bumi (dalam bentuk gaya Coriolis) akan menyebabkan aliran udara dari selatan khatulistiwa dibelokkan ke kiri, sehingga angin akan menuju ke arah barat laut. Akibatnya, ketika terjadi kebakaran hutan masif di musim kemarau, kabut asap dari wilayah Sumsel akan sampai ke Jambi, Riau hingga negara tetangga. Hal yang sama juga terjadi dengan kabut asap di Kalteng.
Sekarang bagian menariknya :
Pada bulan Oktober, posisi matahari bergeser ke selatan khatulistiwa, menyebabkan wilayah tekanan rendah bergeser ke selatan. Akibatnya, arah angin ikut berubah. Udara yang tadinya bergerak ke utara, mulai berubah arah ke selatan. Dan kabut asap yang tadinya menuju Jambi, Riau, Sumut sampai Singapura dan Malaysia, akan menuju arah sebaliknya, yaitu Lampung dan ... Jawa.
Perubahan ini memang tidak secara mendadak, namun bertahap. Inilah masa transisi, dari musim kemarau ke musim hujan.
Dari hasil prediksi angin di tiap lapisan atmosfer, tampak bahwa walaupun angin permukaan hingga ketinggian 5000 kaki masih dari arah timur-tenggara dan membawa sebagian besar kabut asap bersamanya, namun angin di lapisan atas bertiup dari utara-timur laut.
Dari hasil observasi saya selama mengikuti misi modifikasi cuaca di Sumatera dan Kalimantan, debu dan asap bisa mencapai ketinggian 10000 kaki atau lebih, apabila bercampur dengan awan konvektif yang dipicu oleh pemanasan ekstrim di permukaan akibat kebakaran lahan (awan Pyrocumulus).
[caption caption="Awan Cumulus bercampur asap di kabupaten Kubu Raya, Kalbar. Lapisan kabut asap di bawahnya mencapai ketinggian 10000 kaki (Dok. pribadi)"][/caption]
Dengan debu dan asap yang mencapai ketinggian 10000 kaki, ditambah lagi angin pada lapisan tersebut yang menuju ke selatan, tidak aneh bila kabut asap bisa mencapai pulau Jawa.