Faktor SBY Realis dalam Bidang Ekonomi
Pada periode 2004-2014, ekonomi global mengalami tantangan besar seperti krisis keuangan 2008, fluktuasi harga komoditas, dan perlambatan pertumbuhan negara maju. Negara berkembang seperti Indonesia menjadi pusat perhatian sebagai motor pertumbuhan ekonomi dunia.
Secara domestik, Indonesia tumbuh stabil pada 5-6% tetapi masih bergantung pada ekspor komoditas, yang membuat rentan terhadap fluktuasi harga global. Infrastruktur yang masih kurang, ketimpangan pembangunan juga masih menjadi tantangan domestik bagi Indonesia.
Untuk menghadapi situasi ini dengan tujuan memperkuat ekonomi nasional, pemerintah SBY memprioritaskan diplomasi ekonomi, termasuk perluasan pasar ekspor, dan kerjasama strategis dengan negara lain, dan aktif dalam forum Internasional seperti G20 .
Analisis Kebijakan SBY Bidang Ekonomi
1. Keikutsertaan dalam G20
Indonesia menjadi anggota aktif G20 sejak 2008, forum ini berisi negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia. G20 menjadi wadah bagi Indonesia untuk memperjuangkan kepentingan nasional dan mendapatkan akses lebih besar ke pasar global.
Keikutsertaan dalam G20 adalah upaya strategis untuk meningkatkan posisi tawar Indonesia dalam sistem internasional. Dalam G20, Indonesia tidak hanya memperkuat ekonomi nasional tetapi juga memastikan kepentingan nasionalnya terdengar di forum global.
2. Diplomasi Ekonomi dengan Negara-Negara Timur Tengah dan Asia Timur
SBY meningkatkan hubungan ekonomi dengan negara-negara di Timur Tengah dan Asia Timur, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, China, Jepang, dan Korea Selatan. Kerja sama ini mencakup perdagangan, proyek infrastruktur, dan investasi asing.
Langkah SBY ini adalah strategi yang efisien untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Diplomasi ekonomi dengan negara-negara kaya sumber daya atau berteknologi maju membantu peningkatan investasi dan membuka pasar baru.