[caption id="attachment_373631" align="aligncenter" width="403" caption="dokumen pribadi"][/caption]
Campur aduk rasanya saat saya membaca headline Koran Tempo hari ini, di mana mebahas mengenai pendeklarasian kelompok eskteremis baru di Indonesia yang berafiliasi dengan ISIS. Saya kesal dengan berita tersebut, namun juga merasa khawatir saat memikirkannya kembali. Ternyata memang benar ancaman ISIS tidak dapat dikatakan main-main.
Kembali menurut Koran Tempo, kelompok afiliasi ISIS yang baru mendeklarasikan diri di Indonesia tersebut bernama Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Di koran tersebut, ditulis bahwa Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, As’ad Said Ali, menyebut kelompok Mujahidin Barat dan Timur adalah dua kelompok utama yang membentuk JAD. Selain itu, disebutkan pula para pendukung kelompok ekstremis ini yang berasal dari Jamaah Islamiyah dan grup Al-Muhajirun (kelompok yang dibentuk oleh bekas anggota Hizbut Tahrir Indonesia).
Kelompok JAD sendiri dibentuk pada pekan lalu, dan kabar mengenai keberadaanya terungkap berkat penyelidikan informasi yang dilakukan oleh Badan Intelijen Negara (BIN). Disebutkan pula bahwa tugas utama JAD adalah sebagai pemasok milisi ISIS dari Indonesia. Waduh, ini sih benar-benar bakal ancaman besar untuk Indonesia.
Saya berpikir jika ISIS melakukan afiliasi langsung dengan kelompok-kelompok terkait di Indonesia, maka kemungkinan kelompok ekstremis tersebut akan semakin mudah untuk mempenetrasikan propagandanya ke masyarakat negeri ini. Tentu ini menjadi perhatian serius pemerintah untuk segera menumpas hingga ke akar-akarnya. Selain itu, kita pun sebaga warga negara Indonesia perlu untuk mendukung upaya penanggulangan terorisme dengan menajaga diri dan saling mengingatkan mengenai ancaman propaganda ISIS yang sewaktu-waktu dapat hadir tanpa mengenal waktu dan tempat.
Satu hal yang perlu diperhatikan lebih dalam mengenai dugaan aksi JAD di kemudian hari adalah mengenai perekrutan simpatisan ISIS di Indonesia yang memanfaatkan isu ekonomi sebagai faktor penarik. Sebagaimana yang telah banyak diketahui oleh publik, ISIS merupakan kelompok teroris yang kaya dan tidak segan-segan untuk menggelintirkan materi berapapun jumlahnya dalam aksi propaganda yang dilakukannya.
Dengan materi yang melimpah, ISIS akan dengan mudah membujuk publik untuk bergabung dengan menjanjikan janji keselamatan surga Allah SWT dan tentu saja masa depan ekonomi (yang katanya) cerah. Memang harus diakui bahwa semangat jihad bukan hanya menjadi alasan utama para simpatisan bergabung dengan ISIS, namun juga iming-iming mengenai kemapanan ekonomi menjadi daya tarik yang tidak dapat dipungkiri. Apalagi jika kondisi simpatisan terkait tengah termarjinalkan, sehingga melihat rayuan ISIS tampak seperti suatu hal yang menjanjikan bagi kebaikan masa depan.
Oke, jujur saya bingung harus bagaimana cara terbaik untuk mencegah paham ISIS berkembang di tanah air. Menurut hemat saya, langkah terbaik yang dapat kita lakukan dalam hal ini adalah dengan berjanji pada diri sendiri untuk tidak mudah terpengaruh dengan paham-paham baru yang belum jelas juntrungannya. Selain itu, saya juga berpikir bahwa kita perlu untuk saling mengingatkan satu sama lain mengenai bahaya ISIS.
Satu hal pasti yang wajib kita lakukan untuk menolak ISIS adalah mendukung dengan sepenuh hati nilai persatuan dan kesatuan Indonesia. Tujuannya tentu agar kita teguh dalam menjaga diri dari bahaya ancaman ISIS di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H