Malam ini rasanya senang sekali telah berdialog dengan Prof. Rhenald Kasali via twitter. Dialognya pun seputar rencana kenaikan BBM yang tengah menggemparkan Mahasiswa di penjuru nusantara melalui aksinya di jalan-jalan. Dimulai dari pertanyaanku ke akun twitter beliau,
“Prof @Renald Kasali apa pendapat Anda soal kenaikan BBM ?”, tanyaku.
“Kan sudah jelas. Ekonom dasarnya science. Dan hitungan kami hrs naik.” Jawab Prof. Rhenald.
Jawaban yang sebetulnya di luar dugaanku membuat rasa penasaranku bangkit dari duduknya. Mengapa tokoh penggerak perubahan yang sy kagumi dapat mendukung kenaikan BBM dimana hanya akan menyusahkan masyarakat kelas miskin. Logika itu pun muncul dibenak ini karena saya mengikuti logika umum yang belum tentu kebenaran dan kenyataannya. Secara umum, masyarakat memahami sedemikian yakin bahwa kenaikan BBM hanya akan membuat harga bahan pokok melonjak tinggi dan menaikkan harga BBM adalah kebijakan yang tidak mengasihani rakyat miskin.
Logika umum itu pulalah yang harus kita tahu dari mana asal mulanya. Menurut analisa saya, menurunnya reputasi dan tingkat kepercayaan terhadap pemerintah di mata masyarakat inilah yang boleh jadi memicu tidak efektifnya penjelasan para ekonom terhadap harusnya BBM dinaikkan. Mari kita tengok kasus-kasus korupsi para pejabat di negeri ini, silih berganti di tayangkan di hampir setiap siaran televisi. Akibatnya, image mementingkan perut sendiri kerap melekat di jidat-jidat pemangku kebijakan.
Setali mata uang, Mahasiswa pun terjebak dalam logika umum yang kelihatannya benar. Berdemonstrasi secara anarki dan menutup jalan-jalan umum adalah wujud kesesasatan nyata. Kendatipun saya juga mahasiswa tetapi saya lebih memilih untuk menganalisa terlebih dahulu hipotesa “Logika umum” tersebut, apakah penting menaikkan harga BBM atau tidak. Yang menjadi korban dari anarkisme demonstran adalah masyarakat juga. Ingat kawan-kawan sesama mahasiswa, Mayoritas pola berfikir dalam sebuah keyakinan bukanlah ukuran kebenaran. Mari kita mencari tahu langsung bagaimana para ekonom di negeri ini berhitung di atas nasib kita sebelum akhirnya kita turun ke jalan mengatas namakan nasib bangsa, padahal kata Rasulullah, serahkanlah urusan-urusan itu pada ahlinya.
Namun kesenjangan pemahaman ini tidak lepas dari peran pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahannya. Pemerintah harus segera memperbaiki image-nya di tengah masyarakat dengan memberantas para koruptor, dan mengurangi tokoh-tokoh hedonis di jajaran pemangku kebijakan. Sehingga pada saat kebijakan besar seperti rencana kenaikan BBM harus diambil, masyarakat dan mahasiswa akan taat di atas logika dasar para ekonom.
Author : Ardhanul Sabda
twitter : @Ardhanul_sabda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H