Penanaman ISIS dalam terjemahan bebas di bahasa Inggris sebenarnya kurang lengkap menggambarkan seperti apa sesungguhnya kelompok ekstremis bentuknya Abu Bakar al-Baghdadi itu. Jika menurut pada nama aslinya, yakni Ad Daulah Al Islamiyyah Fil 'Iraq wa Asy Syam, dapat dikatakan bahwa ISIS merupakan kelompok propagandis yang berpusat di Irak dan Suriah, bukan kelompok yang 'bermain' hanya di dua negara itu saja. Inilah yang kemudian menunjukkan bahwa ISIS bukan sekadar kelompok ekstremis saja, melainkan lebih dari itu sebagai sebuah gagasan propagandis untuk menguasai dunia.
Kata 'Islam' yang terselip di dalam nama ISIS cenderung bermakna sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa mereka berasal dari umat Muslim di seluruh dunia. Karena menjadikannya seolah-olah berada di bawah payung yang sama, yakni payung Islam, ISIS meracuni pikirkan banyak Muslim di dunia mengenai pembenaran aksi-aksi keji yang mereka lakukan. Bahkan keberadaan kata Islam pada nama ISIS mendorong secara tidak langsung alam bawah sadar banyak Muslim di dunia untuk menganggap mereka sebagai saudara sendiri sehingga tidak perlu memeranginya.
Saya menduga bahwa al-Baghdadi sangat paham arti dari kekuatan yang tersembunyi di balik sebuah nama. Oleh karena itu tidak heran jika ia dan para pengikutnya melakukan segala upaya agar masyarakat luas mengenali eksistensi mereka dan mengira bahwa ISIS benar-benar tengah menjalankan perintah Islam, yakni mendirikan satu kesatuan dunia di bawah kepemimpinan khilafah.
Hal tersebut diperlihatkan oleh ISIS dengan cara menyebarkan banyak propaganda melalui beragam jalur media. Sejurus kemudian, publik dunia pun terbagi menjadi dua kubu, pro dan kontra. Kubu pro adalah publik memakan mentah-mentah propaganda ISIS hanya karena ada embel-embel nama Islam di dalamnya. Sebaliknya kubu yang kontra merasa uring-uringan atas penyematan kata Islam di dalam nama ISIS. Logika yang mereka pertanyakan adalah dari mana unsur Islam-nya jika aksi yang sering dilakukan oleh ISIS adalah kekerasan?
Seakan tidak peduli atas pertanyaan logika tersebut, al-Baghdadi konon sempat mengganti nama resmi kelompok yang dipimpinnya menjadi Daulah Khilafah. Tujuan pengubahan nama tersebut adalah untuk kian menegaskan bahwa tujuan ISIS adalah membentuk khilafah dunia. Hal ini tidak lain sebagai upaya penekanan terhadap pemaknaan ISIS di dalam bahasa Inggris. Media di berbagai belahan dunia pun kebingungan atas nama tersebut, di mana secara bersamaan aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh ISIS terus terjadi. Akhirnya publik dunia pun kini menyebut ISIS dengan nama IS (Islamic State) setelah sebelumnya disebut dengan nama ISIL (Islamic state of Iraq and Levant).
Disinilah secara tidak langsung kita mulai dikalahkan oleh ISIS atas penyebutannya sebagai negara Islam. ISIS biak jadi sangat senang kini mereka dikenal sebagai negara Islam tanpa embel-embel Irak dan Suriah di belakangnya. Hal ini patut menjadi perhatian kita bersama karena sifatnya yang kian mengkhawatirkan. ISIS seolah hendak menunjukkan bahwa mereka benar-benar Islam dan sedang menjalankan perintah Islam. Akibatnya, karena mereka Islam, maka kekerasan dan kekejian yang mereka lakukan tidak dapat dikategorikan sebagai kejahatan, tetapi sebuah jihad fi sabilillah.
Perdebatan tentang penempelan nama ‘Islam’ terlalu sering ditanggapi secara berlebihan. Seolah nama tersebut telah benar-benar mewakili segala tetek bengek tentang Islam. karenanya ketika ada kelompok yang mengaku membela Islam padahal dalam sikapnya sangat arogan misalnya, orang akan mudah mengira bahwa mereka benar-benar sedang membela Islam, aduh!
Bagi saya, bukan nama yang menunjukkan siapa kita, karena apa yang kita lakukanlah yang menunjukkan siapa kita yang sebenarnya, tidak peduli apapun nama yang kita bawa. Disinilah saya lagi-lagi mengingatkan agar kita semua terus waspada terhadap ISIS, dan jangan mudah terpengaruh atas propagandanya, sekalipun itu membawa nama Islam di dalamnya. Karena jika benar-benar mengusung cita-cita Islam, apakah kemudian dibenarkan untuk melakukan kekerasan di setiap aksinya? Tentu saja tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H