Mohon tunggu...
Irfan Ardani
Irfan Ardani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menyembuhkan Rumah Sakit

11 Juni 2015   08:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Setiap mendengar kata rumah sakit, yang tergambar dalam bayangan saya adalah kengerian. Saya memang rada piye ketika mendengar istilah sakit. Kelemahan, ketidak berdayaan, nyeri, juga konsumsi obat tiap hari. Mungkin karena masa kecil saya yang hampir sebulan penuh dipaksa berkawan dengan obat-obatan segambreng gara-gara kena typus. Ga terlalu keren sih penyakitnya, tapi sudah jadi kebanggaan saya dulu karena banyak dijenguk tetangga. Saya juga ngeri dengan kata sakit mungkin karena pernah sakit hati karena ternyata Dian Sastro lebih memilih Indraguna Sutowo sebagai suaminya (jiaah, nonton AADC aja dari VCD bajakan kok ngarep jadian sama Dian Sastro).

Kembali ke bahasan nama rumah sakit. Istilah ini muncul dari Bahasa Belanda ziekenhuis, yang kalau diterjemahkan langsung berarti rumah sakit. Zieken berarti sakit dan huis berarti rumah, bisa dicoba sendiri menggunakan google translate. Sekedar contoh untuk memperkuat argumen ini, sampai saat ini masih banyak rumah sakit yang mempertahankan nama Belandanya, misalnya Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paolo di Surabaya. Rumah sakit ini masih dikenal dengan nama RKZ singkatan dari Roomsch Katholiek Ziekenhuis.

Istilah Bahasa Inggris untuk rumah sakit adalah hospital. Hospital berasal dari akar kata yang sama dengan kata “hospitality” yang berarti keramahan, keramahtamahan, dan layanan yang baik pada tamu. Mungkin jiwa hospitality ini yang hendak diusung dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sayangnya akar istilah ini belum diimani oleh sebagian (besar) rumah sakit di Indonesia. Akar istilah ini tetap menjadi akar yang terkubur sehingga media masih sering memberitakan tentang penolakan pasien miskin, kelalaian yang berujung pada sengketa medis, dan keluhan-keluhan pasien dan keluarganya seputar fasilitas dan pelayanan rumah sakit.

Nah kenapa di Indonesia lebih memilih istilah rumah sakit yang dari bahasa Londo dari pada menggunakan istilah dari bahasa Londo Enggres atau istilah lainnya? Mungkin ini hasil dari diklat hidup sederhana yang diselenggarakan Belanda di Indonesia selama tiga setengah abad, jadi dari pada repot bikin istilah baru mending pakai yang sudah ada. Penggunaan istilah rumah sakit ini mungkin juga diharapkan menjadi rumah bagi orang sakit. Kenyamanan rumah akan membuat si sakit cepat pulih dari sakitnya, bukan rumah yang menjadikan si sakit makin sakit, atau rumah yang menjadikan keluarga si sakit ikutan sakit karena mikirin biayanya.

Beberapa pihak yang lagi selo mikir mengusulkan mengubah istilah rumah sakit menjadi rumah sehat, atau mengadopsi istilah hospital saja. Meskipun saya agak alergi dengan istilah sakit, tapi sebenernya ga perlu juga mengubah nama rumah sakit menjadi rumah sehat atau istilah lainnya. Agak pegel me-restart otak saya ketika pengetahuan common sense tentang istilah rumah yang saya pakai selama ini sakit tiba-tiba diubah dengan istilah lain. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana menyembuhkan penyakit dari rumah sakit ini. Menggali kembali akar epistemologi rumah sakit (ziekenhuis maupun hospital) agar batang dan cabang diatasnya benar-benar tumbuh dari akarnya, bukan batang dan cabang benalu yang semakin membesar. Caranya bagaimana? Ya embuh.

 

Rujukan

Anjari Umarjianto, 2013, Ini Lho Asal Kata “Rumah Sakit”, http://anjaris.me/ini-lho-asal-kata-rumah-sakit/

Moch Arif Budiman, 2014, Kerancuan Istilah "Rumah Sakit", http://www.kompasiana.com/moch_arif_budiman/kerancuan-istilah-rumah-sakit_55281e946ea834e8388b4567

 

Tulisan ini juga diposting di https://ardhaniirfan.wordpress.com/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun